TOYOAKE, Jepang — Bayangkan sebuah terobosan yang dapat membantu jutaan orang yang menderita skizofrenia – suatu kondisi yang mengurangi ekspresi emosi dan mengaburkan fungsi kognitif. Peneliti Jepang mungkin telah menemukan solusi inovatif menggunakan teknik stimulasi otak non-invasif yang lebih dari sekadar pengobatan tradisional.
Tinjauan sistematis yang dipimpin oleh Profesor Taro Kishi dari Universitas Kesehatan Fujita telah mengungkapkan hasil yang menjanjikan stimulasi ledakan theta yang terputus-putus (iTBS), sebuah pendekatan mutakhir yang menargetkan korteks prefrontal dorsolateral kiri otak. Metode ini berpotensi mengatasi aspek paling menantang dari skizofrenia yang sering kali sulit diatasi oleh pengobatan saat ini.
Skizofrenia mempengaruhi sekitar 1% populasi global, menyebabkan gangguan signifikan dalam cara individu berpikir, memandang, dan berinteraksi dengan dunia. Meskipun obat antipsikotik yang ada saat ini efektif mengatasi halusinasi dan delusi, obat tersebut sering kali gagal mengatasi gejala negatif seperti penarikan emosi dan gangguan kognitif.
Studi yang dipublikasikan di Jaringan JAMA Terbuka menganalisis 30 uji klinis acak yang melibatkan 1.424 peserta, memeriksa sembilan protokol stimulasi otak yang berbeda. Para peneliti menemukan bahwa iTBS secara signifikan memperbaiki berbagai dimensi gejala.
“iTBS di DLPFC kiri dapat memperbaiki gejala negatif, depresi, kecemasan, dan gangguan kognitif,” jelas Dr. Kishi dalam rilis universitas.
Khususnya, teknik ini menunjukkan harapan khusus dalam mengurangi gejala yang sulit diatasi oleh pengobatan tradisional. Korteks prefrontal dorsolateral kiri, wilayah otak utama yang terhubung dengan mekanisme dasar skizofrenia, menjadi titik fokus dari pendekatan pengobatan inovatif ini.
“Korteks prefrontal dorsolateral kiri (DLPFC) terhubung ke bagian otak, yang berhubungan dengan patofisiologi skizofrenia, dan gangguannya mungkin memainkan peran penting dalam gejala negatif dan kognitif. Oleh karena itu, ini adalah target yang menjanjikan untuk mengobati gejala negatif dan kognitif pada orang yang menderita skizofrenia,” jelas Prof. Kishi.
Meskipun menarik, para peneliti mengakui keterbatasan penelitian ini. Prof Shinsuke Kito mencatat ukuran sampel yang relatif kecil dan potensi pengaruh pengobatan psikotropika secara bersamaan. Penelitian berskala besar dan jangka panjang di masa depan direncanakan untuk memberikan wawasan yang lebih komprehensif.
Penelitian ini menawarkan secercah harapan bagi individu yang bergulat dengan skizofrenia, dengan menunjukkan bahwa stimulasi otak non-invasif dapat menjadi pelengkap yang kuat untuk strategi pengobatan yang ada.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti secara sistematis meninjau dan menganalisis 30 uji klinis acak. Mereka menggunakan pendekatan komprehensif yang disebut meta-analisis jaringan, yang memungkinkan perbandingan beberapa protokol pengobatan secara bersamaan. Penelitian tersebut melibatkan orang dewasa dengan gangguan spektrum skizofrenia, dengan peserta memiliki usia rata-rata 40,5 tahun dan 44,3% adalah laki-laki.
Hasil Utama
Analisis mengungkapkan bahwa stimulasi ledakan theta intermiten pada korteks prefrontal dorsolateral kiri adalah satu-satunya protokol yang menunjukkan peningkatan signifikan secara statistik. Pasien mengalami penurunan gejala negatif, skor gejala keseluruhan yang lebih rendah, penurunan gejala depresi dan kecemasan, dan peningkatan fungsi kognitif dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Keterbatasan Studi
Penelitian ini melibatkan sejumlah kecil peserta, dan uji coba tersebut menggunakan berbagai obat antipsikotik. Selain itu, efek jangka panjang dari pengobatan masih belum diketahui sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut.
Diskusi & Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa stimulasi ledakan theta mungkin menawarkan pendekatan baru untuk mengobati skizofrenia, terutama untuk gejala-gejala yang sulit diatasi oleh pengobatan tradisional. Para peneliti berhipotesis bahwa pengobatan tersebut mungkin bekerja dengan memodulasi sinyal glutamat dan mengurangi transmisi saraf abnormal di jaringan otak.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didukung dana dari Japan Society for the Promotion of Science (JSPS KAKENHI). Beberapa peneliti melaporkan menerima honor pembicara dan dana hibah penelitian dari berbagai perusahaan farmasi, yang diungkapkan secara transparan dalam penelitian tersebut.