

(Kredit: ShishkinStudio/Shutterstock)
PITTSBURGH — Apakah pancuran yang dianggap aman justru menyebarkan bakteri berbahaya pada manusia? Meskipun pancuran yang mengandung perak diciptakan untuk menjaga keselamatan manusia, sebuah studi baru menemukan bahwa pancuran tersebut bukanlah obat mujarab untuk air yang mengandung mikroba.
Para peneliti dari Universitas Pittsburgh membantah klaim bahwa pancuran berteknologi tinggi ini membunuh mikroba berbahaya sebelum mereka mencapai orang yang mandi. Sebaliknya, tim mengklaim perlengkapan antimikroba yang trendi ini mungkin lebih merupakan keajaiban pemasaran daripada keajaiban medis.
Secara khusus, mereka menemukan bahwa pancuran yang mengandung perak, yang dipasarkan sebagai pertahanan terhadap patogen berbahaya yang ditularkan melalui air, tidak banyak membantu mengurangi mikroorganisme berbahaya dalam air pancuran. Meskipun uji laboratorium dan klaim pabrikan menjanjikan, pancuran ini gagal menunjukkan pengurangan bakteri penyebab penyakit secara signifikan saat diuji dalam kondisi dunia nyata.
Studi ini dipublikasikan di jurnal Air ACS ES&T berfokus pada patogen terkait air minum (DWPI) – penyebab masalah mikroskopis yang dapat menyebabkan infeksi serius, khususnya pada populasi rentan seperti orang lanjut usia atau individu dengan sistem imun yang lemah. Penyakit yang disebabkan oleh patogen ini, seperti penyakit yang disebabkan oleh bakteri Legionella dan Pseudomonas, menyebabkan kerugian besar bagi perekonomian AS sebesar $2,39 miliar per tahun dalam biaya perawatan kesehatan.
Dalam percobaan yang cermat, tim peneliti menguji lima jenis pancuran yang berbeda: model plastik dan logam konvensional, serta tiga jenis pancuran yang mengandung perak. Ini termasuk pancuran dengan jaring perak, jaring tembaga berlapis perak, dan polimer yang tertanam dengan nanopartikel perak. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah desain berteknologi tinggi ini benar-benar dapat mengurangi mikroorganisme berbahaya dalam air pancuran.


Pengaturan penelitian ini meniru kondisi pancuran di dunia nyata, dengan pancuran yang dipasang di laboratorium yang dirancang untuk meniru pola mandi sehari-hari pada umumnya. Sampel air dikumpulkan dan dianalisis selama periode 12 minggu, memungkinkan para peneliti untuk memeriksa bagaimana populasi mikroba berubah seiring waktu dan di berbagai bahan pancuran.
Yang mengejutkan, hasil ini merupakan peringatan bagi konsumen yang mencari perlindungan. Tidak ada dari pancuran yang mengandung perak menunjukkan kemampuan yang signifikan untuk mengurangi bakteri berbahaya dibandingkan dengan pancuran konvensional. Faktanya, model yang mengandung perak menunjukkan beberapa efek yang tidak terduga pada komunitas mikroba.
“Temuan ini menggarisbawahi perlunya peningkatan standar pengujian, evaluasi kinerja dunia nyata, dan solusi inovatif untuk mengurangi risiko mikroba dalam sistem air, sehingga memberikan manfaat bagi konsumen dan populasi rentan,” kata penulis studi Sarah-Jane Haig dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Pittsburgh. dalam rilis media.
Meskipun jumlah total bakteri berbahaya tetap tidak berubah, pancuran perak memang mempengaruhi komposisi komunitas mikroba. Para peneliti menemukan bahwa perak tampaknya mendorong pertumbuhan sifat mikroba tertentu yang terkait dengan pembentukan biofilm – pada dasarnya, menciptakan lingkungan yang dapat membantu bakteri membangun dan melindungi diri mereka sendiri.
Studi tersebut juga mengungkapkan efek samping menarik terkait usia pancuran. Seiring penggunaan pancuran dari waktu ke waktu, konsentrasi spesies bakteri yang berbeda berubah. Beberapa bakteri berkurang jumlahnya sementara yang lain meningkat, hal ini menunjukkan sifat dinamis mikroorganisme dalam sistem pancuran.
Temuan ini menantang klaim pemasaran produsen pancuran antimikroba dan menyarankan agar konsumen bersikap skeptis terhadap janji teknologi pembasmi mikroba. Para peneliti menekankan bahwa uji laboratorium standar sering kali gagal mencerminkan kondisi dunia nyata, sehingga berpotensi menyebabkan klaim produk yang menyesatkan.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menciptakan laboratorium pancuran terkontrol dengan tiga bilik pancuran identik, masing-masing dilengkapi dengan jenis pancuran berbeda. Mereka mensimulasikan kondisi pancuran rata-rata, termasuk suhu dan durasi air pada umumnya. Sampel air dikumpulkan setiap dua minggu selama 12 minggu, dan berbagai teknik analisis digunakan untuk memeriksa populasi bakteri, termasuk metode kultur dan molekuler yang dapat mendeteksi bakteri di berbagai negara bagian.
Hasil Utama
Temuan utamanya adalah pancuran yang mengandung perak tidak mengurangi bakteri berbahaya dibandingkan pancuran konvensional. Namun, perak memang mempengaruhi komunitas mikroba, berpotensi meningkatkan sifat-sifat yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup bakteri dan pembentukan biofilm.
Keterbatasan Studi
Penelitian ini dilakukan di laboratorium dan mungkin tidak secara sempurna mewakili sistem perpipaan setiap rumah. Studi ini berfokus pada sekumpulan spesies bakteri tertentu dan menggunakan jangka waktu yang relatif singkat. Selain itu, analisis mikroba bergantung pada metode komputasi prediktif, yang meskipun canggih, bukanlah pengukuran langsung terhadap perilaku bakteri.
Diskusi & Kesimpulan
Studi ini menyoroti kompleksitas komunitas mikroba dalam sistem air dan potensi keterbatasan perbaikan teknologi yang cepat. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen dan pengelola bangunan harus berhati-hati terhadap klaim efektivitas antimikroba dan mempertimbangkan pendekatan yang lebih komprehensif terhadap keamanan air.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didukung oleh National Science Foundation melalui hibah CBET-1935378. Dukungan tambahan datang dari University of Pittsburgh Center for Research Computing, khususnya memanfaatkan cluster HTC yang didukung oleh penghargaan NIH (S10OD028483). Para penulis menyatakan tidak ada kepentingan finansial yang bersaing.