ANN ARBOR, Michigan — Di taman bermain yang ramai di masa kanak-kanak, persahabatan sering kali dianggap remeh — anak-anak mudah akrab saat bermain ayunan atau bertukar camilan saat makan siang. Namun, bagi banyak anak, seni berteman tidak semudah yang terlihat.
Sebuah studi terkini dari Rumah Sakit Anak Mott, CS, Universitas Kesehatan Michigan telah mengungkap aspek perkembangan anak yang sering kali diabaikan, yaitu menemukan banyak anak yang kesulitan berteman. Bahkan, jajak pendapat tersebut menemukan satu dari lima orang tua khawatir anak-anak mereka saat ini tidak memiliki teman sama sekali.
Bayangkan menjadi anak tanpa teman untuk berbagi permainan video favorit atau seseorang untuk duduk di sebelah di bus sekolah. Ini kenyataan bagi lebih banyak anak daripada yang kita duga. Jajak pendapat terhadap 1.031 orang tua dengan anak-anak berusia antara enam dan 12 tahun mengungkapkan bahwa 20% anak-anak berpotensi merasa kesepian atau terisolasi selama tahun-tahun penting perkembangan sosial.
“Persahabatan dapat memainkan peran penting dalam kesehatan dan perkembangan anak secara keseluruhan, kesejahteraan emosional, harga diri, dan keterampilan sosial,” kata Sarah Clark, MPH, salah satu direktur Mott Poll, dalam rilis media.
Hambatan dalam Berteman
Jadi, apa yang menghalangi anak-anak untuk menjalin hubungan penting ini? Studi tersebut mengidentifikasi beberapa rintangan umum. Sekitar satu dari lima orang tua menyebutkan rasa malu atau kecanggungan sosial sebagai rintangan utama bagi anak mereka. Sebanyak 15% orang tua lainnya menyebutkan perilaku tidak baik dari anak-anak lain sebagai penghalang. Kurang dari 10% orang tua menyebutkan kondisi medis atau disabilitas sebagai tantangan.
Menariknya, orang tua dari anak-anak yang lebih tua cenderung menyebutkan bahwa kelompok teman yang ada atau tempat bersosialisasi yang terbatas membuat anak-anak mereka lebih sulit mendapatkan teman baru. Hal ini menunjukkan bahwa seiring pertumbuhan anak-anak, lingkungan sosial menjadi lebih kompleks, yang berpotensi membuat mereka lebih sulit menjalin hubungan baru.
Orang Tua Siap Menyelamatkan
Kabar baiknya? Para orang tua tidak tinggal diam. Tiga dari empat orang tua melaporkan mengambil langkah aktif untuk membantu anak-anak mereka berteman. Beberapa strategi yang populer termasuk mengatur acara bermain atau jalan-jalan, mendaftarkan anak-anak dalam kegiatan dengan teman sebaya yang sepemikiran, menawarkan saran untuk menjalin persahabatan, dan membangun jaringan dengan orang tua lain.
Untuk anak-anak yang lebih muda, orang tua cenderung fokus mengatur teman bermain dan berteman dengan orang tua lainnya. Seiring bertambahnya usia anak, orang tua cenderung mengizinkan penggunaan media sosial dan membeli barang-barang untuk membantu anak-anak mereka “menyesuaikan diri” – meskipun strategi ini memiliki serangkaian pertimbangan tersendiri.
Clark menyarankan agar berhati-hati dalam penggunaan media sosial, mengingat potensi dampak negatifnya terhadap kesehatan mental.
“Orang tua yang memilih untuk mengizinkan media sosial harus membantu anak mereka belajar menggunakannya secara bertanggung jawab,” saran Clark.
Mendukung anak-anak dalam perjalanan persahabatan mereka seperti berjalan di atas tali.
“Keterlibatan orang tua dapat bervariasi berdasarkan usia, kepribadian, dan kebutuhan sosial anak,” jelas Clark.
Orang tua dapat membantu dengan memilih kegiatan kelompok kecil yang disukai anak dan memberi ruang bagi anak untuk merasa nyaman berinteraksi dengan teman sebaya. Membiarkan anak menghadapi situasi sosial secara mandiri juga penting.
“Orang tua harus siap sedia dan membiarkan anak-anak melakukan kesalahan, campur tangan hanya dalam hal keselamatan,” kata direktur jajak pendapat tersebut. “Nantinya, dalam momen pribadi bersama anak, orang tua harus siap mendengarkan dan memberi nasihat.”
Preferensi Mengejutkan untuk Kesamaan
Satu temuan tak terduga dari penelitian ini adalah bahwa dua pertiga orang tua lebih suka teman-teman anak mereka berasal dari keluarga yang sama. Kesamaan ini paling sering terkait dengan gaya pengasuhan, tetapi lebih dari sepertiga orang tua juga menunjukkan preferensi untuk afiliasi politik atau agama yang sama.
Meskipun wajar untuk tertarik pada hal-hal yang familiar, Clark memperingatkan agar tidak membatasi lingkaran sosial anak-anak terlalu sempit.
“Membatasi teman-teman anak hanya pada mereka yang memiliki latar belakang serupa dapat menghambat kemampuan dan kenyamanan mereka dalam bernavigasi dalam jaringan yang beragam di masa mendatang,” ia memperingatkan.
Gambaran Besar: Mengapa Persahabatan Itu Penting
Persahabatan bukan hanya tentang memiliki teman bermain – persahabatan merupakan fondasi dasar bagi perkembangan anak. Persahabatan membantu anak mengembangkan keterampilan sosial yang penting, meningkatkan harga diri dan kesejahteraan emosional, serta lebih menikmati sekolah, yang dapat menghasilkan prestasi akademis yang lebih baik. Selain itu, persahabatan menyediakan wadah bagi anak untuk belajar cara mengatasi konflik dan perbedaan, mempersiapkan mereka untuk berbagai jaringan sosial dan profesional di masa dewasa.
Sebagai orang tua dan pengasuh, mendukung anak-anak dalam perjalanan persahabatan mereka adalah tugas yang sulit tetapi penting. Tugas ini melibatkan keseimbangan antara bimbingan, dorongan, dan memberi anak ruang untuk belajar dan tumbuh secara mandiri.
Ingatlah, setiap anak itu unik, dan tidak ada pendekatan yang cocok untuk semua orang dalam mencari teman. Beberapa anak mungkin memerlukan sedikit bantuan tambahan, sementara yang lain secara alami akan tertarik pada teman sebaya. Para peneliti mengatakan kuncinya adalah bersabar, mendukung, dan terbuka terhadap berbagai macam persahabatan yang mungkin dijalin anak Anda.