Toksisitas finansial adalah dampak negatif dari beban ekonomi layanan kesehatan terhadap pasien dan keluarganya, yang berkontribusi terhadap buruknya kesejahteraan dan penurunan kualitas hidup. Diperlukan upaya di semua tingkatan – penyedia layanan kesehatan, sistem kesehatan, asuransi, dan lembaga pemerintah – untuk mengatasi masalah ini dan bagaimana hal ini menyebabkan hasil kesehatan yang kurang menguntungkan di kalangan masyarakat.
Intervensi medis dapat menimbulkan dampak buruk terhadap kesejahteraan pasien, begitu pula biaya perawatannya. Istilahnya toksisitas finansial menyoroti biaya pengobatan kanker yang mahal, rawat inap yang berkepanjangan, dan biaya lain yang menyusahkan pasien dan keluarga mereka.
Biaya untuk mengakses dan menerima perawatan medis, seperti janji temu dengan dokter, tes diagnostik, obat-obatan, pembedahan, terapi suportif dan diet, peralatan, dan biaya lainnya, dapat bertambah dengan cepat. Biaya tersebut merupakan tanggung jawab pasien, yang harus membayarnya secara penuh atau setidaknya sebagian, tergantung pada asuransi atau cakupan sistem kesehatan nasional (misalnya Medicare). Mungkin terdapat biaya tambahan terkait perjalanan dan waktu yang dihabiskan untuk menerima perawatan, yang dapat menyebabkan cuti kerja. Hal ini menambah tekanan pada kondisi medis itu sendiri.
Sebuah penelitian memperkirakan bahwa FT mempengaruhi sekitar 137 juta orang dewasa (56%) di Amerika Serikat ketika mempertimbangkan semua aspek dari berbagai penyakit. Beban yang paling umum adalah kekhawatiran mengenai biaya, dilaporkan oleh 43% masyarakat. Beban obyektif, seperti tidak mampu membayar tagihan, dilaporkan oleh 26% orang. Namun, proporsi orang dewasa yang menderita keracunan finansial bervariasi tergantung penyakitnya. Sekitar 54% orang dewasa dengan penyakit kardiovaskular melaporkan FT, dibandingkan dengan 42% orang dewasa dengan kanker.
Biaya finansial untuk mengakses dan menerima perawatan tidak dapat dihindari. Namun, beberapa pasien tidak mengalami FT, sementara biaya yang minimal pun menimbulkan kekhawatiran besar di antara pasien lain. Berbagai faktor berkontribusi terhadap persepsi biaya atau pengelolaan penyakit sebagai pemicu stres, termasuk status ekonomi seseorang, ketersediaan sumber daya bagi orang tersebut, dan akses pasien terhadap program bantuan keuangan. Bahkan pasien yang mampu membayar seringkali harus melakukan pengorbanan, seperti menggunakan tabungannya atau mengurangi pengeluaran rumah tangga.
Distress dapat timbul dari ketidakpastian mengenai keseluruhan biaya perawatan pasien, kapan pembayaran tersebut jatuh tempo, atau berapa jumlah asuransi yang akan ditanggung. Beberapa peneliti yang mempelajari topik ini menggunakan istilah “penyalahgunaan finansial” atau “penyiksaan finansial.” Menurut laporan-laporan ini, penderitaan tersebut disebabkan oleh institusi yang sama yang seharusnya menyembuhkan pasien.
Perilaku pasien dalam menanggapi FT merupakan aspek penting dari perawatan. Mereka mungkin melewatkan janji dengan dokter atau pengobatan. Dalam penelitian yang menunjukkan sekitar 56% terkena FT, sekitar 20% melaporkan menghindari atau menunda perawatan karena khawatir dengan biayanya. Hal ini dapat menyebabkan perubahan angka kesakitan dan kematian. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kesulitan keuangan yang menyebabkan kebangkrutan setelah diagnosis kanker merupakan faktor risiko kematian dini.
Toksisitas finansial tidak akan pernah bisa dihilangkan sepenuhnya, namun upaya dilakukan di berbagai tingkatan untuk mengurangi biaya. Ini termasuk penyedia layanan, sistem kesehatan, perusahaan asuransi, dan program pemerintah. Beberapa intervensi yang dievaluasi menunjukkan harapan dalam mengurangi FT dengan mengatasi hambatan transportasi dan komunikasi, meningkatkan keterampilan manajemen keuangan, mengurangi kecemasan mengenai tagihan medis, dan mengurangi kemungkinan pasien melewatkan pengobatan.
Banyak yang menganjurkan perbincangan biaya antara pasien dan penyedia layanan kesehatan serta transparansi seputar biaya pengobatan, namun masih belum jelas bagaimana cara kerjanya atau apakah hal ini akan memberikan dampak positif. Misalnya, jika perbincangan biaya diterapkan, penting agar hal tersebut tidak meningkatkan kekhawatiran pasien mengenai pengobatan yang direkomendasikan. Sebaliknya, hal ini harus memungkinkan masyarakat mendapatkan sumber daya terlebih dahulu untuk mengurangi biaya pengobatan dan mengurangi dampak buruk finansial. Seperti dampak buruk pengobatan lainnya, toksisitas finansial perlu diidentifikasi dan dihentikan sejak dini untuk mencegah konsekuensinya.
Untuk mengurangi toksisitas finansial, kerangka kerja dan model baru mulai bermunculan. Misalnya saja, sebuah model teoritis baru telah diusulkan yang mana beban keuangan (baik umum maupun khusus untuk layanan kesehatan) dan biaya saat ini serta kekhawatiran atas biaya di masa depan dikaji secara bersamaan. Para peneliti berharap hal ini dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap kualitas hidup, morbiditas (memiliki suatu penyakit), dan kematian.
Menyatukan peneliti dari beberapa lembaga pemerintah, organisasi nirlaba yang berfokus pada kanker, dan organisasi advokasi pasien, Interagency Consortium to Promote Health Economics Research on Cancer (HEROiC) bertujuan untuk mengubah praktik dan kebijakan klinis untuk meningkatkan akses terhadap perawatan kanker dan mengurangi dampak ekonomi kanker. beban dan kesulitan keuangan terkait. Demikian pula, kelompok Biaya Perawatan dipimpin oleh para peneliti yang berfokus pada membantu sistem kesehatan dan dokter menyediakan layanan yang terjangkau dan adil. Melalui upaya penelitian ini, kita dapat memahami sepenuhnya betapa pentingnya dan mendesaknya menghilangkan toksisitas finansial.