CHICAGO — Dokter Anda mengukur tekanan darah Anda pada setiap kunjungan, namun apa yang terjadi di antara pembacaan tersebutlah yang mungkin paling penting bagi kesehatan otak Anda. Itulah kesimpulan mengejutkan dari penelitian ekstensif yang melacak perubahan kognitif pada ribuan orang lanjut usia, yang mengungkapkan adanya risiko khusus pada orang kulit hitam Amerika.
Kita sudah lama mengetahui bahwa tekanan darah tinggi dapat membahayakan kesehatan otak, namun penelitian baru ini menunjukkan bahwa yang penting bukan hanya seberapa tinggi tekanan darah Anda – tapi juga seberapa besar tekanan darah tersebut berpindah dari kunjungan ke dokter. Pertimbangkan kecepatan mobil: mengemudi secara konsisten pada kecepatan 60 mph mungkin baik-baik saja (tentu saja selama Anda tidak ngebut), tetapi terus-menerus berakselerasi dan mengerem antara 45 dan 85 mph akan menambah tekanan pada mesin.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Rush University Medical Center dan University of California di Davis, melacak 4.770 orang dewasa berusia di atas 65 tahun yang tinggal di Chicago dari tahun 1993 hingga 2012. Upaya penelitian ekstensif ini, yang dikenal sebagai Chicago Health and Aging Project (CHAP), mencakup peserta berkulit hitam dan putih, dengan individu berkulit hitam mencapai sekitar dua pertiga dari populasi penelitian.
Apa yang menjadikan penelitian ini sangat berharga adalah cakupan dan durasinya yang mengesankan. Meskipun penelitian sebelumnya telah meneliti variabilitas tekanan darah (BPV) dan kesehatan kognitif, sebagian besar penelitian berfokus terutama pada partisipan kulit putih dan melacak mereka dalam periode yang jauh lebih singkat. Masa tindak lanjut penelitian selama 18 tahun ini memberikan gambaran yang jauh lebih komprehensif tentang bagaimana pola tekanan darah memengaruhi kesehatan otak dari waktu ke waktu.
Para peneliti menemukan bahwa peserta yang pembacaan tekanan darahnya menunjukkan perubahan yang lebih besar di antara kunjungan memiliki kinerja yang lebih buruk pada tes kognitif. Sebagai gambaran, mereka yang memiliki variabilitas tekanan darah tertinggi menunjukkan tingkat kinerja kognitif yang setara dengan 1,8 tahun lebih tua dari usia sebenarnya. Namun, efeknya bahkan lebih nyata pada partisipan berkulit hitam, dimana variabilitas tekanan darah tinggi dikaitkan dengan kinerja kognitif yang setara dengan usia 2,8 tahun lebih tua.
“Hasil ini menunjukkan bahwa fluktuasi tekanan darah merupakan faktor risiko masalah kognitif di luar dampak negatif tekanan darah tinggi itu sendiri,” kata penulis studi Dr. Anisa Dhana, dari Rush University, dalam sebuah pernyataan. “Orang lanjut usia harus dipantau secara rutin tekanan darahnya dan perubahan apa pun dari waktu ke waktu sehingga kami dapat mengidentifikasi orang-orang yang mungkin mengalami masalah ini dan berupaya mengatasinya, yang berpotensi membantu mencegah atau menunda masalah kognitif.”
Temuan ini sangat relevan bagi komunitas kulit hitam, di mana faktor risiko kardiovaskular, terutama hipertensi, lebih banyak terjadi. Studi tersebut mengungkapkan bahwa partisipan berkulit hitam memiliki variabilitas tekanan darah sistolik rata-rata sebesar 17,7 milimeter merkuri (mm Hg), dibandingkan dengan 16,0 mm Hg pada partisipan berkulit putih. Perbedaan ini mungkin tampak kecil, namun seiring berjalannya waktu, fluktuasi ini tampaknya berdampak signifikan pada fungsi kognitif.
Hubungan antara variabilitas tekanan darah dan penurunan kognitif sangat kuat di antara peserta yang tidak mengonsumsi obat tekanan darah. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen tekanan darah yang tepat mungkin membantu melindungi terhadap efek kognitif ini, meskipun diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengkonfirmasi hipotesis ini.
Untuk menilai fungsi kognitif, para peneliti menggunakan serangkaian tes komprehensif yang mengevaluasi berbagai aspek pemikiran dan memori. Ini termasuk tugas-tugas seperti mengingat detail dari sebuah cerita singkat, baik segera maupun setelah penundaan, dan tes yang mengukur seberapa cepat peserta dapat memproses informasi.
Temuan penelitian ini, dipublikasikan di Neurologijurnal medis American Academy of Neurology, menyoroti pentingnya pemantauan dan pengelolaan tekanan darah yang konsisten, khususnya bagi orang kulit hitam Amerika. Tidaklah cukup hanya sekedar memeriksa apakah tekanan darah tinggi atau rendah – memantau kestabilannya dari waktu ke waktu mungkin sama pentingnya untuk menjaga kesehatan otak seiring bertambahnya usia.
Beberapa faktor mungkin berkontribusi terhadap kesenjangan ras dalam pengelolaan tekanan darah, termasuk perbedaan dalam akses terhadap layanan kesehatan, status sosial ekonomi, dan tingkat literasi kesehatan. Penulis penelitian mencatat bahwa mengatasi kesenjangan mendasar ini bisa menjadi sangat penting untuk melindungi kesehatan kognitif pada orang dewasa berkulit hitam yang lebih tua.
“Seiring dengan masyarakat kita yang menua dan prevalensi penyakit Alzheimer, mengidentifikasi strategi pencegahan untuk memperlambat penurunan keterampilan kognitif pada orang lanjut usia telah menjadi prioritas kesehatan masyarakat,” kata Dhana. “Mengelola tekanan darah dan fluktuasinya kini menjadi faktor risiko penting yang dapat dimodifikasi.”
Penelitian ini membuka kemungkinan baru untuk mencegah penurunan kognitif. Sama seperti tangan yang stabil lebih baik dalam membawa secangkir penuh air daripada tangan yang gemetar, menjaga tekanan darah tetap stabil mungkin merupakan kunci untuk menjaga kemampuan kognitif kita seiring bertambahnya usia. Bagi penyedia layanan kesehatan, temuan ini menunjukkan bahwa memperhatikan variabilitas tekanan darah – bukan hanya tekanan darah tinggi itu sendiri – dapat menjadi strategi penting untuk melindungi kesehatan otak, terutama pada pasien berkulit hitam.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti melacak tekanan darah peserta setiap tiga tahun, melakukan beberapa pembacaan pada setiap kunjungan. Mereka menghitung variabilitas tekanan darah dengan melihat seberapa besar perubahan tekanan darah seseorang di antara kunjungan. Anggap saja seperti melacak berat badan Anda dari waktu ke waktu – ini bukan hanya tentang berapa berat Anda, tetapi seberapa banyak angka tersebut memantul di antara pengukuran. Studi ini juga mengumpulkan informasi tentang pendidikan partisipan, aktivitas fisik, aktivitas kognitif (seperti membaca atau bermain game), kebiasaan merokok, dan kondisi kesehatan lainnya.
Hasil
Studi tersebut menemukan bahwa variabilitas tekanan darah yang lebih tinggi dikaitkan dengan kinerja kognitif yang lebih buruk, bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor seperti tekanan darah rata-rata, usia, pendidikan, dan kondisi kesehatan lainnya. Untuk setiap peningkatan deviasi standar dalam variabilitas tekanan darah sistolik, skor kognitif menurun dengan jumlah yang setara dengan penuaan hampir dua tahun. Efek ini bahkan lebih kuat pada peserta berkulit hitam, di mana variabilitas tinggi dikaitkan dengan penuaan kognitif selama hampir tiga tahun.
Keterbatasan
Tim peneliti mengakui beberapa keterbatasan. Penelitian ini hanya melibatkan peserta berkulit hitam dan putih dari wilayah selatan Chicago, sehingga temuan ini mungkin tidak berlaku untuk kelompok ras atau wilayah geografis lain. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan selang waktu tiga tahun, sehingga variasi jangka pendek tidak terdeteksi. Selain itu, penelitian ini tidak dapat menentukan apakah tekanan darah yang tidak stabil benar-benar menyebabkan penurunan kognitif atau keduanya merupakan gejala dari masalah kesehatan mendasar lainnya.
Diskusi dan Kesimpulan
Studi tersebut menunjukkan bahwa tekanan darah yang stabil mungkin sama pentingnya dengan menjaga tekanan darah tetap rendah untuk menjaga kesehatan otak. Hal ini sangat penting bagi orang Amerika berkulit hitam, yang menunjukkan variabilitas tekanan darah yang lebih tinggi dan hubungan yang lebih kuat antara variabilitas dan penurunan kognitif. Temuan ini juga mengisyaratkan bahwa obat tekanan darah mungkin membantu melindungi terhadap efek ini, meskipun diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi hal ini.
Pendanaan dan Pengungkapan
Penelitian ini didukung oleh National Institutes of Aging dan Alzheimer's Association melalui beberapa hibah penelitian. Para peneliti melaporkan tidak ada konflik kepentingan yang mungkin mempengaruhi temuan mereka.