Para peneliti mengelompokkan semua pengukuran methanethiol dalam air laut dan menambahkannya ke pengukuran yang dilakukan di Samudra Selatan dan pantai Mediterania. Dengan menggunakan suhu air laut yang dikumpulkan dari data satelit, mereka kemudian menggunakan statistik untuk menghitung hasilnya. Setiap tahunnya, methanethiol meningkatkan emisi sulfur laut sebesar 25%.
“Kelihatannya tidak seberapa, namun methanethiol lebih efisien dalam mengoksidasi dan membentuk aerosol dibandingkan dimetil sulfida, sehingga dampaknya terhadap iklim lebih besar,” kata Dr. Julián Villamayor, peneliti di Blas Cabrera Institute of Physical Chemistry di Spanyol. .
Tim juga menambahkan emisi methanethiol laut ke dalam model iklim untuk mengukur dampaknya terhadap radiasi planet. Dampaknya lebih terlihat di belahan bumi selatan, dimana terdapat lebih banyak lautan dan lebih sedikit manusia yang menggunakan bahan bakar fosil. Meskipun aerosol belerang penting dalam mendinginkan planet ini, para penulis mencatat bahwa perilaku manusia akan menentukan apakah planet ini terus memanas.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Tim peneliti memulai studi komprehensif tentang methanethiol (MeSH), senyawa belerang yang kurang dikenal di lautan. Mereka mengumpulkan sampel air laut dari berbagai wilayah laut, termasuk Samudera Atlantik, Laut Nordik, Pasifik Timur Laut, Samudera Selatan, dan Laut Mediterania. Dengan mengukur secara cermat konsentrasi MeSH dan dimetil sulfida (DMS) dalam sampel ini, para peneliti mengembangkan model statistik canggih untuk memprediksi konsentrasi MeSH.
Model ini memperhitungkan berbagai faktor lingkungan seperti suhu permukaan laut, kedalaman air, dan konsentrasi klorofil. Setelah membuat peta global emisi MeSH, mereka menggunakan model iklim canggih yang disebut CAM-Chem untuk mensimulasikan bagaimana senyawa ini berinteraksi dengan atmosfer.
Hasil Utama
Studi ini mengungkap wawasan menarik mengenai kimia laut dan regulasi iklim. Para peneliti menemukan bahwa MeSH, yang sebelumnya diabaikan, merupakan pemain penting dalam sistem iklim bumi. Senyawa ini mewakili sekitar 19% senyawa belerang yang dihasilkan lautan, dan ketika dimasukkan ke dalam model iklim, senyawa ini meningkatkan belerang di atmosfer sebesar 34%.
Samudera Selatan muncul sebagai wilayah yang sangat penting untuk emisi MeSH, terutama selama musim panas. Temuan paling inovatif adalah peran MeSH dalam menciptakan aerosol yang lebih reflektif, yang dapat membantu mendinginkan planet dengan memantulkan kembali sinar matahari ke luar angkasa.
Keterbatasan Studi
Tim mengakui kelangkaan data historis mengenai konsentrasi MeSH, dan sebagian besar pengukuran dilakukan selama bulan-bulan musim panas. Perkiraan emisi global mereka bergantung pada model statistik, yang pada dasarnya mengandung ketidakpastian. Para peneliti juga mengenali potensi variasi dalam laju reaksi kimia dan produksi MeSH oleh mikroorganisme laut. Keterbatasan ini tidak membatalkan penelitian namun memberikan konteks penting untuk memahami ruang lingkup penelitian dan area potensial untuk penyelidikan di masa depan.
Diskusi & Kesimpulan
Studi ini menantang pemahaman sebelumnya tentang bagaimana lautan mengatur iklim. Hal ini menunjukkan bahwa MeSH lebih dari sekadar produk sampingan – namun merupakan agen perubahan iklim yang penting. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa mikroorganisme laut menghasilkan senyawa belerang yang lebih kompleks daripada yang diyakini para ilmuwan sebelumnya. Dengan memasukkan MeSH ke dalam model iklim, para peneliti dapat menjelaskan perbedaan yang ada dalam simulasi iklim Samudera Selatan dengan lebih baik.
Temuan ini memberikan dukungan tambahan terhadap hipotesis CLAW yang sudah lama ada, yang menyatakan bahwa kehidupan laut memainkan peran penting dalam pengaturan iklim melalui emisi dan transformasi senyawa sulfur yang mudah menguap.
Pendanaan & Pengungkapan
Upaya penelitian internasional ini didukung oleh beragam sumber pendanaan, termasuk Dewan Riset Eropa, Kementerian Sains dan Inovasi Spanyol, lembaga penelitian Argentina, Yayasan Sains Nasional AS, Institut Alfred Wegener, program penelitian Prancis, dan Kementerian India. Ilmu Bumi. Meskipun terdapat berbagai sumber pendanaan, para peneliti menekankan komitmen mereka terhadap integritas ilmiah dengan menyatakan tidak ada kepentingan yang bersaing.
Penelitian ini merupakan upaya kolaboratif yang melibatkan peneliti dari berbagai lembaga internasional, dengan ucapan terima kasih khusus kepada Ron Kiene, peneliti perintis senyawa sulfur laut.