

(Foto oleh Afrika Baru di Shutterstock)
KOTA DANAU GARAM — Pernahkah Anda bertanya-tanya apakah orang tua Anda benar-benar memiliki anak kesayangan? Kecurigaan yang mengganggu itu mungkin tidak hanya ada di kepala Anda. Sebuah penelitian yang menganalisis data terhadap lebih dari 19.400 peserta menyimpulkan bahwa orang tua memang memperlakukan anak mereka secara berbeda, dan cara mereka memilih “favorit” lebih sistematis dari yang Anda kira.
“Selama beberapa dekade, para peneliti telah mengetahui bahwa perlakuan berbeda dari orang tua dapat berdampak jangka panjang pada anak-anak,” kata penulis utama Alexander Jensen, PhD, seorang profesor di Brigham Young University, dalam sebuah pernyataan. “Studi ini membantu kita memahami anak mana yang lebih cenderung menerima sikap pilih kasih, yang bisa bersifat positif dan negatif.”
Jadi apa yang membuat seorang anak lebih mungkin menerima status “favorit” yang didambakannya? Tim peneliti menemukan beberapa pola menarik. Pertama, bertentangan dengan perkiraan banyak orang, baik ibu maupun ayah cenderung lebih menyukai anak perempuan. Anak-anak yang menunjukkan tanggung jawab dan keteraturan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari menyelesaikan pekerjaan rumah tepat waktu hingga menjaga kebersihan kamar, biasanya juga menerima perlakuan yang lebih baik dari orang tuanya.
Penelitian yang dipublikasikan di Buletin Psikologis, meneliti lima bidang utama interaksi orang tua-anak: perlakuan secara keseluruhan, interaksi positif (seperti menunjukkan kasih sayang atau pujian), interaksi negatif (seperti konflik atau kritik), alokasi sumber daya (termasuk waktu yang dihabiskan bersama setiap anak dan sumber daya materi), dan perilaku. kontrol (aturan dan harapan).


Urutan kelahiran mempengaruhi cara orang tua berinteraksi dengan anak, khususnya mengenai kemandirian dan aturan. Orang tua cenderung memberikan otonomi yang lebih besar kepada kakaknya, seperti jam malam yang lebih lambat atau lebih banyak kebebasan mengambil keputusan. Namun, para peneliti mencatat bahwa hal ini mungkin mencerminkan penyesuaian perkembangan yang tepat, bukan pilih kasih.
Karakteristik kepribadian muncul sebagai prediktor signifikan terhadap perlakuan orang tua. Anak-anak yang menunjukkan kehati-hatian – menunjukkan tanggung jawab melalui perilaku seperti menyelesaikan tugas tanpa diingatkan atau merencanakan tugas sekolah sebelumnya – biasanya mengalami interaksi yang lebih positif dan lebih sedikit konflik dengan orang tua.
Demikian pula, anak-anak yang menyenangkan yang menunjukkan kerja sama dan perhatian dalam kehidupan keluarga sering kali menerima tanggapan orang tua yang lebih positif.
Salah satu temuan yang sangat penting adalah adanya keterputusan antara persepsi orang tua dan anak. Meskipun orang tua mengakui bahwa mereka memperlakukan anak perempuan mereka dengan lebih baik, anak-anak mereka sendiri tidak melaporkan adanya perbedaan perlakuan yang signifikan berdasarkan gender. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa aspek sikap pilih kasih orang tua terjadi secara halus sehingga anak-anak mungkin tidak secara sadar mengenalinya.


Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima perlakuan kurang baik mungkin menghadapi tantangan yang lebih besar dalam kesehatan mental dan hubungan keluarga. “Memahami perbedaan ini dapat membantu orang tua dan dokter mengenali pola keluarga yang berpotensi merusak,” jelas Jensen. “Sangat penting untuk memastikan semua anak merasa dicintai dan didukung.”
Para peneliti menekankan bahwa temuan mereka menunjukkan korelasi daripada sebab akibat. “Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini bersifat korelasional, sehingga tidak memberi tahu kita mengapa orang tua lebih menyukai anak-anak tertentu,” kata Jensen. “Namun, hal ini menyoroti area potensial di mana orang tua mungkin perlu lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan anak-anak mereka.”
Bagi keluarga yang menghadapi dinamika ini, Jensen menawarkan perspektif ini: “Jika nanti Anda bertanya-tanya apakah saudara Anda adalah anak emas, ingatlah bahwa mungkin ada lebih banyak hal yang terjadi di balik layar daripada sekadar preferensi untuk yang tertua atau termuda. Ini mungkin tentang tanggung jawab, temperamen, atau seberapa mudah atau sulitnya Anda menghadapinya.”
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan pendekatan meta-analisis bertingkat, memeriksa data dari berbagai sumber termasuk jurnal peer-review, disertasi, dan database. Studi ini mengamati berbagai faktor yang mungkin memprediksi pengobatan yang menguntungkan, termasuk urutan kelahiran, jenis kelamin, temperamen, dan kepribadian. Tim juga mempertimbangkan faktor-faktor yang memoderasi seperti jenis kelamin orang tua, usia, siapa yang melaporkan pilih kasih (orang tua atau anak), dan domain pengasuhan yang berbeda.
Hasil
Analisis tersebut mengungkapkan beberapa pola yang signifikan: orang tua menyatakan bahwa mereka lebih menyukai anak perempuan mereka, anak-anak yang teliti menerima lebih banyak interaksi positif dan lebih sedikit interaksi negatif, dan saudara yang lebih tua diberi lebih banyak otonomi. Rata-rata usia peserta adalah 19,57 tahun, dengan standar deviasi 13,92 tahun. Studi ini melibatkan peserta yang sebagian besar berasal dari negara-negara Barat, dengan sebagian besar sampel berasal dari Amerika Serikat.
Keterbatasan
Penelitian ini dibatasi oleh fokusnya pada budaya Barat, khususnya Amerika Utara dan Eropa Barat. Selain itu, penelitian ini tidak dapat menguji faktor-faktor pemoderasi penting tertentu karena keterbatasan ukuran sampel di beberapa wilayah. Analisis ciri-ciri kepribadian seperti keterbukaan, ekstraversi, dan neurotisme dibatasi oleh ukuran sampel yang lebih kecil.
Diskusi dan Kesimpulan
Temuan ini menunjukkan bahwa favoritisme orang tua bukan sekadar masalah preferensi sewenang-wenang namun sering kali berkaitan dengan karakteristik perilaku dan gender anak. Studi ini menyoroti pentingnya memahami pola-pola ini untuk membantu keluarga menjaga hubungan yang lebih sehat dan mendukung anak-anak yang mungkin menerima perlakuan yang kurang menyenangkan. Dokter yang bekerja dengan keluarga dapat menggunakan wawasan ini untuk mengidentifikasi potensi faktor risiko dan titik intervensi.
Pendanaan dan Pengungkapan
Penelitian ini didanai oleh hibah internal kepada Alexander C. Jensen. Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian mereka.
Informasi Publikasi
Penelitian bertajuk “Orang Tua Lebih Menyukai Anak Perempuannya: Analisis Meta Gender dan Prediktor Lain Perlakuan Berbeda Orang Tua” diterbitkan di Buletin Psikologis pada tanggal 16 Januari 2025. Penelitian ini dilakukan oleh Alexander C. Jensen dari Brigham Young University dan McKell A. Jorgensen-Wells dari Western University.