YEMASSEE, SC — Ini mungkin bukan sebuah revolusi kera yang dimodifikasi secara genetis, tapi mungkinkah ini hanya sebuah prekuel kecil? Pihak berwenang di Carolina Selatan mengatakan lebih dari 40 kera Rhesus masih berkeliaran setelah melarikan diri dari laboratorium penelitian hewan di daerah tersebut.
Secara khusus, 43 monyet betina muda melarikan diri setelah melakukan kesalahan sederhana di fasilitas penelitian biomedis yang dijalankan oleh Alpha Genesis. Pelarian massal di Yemassee telah memicu operasi pengambilan yang rumit dan membuat penduduk setempat waspada sejak Kamis, 7 November.
Para pelarian berukuran pint, yang masing-masing beratnya tidak lebih dari tujuh pon, menyelinap melalui pintu yang tidak aman di Alpha Genesis. Fasilitas tersebut dilaporkan mengkhususkan diri pada penelitian biomedis berbasis primata.
“Mereka diyakini berada di kawasan hutan di sekitar fasilitas tersebut. Staf di Alpha Genesis saat ini berusaha membujuk hewan-hewan itu kembali menggunakan makanan untuk memastikan penangkapan mereka aman,” tulis Departemen Kepolisian Yemassee dalam sebuah pernyataan di Facebook.
Meskipun situasi ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan penduduk setempat, para pejabat dengan cepat mengatasi masalah keselamatan.
“Seorang juru bicara Alpha Genesis dapat mengonfirmasi bahwa hewan-hewan ini terlalu muda untuk membawa penyakit,” tambah polisi setempat dalam pembaruan sebelumnya.
Namun demikian, pihak berwenang tetap mendesak agar berhati-hati, menyarankan warga untuk menjaga pintu dan jendela tertutup rapat dan menjaga jarak dari primata yang “gelisah”.
Hingga Jumat sore, semua monyet lab masih berkeliaran! Ini mungkin belum menjadi planet kera, tapi kita harus melihat seberapa pintar primata yang melarikan diri ini saat mereka mencari jalan keluar dari Negara Bagian Palmetto.
Mengapa para ilmuwan menggunakan monyet dalam penelitian medis?
Alasan ilmiah utama penggunaan monyet dalam penelitian medis berkisar pada kesamaan biologis mereka dengan manusia. Monyet memiliki sekitar 93% DNA yang sama dengan manusia dan memiliki sistem fisiologis dan neurologis yang serupa. Hal ini menjadikannya berharga untuk mempelajari perkembangan penyakit, metabolisme dan keamanan obat, fungsi dan perkembangan otak, serta respons sistem kekebalan.
Faktor kunci kedua adalah perilaku dan kognisi mereka yang kompleks. Monyet dapat melakukan tugas-tugas canggih dan menunjukkan perilaku sosial yang menjadikannya berguna untuk mempelajari gangguan neurologis, kondisi kesehatan mental, perkembangan sosial, dan proses seperti pembelajaran dan memori.
Kesamaan penyakit adalah alasan penting lainnya. Banyak penyakit yang menyerang monyet seperti halnya manusia, termasuk HIV/AIDS, penyakit Parkinson, Alzheimer, dan berbagai penyakit menular. Kesamaan ini memungkinkan peneliti untuk mempelajari kondisi ini dan potensi pengobatannya dengan lebih efektif.
Dalam pengembangan obat, pengujian pada monyet membantu menentukan keamanan obat, menentukan dosis yang tepat, mengidentifikasi potensi efek samping, dan mengevaluasi efektivitas sebelum melanjutkan ke uji coba pada manusia. Pekerjaan ini telah berkontribusi pada banyak kemajuan medis, termasuk pengembangan vaksin polio, pemahaman tentang HIV/AIDS, stimulasi otak dalam untuk Parkinson, dan pengembangan vaksin COVID-19.
Para ilmuwan umumnya menggunakan monyet hanya ketika tidak ada metode alternatif yang dapat memberikan informasi yang diperlukan. Mereka pertama-tama mempertimbangkan pilihan seperti model komputer, kultur sel, atau penelitian dengan hewan yang tidak terlalu rumit sebelum beralih ke penelitian primata.