

Bangunan kuno yang dikenal sebagai “bangunan Kristen” ini telah lama dianggap sebagai satu-satunya contoh “gereja rumah”, atau ruang domestik yang direnovasi untuk ibadah Kristen. (Foto milik Galeri Seni Universitas Yale)
NEW HAVEN, Connecticut — Di reruntuhan kota kuno Suriah yang terbakar matahari, sebuah penemuan revolusioner tengah menulis ulang kisah awal Kekristenan. Selama hampir satu abad, para cendekiawan telah menunjuk sebuah bangunan sederhana di Dura-Europos sebagai prototipe arsitektur Kristen – sebuah rumah sederhana yang diubah menjadi tempat ibadah. Namun kini, landasan sejarah keagamaan ini runtuh karena banyaknya bukti baru.
Para peneliti Camille Leon Angelo dari Universitas Yale dan Joshua Silver dari Universitas Manchester telah mengguncang dasar-dasar ilmu agama dengan studi menarik mereka, yang diterbitkan dalam jurnal Jurnal Arkeologi Romawi. Karya mereka menantang kepercayaan yang sudah lama berlaku bahwa umat Kristen awal beribadah di rumah-rumah yang disesuaikan, sebaliknya menunjukkan bahwa mereka mungkin lebih berniat menciptakan ruang-ruang suci yang berbeda dari yang diperkirakan sebelumnya.
Bangunan yang dimaksud, yang dikenal sebagai “Bangunan Kristen” di Dura-Europos, ditemukan pada tahun 1920-an dan sejak itu dianggap sebagai contoh utama “gereja rumah” atau “domus ecclesiae.” Para ahli percaya bahwa bangunan itu awalnya adalah tempat tinggal pribadi yang direnovasi sekitar tahun 234 M untuk mengakomodasi ibadah Kristen. Bangunan ini dianggap mewakili hubungan penting antara gereja-gereja rumah yang disebutkan dalam Perjanjian Baru, seperti dalam Kisah Para Rasul 12:12, dan basilika besar yang dibangun setelah Kaisar Konstantinus bertobat.
Namun, penelitian baru ini menunjukkan bahwa strukturnya berubah jauh lebih radikal daripada yang diperkirakan sebelumnya, sampai pada titik di mana ia tidak lagi menyerupai atau berfungsi seperti rumah pada umumnya di kota tersebut.
Bangunan Kristen tersebut tetap digunakan hingga sekitar tahun 254-256 M, ketika kisahnya berubah secara dramatis. Bangsa Sassaniyah mengepung Dura-Europos, yang mendorong bangsa Romawi untuk membentengi tembok barat kota tersebut dengan tanggul tanah yang besar. Tindakan pertahanan ini secara tidak sengaja menutup banyak bangunan, termasuk Bangunan Kristen. Setelah kota tersebut ditaklukkan dan ditinggalkan, tanggul ini berfungsi sebagai kapsul waktu, yang menjaga bangunan-bangunan tersebut dengan sangat baik selama berabad-abad.


Leon Angelo dan Silver melakukan analisis terperinci terhadap fitur arsitektur bangunan, membandingkannya dengan bangunan rumah tangga lain di Dura-Europos. Mereka menemukan bahwa renovasi yang dilakukan untuk mengakomodasi penggunaan Kristen melampaui adaptasi sederhana, yang secara mendasar mengubah cara orang mengalami dan menggunakan ruang tersebut.
Salah satu temuan yang paling mencolok adalah penghilangan fitur-fitur utama yang menjadi ciri khas rumah Durene, seperti tangki air dan area persiapan makanan. Elemen-elemen ini penting untuk kehidupan sehari-hari di rumah, dan ketidakhadirannya menunjukkan bahwa bangunan tersebut tidak lagi dimaksudkan untuk berfungsi sebagai tempat tinggal. Para peneliti juga menemukan elemen arsitektur yang unik, seperti jendela rendah, yang tidak ditemukan di bangunan rumah tangga lain di kota tersebut.
Studi ini juga mengungkap perubahan signifikan dalam cara cahaya alami mengalir melalui bangunan setelah renovasi. Dengan menggunakan pemodelan 3D canggih dan simulasi cahaya matahari, para peneliti menunjukkan bagaimana perubahan ini akan mengubah cara orang bergerak dan menggunakan ruang. Misalnya, ruang pertemuan utama didesain ulang untuk mengarahkan perhatian ke dinding tertentu, yang menunjukkan bentuk ibadah yang lebih formal dan terorganisasi daripada yang diasumsikan sebelumnya.
Lebih jauh, para peneliti menemukan bahwa kombinasi fitur arsitektur di Bangunan Kristen itu unik di antara rumah-rumah Durene. Dari 62 bangunan hunian lain yang dianalisis, tidak ada yang memiliki kombinasi elemen yang sama dengan Bangunan Kristen setelah renovasi.
Menariknya, Bangunan Kristen itu tidak sendirian dalam transformasinya. Bangunan itu berdiri di jalan yang sama dengan sinagoge dan Mithraeum, yang keduanya juga awalnya merupakan rumah pribadi sebelum direnovasi untuk keperluan keagamaan. Pola adaptasi ini telah lama dianggap sebagai ciri khas arsitektur keagamaan di Dura-Europos.
“Namun, kami tidak menyebutnya 'rumah sinagoge' atau 'rumah Mithraeum'. Kami membiarkan mereka berdiri sendiri,” kata Leon Angelo, kandidat Ph.D. di Sekolah Pascasarjana Seni dan Sains Yale, dalam sebuah pernyataan. “Jadi, jika kami memiliki bangunan yang mengikuti lintasan arsitektur yang sama di kota, mengapa kami menekankan asal-usul bangunan tersebut? Kami ingin tahu, seberapa domestik bangunan itu, dan bagaimana bangunan itu dipandang oleh masyarakat?”
Temuan-temuan ini menantang gagasan bahwa tempat-tempat ibadah Kristen awal hanyalah rumah-rumah dengan sedikit modifikasi. Sebaliknya, temuan-temuan ini menunjukkan transformasi ruang yang lebih disengaja dan signifikan, yang mungkin menunjukkan keinginan umat Kristen awal untuk menciptakan tempat-tempat ibadah yang berbeda dan mudah dikenali dalam komunitas mereka.
“Dialog dalam akademisi maupun dalam budaya populer memberi kesan bahwa orang Kristen, sebelum Kaisar Konstantinus, berkumpul dan beribadah di tempat-tempat yang dianggap sebagai tempat tinggal sementara,” kata Leon Angelo. “Namun, jika ini adalah satu-satunya contoh yang dapat dipastikan tanggalnya, dan sebenarnya tidak terlalu atau bahkan tidak bersifat domestik, lalu mengapa kita mempertahankan persepsi itu?”
Studi ini menyerukan evaluasi ulang tentang bagaimana kita memahami perkembangan arsitektur Kristen awal. Studi ini menunjukkan bahwa alih-alih mengikuti pola universal, umat Kristen awal mungkin lebih dipengaruhi oleh tradisi arsitektur lokal dan mungkin lebih sengaja menciptakan ruang yang berbeda dari bangunan rumah tangga pada umumnya.
Saat debu mulai mengendap pada bom arkeologi ini, satu hal menjadi jelas: kisah awal Kekristenan masih jauh dari sepenuhnya terungkap. Dengan setiap goresan sekop dan setiap piksel model 3D, peneliti seperti Angelo dan Silver mengupas lapisan asumsi, mengungkap masa lalu yang lebih kompleks dan lebih menarik daripada yang pernah kita bayangkan. Di jalan-jalan kuno Dura-Europos, fondasi sejarah agama sedang dibangun kembali, satu batu pada satu waktu.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan pendekatan multi-aspek untuk menganalisis Bangunan Kristen di Dura-Europos. Mereka mulai dengan memeriksa sisa-sisa arsitektur dan membandingkannya dengan 62 rumah lain di kota tersebut. Mereka menggunakan analisis kuantitatif untuk menentukan seberapa sering fitur-fitur tertentu muncul bersamaan di rumah-rumah Durene.
Tim tersebut juga membuat model 3D dan simulasi cahaya matahari untuk memahami bagaimana cahaya alami mengalir melalui bangunan tersebut sebelum dan sesudah renovasi. Kombinasi metode ini memungkinkan mereka untuk menilai bagaimana bentuk dan fungsi bangunan berubah seiring waktu.
Hasil Utama
Studi tersebut menemukan bahwa Bangunan Kristen mengalami renovasi besar-besaran yang secara signifikan membedakannya dari rumah-rumah Durene pada umumnya. Temuan utama meliputi pemindahan tangki air dan area persiapan makanan, penambahan fitur arsitektur unik seperti jendela rendah, dan perubahan tata letak dan dekorasi ruangan.
Simulasi cahaya siang hari menunjukkan bagaimana perubahan ini akan mengubah cara orang bergerak dan menggunakan ruang. Secara statistik, kombinasi fitur di Bangunan Kristen yang telah direnovasi tidak ditemukan di rumah lain yang dianalisis di Dura-Europos.
Keterbatasan Studi
Metode penggalian yang digunakan pada awal abad ke-20, saat situs tersebut pertama kali ditemukan, membatasi jumlah informasi terperinci yang tersedia tentang temuan-temuan kecil dan tahapan renovasi. Kurangnya informasi tentang bagaimana bangunan tersebut digunakan sebelum renovasi juga menimbulkan tantangan. Selain itu, penelitian ini bergantung pada sisa-sisa arsitektur dan simulasi, yang tidak dapat sepenuhnya menangkap semua aspek tentang bagaimana ruang tersebut dialami pada zaman kuno.
Diskusi & Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa arsitektur Kristen awal mungkin lebih beragam dan spesifik konteks daripada yang diperkirakan sebelumnya. Para penulis berpendapat bahwa Bangunan Kristen di Dura-Europos tidak boleh dilihat sebagai “gereja rumah” yang umum, tetapi sebagai adaptasi unik yang dipengaruhi oleh tradisi arsitektur lokal. Mereka mengusulkan bahwa umat Kristen awal mungkin lebih disengaja dalam menciptakan ruang ibadah yang berbeda daripada yang diasumsikan sebelumnya. Penelitian ini menyerukan evaluasi ulang terhadap situs-situs Kristen awal lainnya dan menjauh dari model universal pengembangan arsitektur.
Pendanaan & Pengungkapan
Studi ini tidak secara eksplisit menyebutkan sumber pendanaan atau pengungkapan apa pun. Para peneliti tampaknya telah melakukan studi ini sebagai bagian dari pekerjaan akademis mereka, dengan dukungan dari masing-masing institusi, Universitas Yale dan Universitas Manchester.