YERUSALEM, Israel — Obat-obatan seperti Ozempic dan Wegovy mungkin memberikan manfaat yang mengejutkan dan menyelamatkan jiwa bagi pasien termuda yang memakai obat diabetes dan penurun berat badan ini. Para peneliti di Israel telah menemukan bahwa remaja yang menggunakan agonis reseptor glukagon-like peptida 1 (GLP-1) mungkin memiliki lebih sedikit pemikiran untuk bunuh diri dan kecil kemungkinannya untuk mencoba melukai diri sendiri.
Temuan ini muncul pada saat kekhawatiran terhadap kesehatan mental remaja berada pada titik tertinggi, dan penggunaan obat penurun berat badan menjadi semakin umum di kalangan pasien dari segala usia. Penelitian yang dipublikasikan di JAMA Pediatrisecara khusus mengamati golongan obat ini, yang mencakup merek seperti Ozempic, Wegovy, dan Mounjaro. Awalnya dibuat sebagai pengobatan efektif untuk diabetes, obat ini mendapatkan popularitas karena kemampuan tambahannya dalam membantu orang menurunkan berat badan dengan mengurangi nafsu makan dan memperlambat pencernaan.
Para peneliti menganalisis catatan medis hampir 7.000 remaja berusia antara 12 dan 18 tahun yang didiagnosis menderita obesitas. Mereka membandingkan dua kelompok: mereka yang diberi resep obat GLP1R dan mereka yang diberi intervensi gaya hidup seperti saran diet dan olahraga tanpa obat.
Hasil yang mengejutkan mengungkapkan bahwa remaja yang mengonsumsi obat GLP1R memiliki risiko 33% lebih rendah untuk memiliki pikiran atau upaya bunuh diri selama setahun dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi obat tersebut. Perbedaan ini tetap ada bahkan ketika peneliti mengamati data hingga tiga tahun.
Temuan penelitian ini sangat relevan mengingat meningkatnya angka obesitas di kalangan generasi muda. Menurut data terkini, lebih dari 124 juta anak-anak dan remaja di seluruh dunia terkena dampak obesitas, jumlah ini meningkat secara dramatis selama beberapa dekade terakhir.
Meskipun alasan pasti penurunan risiko bunuh diri belum jelas, para peneliti mempunyai beberapa teori. Salah satu kemungkinannya adalah keberhasilan penurunan berat badan akan meningkatkan kesehatan mental dan harga diri. Teori lain adalah bahwa obat-obatan tersebut mungkin memiliki efek langsung pada otak, sehingga berpotensi mempengaruhi suasana hati dan perilaku.
Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini menemukan beberapa efek samping yang diharapkan dari obat-obatan tersebut. Remaja yang memakai obat GLP1R lebih mungkin mengalami gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah. Namun, mereka memiliki risiko lebih rendah terkena pankreatitis akut, suatu kondisi yang berpotensi serius yang dalam beberapa kasus dikaitkan dengan penggunaan obat-obatan ini.
Para peneliti mengingatkan bahwa meskipun hasil ini menjanjikan, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengkonfirmasi temuan ini dan memahami efek jangka panjang obat-obatan ini terhadap kesehatan mental remaja. Mereka juga menekankan bahwa pengobatan harus menjadi bagian dari pendekatan komprehensif untuk mengatasi obesitas yang mencakup pola makan, olahraga, dan dukungan perilaku.
Ketika perdebatan mengenai penggunaan obat penurun berat badan pada kaum muda terus berlanjut, penelitian ini menambah bagian penting dari teka-teki tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa bagi beberapa remaja yang berjuang melawan obesitas, obat-obatan ini mungkin menawarkan manfaat lebih dari sekedar menurunkan berat badan.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan metode yang disebut pencocokan skor kecenderungan untuk membandingkan dua kelompok remaja yang mengalami obesitas: mereka yang menggunakan obat GLP1R dan mereka yang tidak. Teknik ini membantu memastikan bahwa kelompok-kelompok tersebut memiliki kesamaan dalam hal penting lainnya, seperti usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan lainnya. Mereka kemudian melihat catatan medis para remaja ini dari waktu ke waktu untuk melihat berapa banyak di setiap kelompok yang memiliki pikiran atau upaya untuk bunuh diri.
Hasil Utama
Selama periode 12 bulan, 1,4% remaja yang memakai obat GLP1R memiliki pikiran atau upaya bunuh diri, dibandingkan dengan 2,3% pada kelompok yang tidak memakai obat tersebut. Hal ini berarti risiko 33% lebih rendah bagi mereka yang menjalani pengobatan. Para peneliti juga menemukan bahwa obat-obatan ini dikaitkan dengan lebih banyak efek samping gastrointestinal tetapi lebih sedikit kasus pankreatitis akut.
Keterbatasan Studi
Penelitian ini bersifat observasional, artinya tidak dapat membuktikan bahwa obat-obatan tersebut secara langsung menyebabkan penurunan risiko bunuh diri. Ada kemungkinan bahwa faktor-faktor lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini dapat menjelaskan perbedaan tersebut. Selain itu, penelitian ini mengandalkan catatan medis, yang mungkin tidak mencakup semua pemikiran atau upaya bunuh diri, terutama jika remaja tidak mencari bantuan medis.
Diskusi & Kesimpulan
Para peneliti menyarankan beberapa kemungkinan penjelasan atas temuan mereka. Penurunan berat badan itu sendiri mungkin meningkatkan kesehatan mental, atau obat-obatan tersebut mungkin memiliki efek langsung pada kimia otak. Mereka juga mencatat bahwa obesitas berhubungan dengan kecanduan makanan dalam beberapa kasus, dan obat-obatan ini mungkin membantu dengan mempengaruhi sistem penghargaan otak. Studi ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut mengenai dampak kesehatan mental dari pengobatan obesitas pada remaja.
Pendanaan & Pengungkapan
Kajian tersebut tidak menyebutkan sumber pendanaan secara spesifik. Namun, salah satu penulis, Dr. Kerem, melaporkan menerima bayaran pribadi dari Novo Nordisk, sebuah perusahaan yang memproduksi obat GLP1R, karena memberikan ceramah tentang obesitas pada masa kanak-kanak. Potensi konflik kepentingan ini penting untuk dipertimbangkan ketika menafsirkan hasil penelitian.