

(Kredit: ROBERT ENRIQUEZ/Shutterstock)
WACO, Texas — Dalam perubahan mengejutkan yang menantang pemahaman kita tentang evolusi anjing, para peneliti telah menemukan bahwa coyote memiliki otot wajah yang sama yang bertanggung jawab atas ekspresi “mata anak anjing” yang terlihat pada anjing peliharaan kesayangan kita. Temuan ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk membuat wajah menawan ini tidak hanya dimiliki oleh hewan berkaki empat, tetapi mungkin merupakan sifat yang dimiliki oleh banyak spesies di dunia. genus Canis.
Studi tersebut dilakukan oleh para peneliti di Baylor University dan dipublikasikan di jurnal Ilmu Pengetahuan Terbuka Royal Societyberfokus pada pemeriksaan otot wajah coyote dan membandingkannya dengan otot wajah anjing dan serigala abu-abu. Penemuan mereka yang paling menarik adalah keberadaan yang berkembang dengan baik levator anguli okuli medialis (LAOM) otot pada coyote. Otot kecil namun kuat ini bertanggung jawab untuk menaikkan alis bagian dalam, menciptakan ekspresi meluluhkan hati yang sering kita kaitkan dengan anjing yang memohon.
“Temuan kami menunjukkan bahwa kemampuan untuk menghasilkan 'mata anak anjing' bukanlah produk unik dari domestikasi anjing, melainkan merupakan sifat leluhur yang dimiliki oleh banyak spesies di dunia. anjing genus,” jelas Patrick Cunningham, Ph.D. mahasiswa peneliti di Departemen Biologi di Baylor University, dalam rilis media. “Hal ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang peran ekspresi wajah dalam komunikasi dan kelangsungan hidup di antara anjing liar.”
Sebelumnya, para ilmuwan percaya bahwa manusia purba secara selektif membiakkan serigala ke dalam beragam ras anjing yang kita lihat sekarang dan bahwa kita secara tidak sengaja lebih menyukai serigala yang memiliki wajah lebih ekspresif. Namun studi baru ini membalikkan teori tersebut.
Dengan mengidentifikasi LAOM pada coyote, spesies yang terpisah dari garis keturunan anjing serigala jutaan tahun lalu, para peneliti menyimpulkan bahwa fitur wajah ini kemungkinan besar merupakan sifat primitif. Dengan kata lain, kemampuan untuk membuat “mata anak anjing” mungkin sudah ada pada nenek moyang semua spesies anjing ini dan bukan merupakan perkembangan terkini pada anjing.
“Penelitian kami mengungkapkan bahwa coyote dan anjing tidak hanya memiliki kesamaan perilaku, tetapi juga sejarah evolusi yang menarik yang mencakup kemampuan untuk membuat ekspresi yang sebelumnya kami anggap unik untuk hewan peliharaan,” tambah Cunningham.


Menariknya, meskipun coyote dan anjing memiliki otot ini, otot ini tampaknya dimodifikasi atau tidak ada pada serigala abu-abu. Temuan tak terduga ini menimbulkan pertanyaan baru tentang sejarah evolusi ekspresi wajah anjing dan perannya dalam komunikasi, baik dalam spesies maupun dengan manusia.
Penelitian ini tidak berhenti hanya pada mengidentifikasi keberadaan LAOM. Para peneliti juga memeriksa 17 otot wajah lainnya pada anjing hutan, membandingkannya dengan yang ditemukan pada anjing dan serigala. Meskipun banyak dari otot-otot ini serupa antar spesies, mereka memperhatikan beberapa perbedaan yang menarik. Misalnya, coyote memiliki versi otot tertentu yang lebih kecil yang bertanggung jawab atas pergerakan telinga dan kerutan dahi dibandingkan anjing.
Variasi ukuran dan perkembangan otot ini dapat memengaruhi cara spesies anjing mengekspresikan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, para peneliti berspekulasi bahwa pengurangan ukuran telinga coyote yang menstabilkan otot memungkinkan pergerakan telinga lebih cepat, sehingga berpotensi membantu mereka menemukan mangsa kecil di hutan lebat.
Studi ini juga mengungkapkan variasi menarik dalam populasi coyote itu sendiri. Beberapa otot, termasuk otot yang membentuk mata anak anjing, menunjukkan perbedaan mencolok dalam ukuran dan bentuk antara coyote yang berbeda. Variasi dalam spesies ini mengisyaratkan hubungan kompleks antara genetika, perilaku, dan anatomi dalam membentuk ekspresi wajah.
Saat kami terus mengungkap misteri evolusi anjing, penelitian ini membuka jalan baru untuk penelitian. Hal ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang peran ekspresi wajah dalam komunikasi dan perilaku anjing liar. Mungkinkah coyote menggunakan alisnya yang ekspresif untuk berkomunikasi satu sama lain dengan cara yang belum kita kenali? Selain itu, apa artinya ini bagi pemahaman kita tentang bagaimana anjing menggunakan ekspresi wajah untuk berinteraksi dengan manusia?
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti memeriksa otot wajah sembilan spesimen coyote, membandingkannya dengan otot wajah anjing peliharaan dan data serigala abu-abu yang dipublikasikan sebelumnya. Mereka dengan hati-hati membedah dan mengukur setiap otot wajah, menghitung rasio ukuran otot terhadap ukuran kepala secara keseluruhan untuk memperhitungkan perbedaan ukuran tubuh antar individu. Mereka juga menganalisis keturunan genetik dari empat spesimen coyote untuk memastikan temuan mereka tidak dipengaruhi oleh calon keturunan anjing atau serigala.
Hasil Utama
Studi tersebut menemukan bahwa coyote memiliki 18 otot wajah yang ditemukan pada anjing, termasuk LAOM yang berkembang dengan baik yang bertanggung jawab untuk menaikkan alis bagian dalam. Beberapa otot, seperti otot yang terlibat dalam pergerakan telinga dan dahi, berukuran lebih kecil pada coyote dibandingkan pada anjing. Para peneliti juga mengamati variasi ukuran dan bentuk otot antara individu coyote.
Keterbatasan Studi
Penelitian ini memiliki ukuran sampel yang relatif kecil yaitu sembilan coyote dan satu anjing, yang mungkin tidak sepenuhnya mewakili keanekaragaman dalam setiap spesies. Selain itu, spesimen coyote berasal dari wilayah yang diketahui memiliki campuran genetik antara coyote dan canids lainnya, yang berpotensi mempengaruhi hasil.
Diskusi & Kesimpulan
Kehadiran LAOM pada coyote menunjukkan bahwa “mata anak anjing” mungkin merupakan sifat primitif dalam genus Canis dan bukan hasil domestikasi anjing. Temuan ini menantang asumsi sebelumnya tentang evolusi ekspresi wajah anjing dan membuka area baru untuk penelitian komunikasi dan perilaku anjing liar. Studi ini juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan pencampuran genetik ketika mempelajari ciri-ciri morfologi pada anjing.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didukung oleh hibah dari Institut Nasional Pangan dan Pertanian, Program McIntire-Stennis Departemen Pertanian AS. Para peneliti menyatakan tidak ada kepentingan yang bersaing.