SOLNA, Swedia — Beberapa obat yang dikonsumsi pasien untuk melindungi kesehatan jantungnya juga mungkin memberikan manfaat tersembunyi. Para peneliti di Swedia menemukan bahwa penggunaan obat hipertensi dan kolesterol tinggi dalam jangka panjang juga menurunkan risiko terkena demensia.
Penelitian yang dilakukan menggunakan pencatatan kesehatan nasional Swedia menunjukkan bahwa obat jantung tertentu memainkan peran penting dalam melindungi kesehatan otak. Ini termasuk diuretik, obat tekanan darah, obat penurun kolesterol, dan pengencer darah.
Para ilmuwan dari Karolinska Institutet menemukan bahwa orang-orang yang secara konsisten mengonsumsi obat jantung khusus ini selama lima tahun memiliki peluang yang jauh lebih rendah untuk terkena demensia. Namun, tidak semua obat diciptakan sama. Meskipun beberapa obat menunjukkan efek perlindungan, obat lain secara mengejutkan meningkatkan risiko demensia.
“Penelitian sebelumnya berfokus pada obat-obatan individu dan kelompok pasien tertentu, tetapi dalam penelitian ini, kami mengambil pendekatan yang lebih luas,” kata penulis utama Alexandra Wennberg, peneliti yang berafiliasi di Institute of Environmental Medicine, dalam rilis universitasnya.
Penelitian yang dipublikasikan di Alzheimer & Demensia: Jurnal Asosiasi Alzheimermemeriksa data dari 88.065 pasien demensia dan 880.650 peserta kontrol yang sehat, semuanya berusia di atas 70 tahun. Kumpulan data yang sangat besar ini memungkinkan para peneliti melacak penggunaan obat-obatan dan diagnosis demensia dengan detail yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Diuretik, obat hipertensi, obat kolesterol tinggi, dan pengencer darah semuanya muncul sebagai pelindung otak yang potensial. Pasien yang menggunakan obat-obatan ini selama lima sampai 10 tahun menunjukkan kira-kira peluang 25% lebih rendah mengembangkan demensia dibandingkan dengan non-pengguna. Menariknya, menggabungkan beberapa obat dalam kelas-kelas ini tampaknya meningkatkan efek perlindungan. Sederhananya, penggunaan lebih dari satu obat ini meningkatkan efek perlindungan otaknya.
“Saat ini kita belum memiliki obat untuk demensia, jadi penting untuk menemukan tindakan pencegahan,” tambah Wennberg.
Tidak semua obat jantung bermanfaat
Obat antiplatelet, yang biasa diresepkan untuk mencegah pembekuan darah, menunjukkan adanya hubungan dengan risiko demensia yang lebih tinggi. Temuan ini sangat penting mengingat seberapa sering obat-obatan ini diresepkan.
Para peneliti mengajukan beberapa alasan mengapa obat ini dapat membantu melindungi kesehatan otak. Mereka berpotensi mengurangi peradangan, meningkatkan kesehatan pembuluh darah, melindungi terhadap cedera serebrovaskular, dan berpotensi menurunkan akumulasi protein berbahaya di otak.
Meskipun penelitian ini tidak membuktikan obat-obatan ini secara pasti mencegah demensia, penelitian ini memberikan bukti kuat bahwa pengobatan kardiovaskular jangka panjang dapat memberikan manfaat yang tidak terduga pada otak. Para peneliti dengan cermat menganalisis catatan kesehatan nasional Swedia, melacak penggunaan obat-obatan dan diagnosis demensia selama beberapa tahun. Mereka dengan hati-hati mengontrol faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, dan kondisi kesehatan untuk memastikan keandalan temuan mereka.
Para peneliti mencatat bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk membuktikan hubungan yang pasti. Penelitian saat ini menunjukkan adanya hubungan, bukan sebab akibat langsung. Namun, penelitian ini menggarisbawahi hubungan kompleks antara kesehatan kardiovaskular dan otak, sehingga menawarkan secercah harapan dalam perjuangan melawan demensia.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Untuk memahami bagaimana para peneliti melakukan penelitian inovatif ini, mereka menggunakan pencatatan kesehatan nasional yang komprehensif di Swedia, yang melacak informasi medis terperinci dari jutaan orang. Dengan menghubungkan database yang berbeda, mereka dapat mengikuti penggunaan pengobatan individu dan melacak diagnosis demensia selanjutnya.
Para peneliti memilih 88.065 orang yang didiagnosis menderita demensia setelah usia 70 tahun, antara tahun 2011 dan 2016. Untuk setiap pasien demensia, mereka mengidentifikasi sepuluh subjek kontrol yang cocok tanpa demensia. Hal ini memungkinkan mereka untuk membandingkan penggunaan obat antara mereka yang menderita demensia dan mereka yang tidak.
Hasil Utama
Studi ini mengungkapkan temuan berbeda tentang pengobatan kardiovaskular dan risiko demensia. Pengguna diuretik, obat tekanan darah, obat penurun kolesterol, dan pengencer darah dalam jangka panjang (lima tahun atau lebih) menunjukkan tingkat demensia yang lebih rendah. Secara khusus, penggunaan obat-obatan ini selama 5-10 tahun mengurangi risiko demensia sekitar 25%.
Menariknya, penggunaan pengobatan jangka pendek (1-4 tahun) ternyata dikaitkan dengan risiko demensia yang sedikit lebih tinggi. Para peneliti berpendapat bahwa hal ini mungkin terjadi karena individu yang memulai pengobatan mungkin sudah memiliki kondisi kesehatan mendasar yang mempengaruhi kesehatan otak.
Keterbatasan Studi
Para peneliti tidak dapat secara pasti membuktikan obat-obatan ini mencegah demensia, hanya saja obat-obatan tersebut dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah. Mereka juga mengakui potensi kesalahan diagnosis dan tantangan dalam menggunakan data registri.
Diskusi & Kesimpulan
Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan kardiovaskular jangka panjang mungkin memiliki manfaat neurologis yang tidak terduga. Efek perlindungan tampak paling jelas ketika pasien menggunakan beberapa obat pelengkap. Namun, penelitian ini juga menimbulkan tanda bahaya mengenai obat antiplatelet, yang dikaitkan dengan risiko demensia lebih tinggi.
Pendanaan & Pengungkapan
Studi ini didanai oleh yayasan penelitian di Karolinska Institutet. Para peneliti menyatakan tidak ada konflik kepentingan yang signifikan, dan sumber pendanaan tidak dilibatkan dalam desain atau analisis penelitian.