STOCKHOLM, Swedia — Dalam upaya mengungkap misteri penuaan, para ilmuwan telah menemukan ramalan tak terduga tentang kesehatan kognitif: tujuan hidup Anda sendiri. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa bisikan tentang penurunan kognitif yang akan datang mungkin tidak terdengar dalam pemindaian otak atau tes memori, tetapi dalam renungan tenang diri kita sendiri.
Diterbitkan di Jurnal Neurologi Bedah Saraf & Psikiatripenelitian yang membuka mata ini mengungkap bahwa perubahan dalam kesejahteraan psikologis dapat menandakan mendekatnya gangguan kognitif ringan (MCI) dan kemungkinan demensia bertahun-tahun sebelum gejala tradisional muncul.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Karolinska Institute di Swedia dan Rush University di Chicago ini mengikuti lebih dari 900 orang dewasa yang lebih tua selama 14 tahun sebagai bagian dari Rush Memory and Aging Project. Temuan mereka menggambarkan gambaran yang menarik tentang bagaimana kehidupan batin kita dapat meramalkan masa depan kognitif kita.
Penelitian ini menilai enam komponen utama kesejahteraan psikologis: penerimaan diri, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, hubungan positif dengan orang lain, dan pertumbuhan pribadi. Menariknya, dua aspek spesifik menunjukkan penurunan paling awal dan paling signifikan.
“Temuan kami menunjukkan bahwa pertumbuhan pribadi dan tujuan hidup mungkin lebih menuntut secara kognitif daripada komponen kesejahteraan lainnya, dan karena itu dapat berfungsi sebagai indikator penuaan kognitif yang lebih sensitif,” tulis para peneliti dalam rilis media.
Penurunan ini terlihat tiga hingga enam tahun sebelum diagnosis MCI, bahkan tanpa adanya gejala kognitif yang nyata. Pengungkapan ini menambahkan dimensi baru pada pemahaman kita tentang kesehatan kognitif. Sementara penelitian sebelumnya telah menghubungkan kesejahteraan psikologis dengan penuaan otak, sebagian besarnya hanya berfokus pada rasa tujuan. Studi ini memperluas cakupan, menunjukkan bahwa perasaan kita tentang pertumbuhan pribadi dan arah hidup dapat menjadi prediktor yang kuat terhadap kesehatan kognitif.
Studi tersebut menemukan bahwa kesejahteraan psikologis menurun lebih cepat pada individu yang mengalami MCI dibandingkan dengan mereka yang tetap sehat secara kognitif. Penurunan ini dapat dideteksi hingga dua tahun sebelum diagnosis MCI.
Namun, ceritanya tidak berakhir dengan diagnosis. Studi tersebut juga menemukan bahwa setelah diagnosis MCI, hubungan positif dengan orang lain menurun lebih cepat.
“Orang-orang dengan gangguan fungsi kognitif mungkin cenderung tidak terlibat dalam aktivitas sosial dan rekreasi dibandingkan sebelumnya, yang dapat menyebabkan kemerosotan lebih lanjut dalam hubungan mereka dengan teman-teman atau orang lain,” imbuh para peneliti.
Temuan ini menyoroti kebutuhan kritis akan dukungan sosial dan intervensi setelah diagnosis. Para peneliti menganjurkan bahwa dukungan psikologis harus menjadi bagian dari rencana perawatan bagi orang yang didiagnosis dengan gangguan terkait demensia.
Meskipun hasil ini meyakinkan, para peneliti mengakui adanya keterbatasan. Populasi penelitian sebagian besar berpendidikan tinggi, berkulit putih, dan perempuan, sehingga berpotensi membatasi generalisasinya. Selain itu, mekanisme pasti yang menghubungkan kesejahteraan psikologis dan fungsi kognitif masih belum jelas.
Kendati demikian, penelitian ini membuka kemungkinan menarik untuk strategi intervensi dan pencegahan dini. Penelitian ini menunjukkan bahwa memelihara rasa tujuan dan pertumbuhan pribadi yang berkelanjutan sepanjang hidup mungkin tidak hanya berkontribusi pada kesejahteraan emosional tetapi juga dapat memainkan peran penting dalam menjaga fungsi kognitif seiring bertambahnya usia.
Seiring dengan terus bertambahnya usia penduduk dunia, dengan kasus demensia yang diproyeksikan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050, wawasan seperti ini menjadi semakin berharga. Wawasan ini menawarkan cara baru untuk deteksi dini dan intervensi, yang berpotensi mengurangi beban demensia pada diri sendiri dan masyarakat.
Pesannya jelas: menumbuhkan rasa tujuan yang kuat, merangkul pertumbuhan pribadi, dan menjaga hubungan sosial mungkin lebih dari sekadar kunci menuju kehidupan yang memuaskan – hal-hal tersebut juga dapat menjadi komponen penting bagi kesehatan kognitif di tahun-tahun berikutnya.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Rush Memory and Aging Project, yang menjadi dasar penelitian ini, mengikuti 910 orang dewasa tua yang sehat secara kognitif hingga 14 tahun. Peserta menjalani penilaian tahunan yang mencakup pemeriksaan neurologis, tes kognitif, tinjauan riwayat medis, dan evaluasi kesejahteraan psikologis menggunakan Skala Kesejahteraan Psikologis Ryff. Peneliti menggunakan model statistik untuk menganalisis bagaimana kesejahteraan psikologis berubah seiring waktu, membandingkan mereka yang mengalami MCI atau demensia dengan mereka yang tetap sehat secara kognitif.
Hasil Utama
Hasilnya mengungkapkan bahwa kesejahteraan psikologis menurun lebih cepat pada individu yang mengalami MCI dibandingkan dengan mereka yang tetap sehat secara kognitif, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah terdeteksi 2 tahun sebelum diagnosis MCI. Tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi menunjukkan penurunan paling awal, menjadi lebih rendah secara signifikan 3 dan 6 tahun sebelum diagnosis MCI. Setelah diagnosis MCI, hubungan positif dengan orang lain menurun lebih cepat. Menariknya, di antara mereka yang mengalami MCI, lintasan kesejahteraan serupa terlepas dari apakah mereka kemudian mengalami demensia.
Keterbatasan Studi
Meskipun temuan penelitian ini signifikan, ada beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan. Populasi penelitian sebagian besar adalah relawan yang berpendidikan baik, sehingga berpotensi membatasi generalisasi. Penilaian kesejahteraan psikologis menggunakan versi singkat dari skala yang lebih komprehensif, yang mungkin menimbulkan beberapa kesalahan pengukuran. Kekuatan statistik terbatas untuk beberapa titik waktu karena jumlah pengamatan yang lebih sedikit, dan ukuran efeknya, meskipun signifikan secara statistik, tidak terlalu besar.
Diskusi & Kesimpulan
Poin-poin utama dari penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan dalam kesejahteraan psikologis, khususnya dalam tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi, dapat menjadi indikator awal penurunan kognitif di masa mendatang. Mempertahankan kesejahteraan psikologis sepanjang hidup berpotensi membantu mencegah atau menunda penurunan kognitif.
Penelitian ini juga menyoroti pentingnya dukungan psikologis pascadiagnosis bagi individu dengan MCI atau demensia, terutama dalam menjaga hubungan sosial. Penelitian di masa mendatang harus menyelidiki apakah intervensi yang menargetkan kesejahteraan psikologis dapat memperlambat penurunan kognitif atau mengurangi risiko demensia.
Pendanaan & Pengungkapan
Studi ini didukung oleh hibah dari National Institutes of Health, Swedish Research Council, Swedish Research Council for Health Working Life and Welfare, dan Karolinska Institutet Research Foundation. Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.