

(Kredit: KieferPix/Shutterstock)
BOSTON — Apakah wanita perlu lebih sering keluar rumah dan berjemur? Sebuah studi baru menemukan beberapa fakta mengejutkan tentang bagaimana kita menghabiskan hari-hari kita dan siapa yang memanfaatkan waktu siang hari sebaik-baiknya.
Penelitian menarik ini mengungkap perbedaan mencolok dalam cara pria dan wanita menikmati siang hari, mengungkapkan bahwa perempuan menerima lebih sedikit cahaya terang sepanjang hari dibandingkan laki-laki – sebuah pola yang dimulai pada masa kanak-kanak dan berlanjut sepanjang kelompok usia dan ras yang berbeda.
Para peneliti menganalisis data lebih dari 11.000 peserta dalam Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional dan menemukan bahwa pria menghabiskan sekitar 52% lebih banyak waktu di tempat yang terang dibandingkan wanita. Artinya untuk setiap 60 menit pengalaman cahaya terang yang dialami pria, wanita hanya mendapat waktu sekitar 40 menit.
Penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal npj Waktu Biologis dan Tidurmenggunakan perangkat yang dikenakan di pergelangan tangan untuk mengukur paparan cahaya secara objektif di berbagai tingkat intensitas. Pesertanya berkisar dari anak-anak hingga orang dewasa berusia di atas 80 tahun, mewakili beragam lapisan di Amerika Serikat.
Perbedaan siang hari dimulai lebih awal
Bahkan di masa kanak-kanak, anak perempuan ditemukan menghabiskan lebih sedikit waktu di tempat terang dibandingkan anak laki-laki. Kesenjangan ini semakin nyata pada masa remaja dan dewasa.
Lalu mengapa wanita mendapat cahaya yang kurang terang? Para peneliti berpendapat alasannya kemungkinan berasal dari perbedaan waktu di luar ruangan. Laki-laki dalam penelitian tersebut melaporkan menghabiskan hampir dua jam lebih banyak di luar ruangan selama bekerja dan di luar hari kerja dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perbedaan pekerjaan dan karier, ekspektasi sosial, dan norma budaya yang mungkin menghambat perempuan untuk menghabiskan waktu di luar rumah.


Peneliti Danielle A. Wallace dari Brigham and Women's Hospital mengatakan perbedaan ini dapat mempunyai implikasi kesehatan yang signifikan. Cahaya memainkan peran penting dalam mengatur jam internal tubuh kita, memengaruhi pola tidur, produksi hormon, dan bahkan berpotensi berdampak pada kesehatan jangka panjang. Penulis penelitian mencatat bahwa berkurangnya paparan cahaya mungkin berkontribusi terhadap variasi kondisi kesehatan yang berbeda antara pria dan wanita, seperti gangguan tidur dan penyakit autoimun tertentu.
“Sinkronisasi jam tubuh yang buruk dapat berdampak buruk pada kesehatan seperti siklus tidur-bangun dan suasana hati. Sinar matahari juga penting untuk produksi Vitamin D, sehingga paparan sinar matahari yang terbatas (dan paparan cahaya rendah yang lebih banyak) dapat menyebabkan kekurangan Vit D. Ada juga peningkatan minat terhadap apakah paparan cahaya terang di siang hari dapat memberikan perlindungan terhadap efek buruk cahaya di malam hari (walaupun diperlukan penyelidikan lebih lanjut),” catat Wallace dalam rilis media.
Studi ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang bagaimana lingkungan dan aktivitas kita sehari-hari dapat berdampak pada kesehatan kita dengan cara yang biasanya tidak kita pertimbangkan. Hal ini menunjukkan bahwa sesuatu yang tampaknya sederhana seperti menghabiskan waktu di bawah sinar matahari dapat menjadi faktor penting dalam memahami perbedaan kesehatan berbasis gender.
Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian untuk sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari perbedaan paparan cahaya ini, penelitian ini memberikan pengingat yang menarik tentang bagaimana rutinitas sehari-hari dan ekspektasi masyarakat dapat membentuk pengalaman biologis mendasar kita.
Kesimpulannya? Perhatikan paparan cahaya Anda. Baik Anda pria atau wanita, mendapatkan waktu yang teratur di bawah cahaya terang – terutama sinar matahari alami – dapat menjadi aspek penting dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Studi ini memanfaatkan data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES) tahun 2011-2014, yang menganalisis paparan cahaya nyata pada populasi AS menggunakan sensor cahaya yang dikenakan di pergelangan tangan. Peserta, mulai dari usia 3 hingga lebih dari 80 tahun dan mewakili latar belakang ras dan etnis yang beragam, memakai perangkat tersebut hingga 9 hari, memberikan data paparan cahaya terus menerus. Analisis tersebut mencakup penentuan tingkat paparan cahaya sebagai redup, sedang, dan terang berdasarkan nilai lux. Data ini diproses dan divalidasi melalui berbagai kendali mutu untuk memastikan keakuratannya.
Hasil Utama
Studi tersebut menemukan bahwa, rata-rata, laki-laki terpapar cahaya terang 52% lebih banyak dibandingkan perempuan. Perbedaan ini diamati sejak masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa, dimana perempuan umumnya mengalami cahaya kurang terang di semua kelompok umur. Selain itu, waktu paparan cahaya bervariasi berdasarkan jenis kelamin; betina biasanya mulai menerima cahaya terang di sore hari dan selesai lebih awal. Studi tersebut menunjukkan bahwa aktivitas di luar ruangan karena pekerjaan dan rekreasi mungkin menjelaskan beberapa perbedaan ini, karena laki-laki melaporkan lebih banyak aktivitas di luar ruangan selama jam kerja siang hari.
Keterbatasan Studi
Perangkat yang dipakai di pergelangan tangan mungkin tidak secara sempurna mengukur tingkat cahaya di mata, yang penting untuk memahami ritme sirkadian dan efek biologis lainnya. Penelitian ini juga mengandalkan data yang dilaporkan sendiri untuk beberapa variabel, yang dapat menimbulkan bias. Faktor lingkungan dan pekerjaan yang mempengaruhi paparan cahaya tidak diteliti secara mendalam. Temuan ini mungkin tidak berlaku secara global karena datanya hanya mencerminkan populasi Amerika.
Diskusi & Kesimpulan
Temuan ini menyoroti perbedaan signifikan antara jenis kelamin dan paparan cahaya yang dapat mempengaruhi hasil kesehatan, karena cahaya memainkan peran penting dalam mengatur ritme biologis dan kesehatan secara keseluruhan. Studi ini menggarisbawahi perlunya penelitian lebih lanjut mengenai alasan di balik perbedaan-perbedaan ini dan implikasinya. Memahami pola-pola ini dapat membantu menyesuaikan intervensi kesehatan masyarakat untuk mengurangi kesenjangan kesehatan terkait paparan cahaya.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didukung oleh National Institutes of Health, khususnya National Heart, Lung, and Blood Institute. Peneliti utama, DA Wallace, menyatakan dukungan hibah dari NIH dan mencatat penghargaan sebelumnya dari Sleep Research Society. Tidak ada kepentingan finansial yang dilaporkan, sehingga menjamin objektivitas dan kredibilitas penelitian ini.