

Botol Vaksin, pengobatan Kanker (© Giovanni Cancemi – stock.adobe.com)
NASHVILLE, Ten.— Henry Ford pernah berkata bahwa kegagalan hanyalah sebuah kesempatan untuk memulai kembali, dan para peneliti di Universitas Vanderbilt telah mengingat kutipan ini. Sebelumnya, para peneliti mengembangkan vaksin kanker yang gagal membantu menghentikan pertumbuhan tumor stadium lanjut. Namun, alih-alih membuang pekerjaan mereka dan memulai dari awal lagi, mereka menggunakan kesempatan kedua untuk menguji vaksin ini pada tumor yang baru berkembang.
Studi tikus baru mereka dipublikasikan di Jurnal ImunoTerapi Kanker menemukan bahwa vaksin kanker membantu menghentikan pertumbuhan tumor yang menargetkan sel kekebalan ketika disuntikkan pada tahap awal tumor. Meskipun uji klinis lain menguji vaksin kanker, ini adalah salah satu dari sedikit penelitian yang tidak berfokus pada tumor stadium lanjut. Menurut penulis penelitian, waktu vaksinasi sangat penting untuk melihat hasilnya.
“Fitur unik dari penelitian kami adalah bahwa tikus-tikus ini memiliki risiko tinggi, yang pada dasarnya 100% terkena kanker, sehingga fakta bahwa satu imunisasi pada waktu yang tepat dapat memberikan perlindungan seumur hidup sangatlah mengejutkan,” kata Dr. Mary Philip, seorang peneliti. direktur asosiasi Institut Infeksi, Imunologi, dan Peradangan Universitas Vanderbilt dan penulis studi senior, dalam rilis media. “Tidak banyak penelitian kanker yang mengamati tikus dalam waktu lama setelah vaksinasi dan tetap bebas tumor selama dua tahun.”
Vaksin kanker baru juga membantu menghentikan pertumbuhan tumor ketika jenis pengobatan kanker lain yang disebut blokade pos pemeriksaan imun (ICB) tidak efektif. Terapi ICB biasanya diberikan untuk kasus kanker stadium lanjut. Namun, hanya sekelompok kecil pasien dengan jenis kanker tertentu yang mencapai remisi setelah pengobatan ini.
“ICB bekerja dengan menghentikan sel T, namun jika sel T tidak pernah diaktifkan dengan benar, mereka seperti mobil tanpa bahan bakar, dan ICB tidak berfungsi,” jelas Dr. Philip. “Vaksinasi meningkatkan sel T ke keadaan fungsional sehingga dapat menghilangkan sel kanker dini.”
Tim tersebut menciptakan model tikus kanker genetik yang mencerminkan sel hati seseorang menjadi kanker. Vaksin ini meningkatkan kekuatan sel kekebalan yang melawan kanker, namun hanya jika tumor berada pada tahap awal dan bukan stadium lanjut.
Vaksin ini sebelumnya telah diuji dalam uji klinis pada manusia untuk kanker stadium lanjut. Ia menggunakan bakteri intraseluler gram positif untuk memicu respons sel T CD4 dan CD8 yang kuat. Vaksin ini juga menunjukkan tanda-tanda tumor, yang membuat sel T yang reaktif terhadap tumor lebih sensitif terhadap tanda-tanda kanker.
Tikus yang divaksinasi pada tahap awal bebas dari tumor, meskipun vaksin tersebut tidak membantu memperlambat perkembangan tumor hati ketika diberikan 100 hari kemudian. Secara keseluruhan, para peneliti menemukan keberadaan sel kekebalan reaktif – khususnya populasi sel T CD8 spesifik tumor TCF1+ progenitor – diperlukan agar vaksin kanker dapat bekerja.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan model tikus khusus yang sel-sel hati secara acak berubah menjadi kanker. Untuk menguji seberapa efektif sistem kekebalan melawan kanker, mereka berfokus pada jenis sel kekebalan yang disebut sel T CD8, yang diketahui menyerang tumor. Tikus-tikus tersebut dibagi menjadi dua kelompok: satu dengan tumor stadium awal dan satu lagi dengan tumor stadium lanjut. Mereka memberi beberapa tikus vaksin kanker sementara yang lain menerima perawatan berbeda seperti blokade pos pemeriksaan kekebalan (ICB). Mereka kemudian mempelajari bagaimana sel T CD8 berperilaku pada tikus—apakah sel tersebut tetap berfungsi atau menjadi kurang efektif seiring berjalannya waktu—dan bagaimana pengobatan tersebut memengaruhi pertumbuhan kanker.
Hasil Utama
Para peneliti menemukan bahwa vaksin tersebut membantu sistem kekebalan tubuh melawan kanker, terutama pada tahap awal. Tikus yang divaksinasi memiliki sel kekebalan yang tetap kuat dan mampu melawan kanker dalam waktu lama. Sel kekebalan khusus ini dapat memperbaharui dirinya sendiri, yang berarti mereka tetap siap menyerang kanker kapan pun diperlukan. Di sisi lain, tikus yang tidak mendapatkan vaksin, atau yang diobati dengan metode lain seperti ICB, tidak mendapatkan hasil yang sama. Sel kekebalan mereka menjadi lelah dan tidak dapat menghentikan pertumbuhan kanker.
Keterbatasan Studi
Meskipun penelitian menunjukkan bahwa vaksin tersebut bekerja dengan baik pada tikus yang mengidap kanker stadium awal, vaksin tersebut mungkin tidak efektif untuk kanker stadium lanjut. Penelitian ini juga dilakukan pada tikus, yang berarti hasilnya mungkin tidak sama persis pada manusia. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana pendekatan ini bekerja pada berbagai jenis kanker dan pada manusia.
Diskusi & Kesimpulan
Studi tersebut menunjukkan bahwa memberikan vaksin kanker sejak dini, sebelum tumor menjadi terlalu parah, dapat membantu sistem kekebalan tubuh melawan penyakit dengan lebih baik. Vaksin ini membantu menciptakan jenis sel kekebalan khusus yang dapat terus menyerang kanker dalam jangka waktu lama. Hal ini penting karena menunjukkan bahwa vaksin akan bekerja paling baik jika diberikan sejak dini ketika sistem kekebalan tubuh masih kuat. Temuan ini dapat mengarah pada pengobatan kanker baru, terutama bagi orang-orang yang berisiko terkena kanker atau mereka yang menderita kanker stadium awal.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didukung oleh hibah dari National Institutes of Health (NIH) dan organisasi lain. Para peneliti yang terlibat juga mengakui kontribusi dari beberapa fasilitas dan layanan inti di Vanderbilt University Medical Center. Tidak ada konflik kepentingan yang dinyatakan oleh penulis, dan penelitian ini disetujui oleh Komite Perawatan dan Penggunaan Hewan Institusional Vanderbilt.