

Brad Pitt menghadiri karpet merah AD ASTRA pada Festival Film Venesia ke-76 pada 29 Agustus 2019 di Venesia, Italia. (Kredit: © Denis Makarenko | Dreamstime.com)
Penipuan percintaan yang luar biasa telah menjadi berita utama global karena korbannya diejek di seluruh dunia karena kenaifannya. Kisah Anne, wanita Prancis berusia 50-an, baru-baru ini disiarkan di saluran TV Prancis TFI. Anne menjelaskan bagaimana dia akhirnya membayar 830.000 Euro ($1,2 juta) kepada penipu yang menyamar sebagai Brad Pitt yang sakit-sakitan, yang diduga jatuh cinta padanya. Para penipu mengirimkan foto selfie palsu yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan.
Anne hancur secara finansial karena penipuan tersebut dan telah mencoba bunuh diri sebanyak tiga kali. TF1 menarik laporan tersebut dari semua platformnya karena gelombang pelecehan yang terjadi.
Namun penelitian menunjukkan bahwa korban penipuan asmara tidak kekurangan penilaian seperti yang diperkirakan orang. Sebaliknya, sebagian besar korban berpendidikan tinggi.
Sebagai pakar di bidang penipuan teknologi, saya ingin menjelaskan pola umum penipuan percintaan dan mengungkap faktor psikologis yang membuat korban rentan terhadap penipuan jenis ini.


Penipuan yang mengeksploitasi emosi
Penipuan asmara, juga dikenal sebagai penipuan asmara, adalah bentuk pemerasan yang mengeksploitasi emosi manusia.
Penipu menggunakan hubungan romantis fiktif, sering kali dibuat secara online, untuk mengambil uang atau barang dari korbannya. Menurut Pusat Anti-Penipuan Kanada, 420 laporan penipuan asmara diidentifikasi pada tahun 2022, mewakili total kerugian sebesar $59 juta.
Jenis penipuan ini mempengaruhi laki-laki dan juga perempuan, dan korbannya sering kali memiliki profil psikologis dan perilaku yang serupa.
Bagaimana cara penipu beroperasi?
Meskipun penipu menggunakan berbagai strategi, penipuan sentimental cenderung mengikuti pola yang dapat diprediksi.
Kontak awal
Penipu memulai kontak di situs kencan atau jejaring sosial. Bekerja dengan identitas fiktif yang dibangun dengan hati-hati, dia menunjukkan status sosial yang tinggi dan menampilkan dirinya tinggal di luar negeri atau sering berpindah-pindah. Pementasan ini menghindari perlunya pertemuan tatap muka, sekaligus memperkuat kredibilitasnya.
Perubahan platform
Penipu menawarkan untuk melanjutkan percakapan di platform lain, dengan tujuan mengalihkan korban dari situs kencan atau jejaring sosial asli. Situs atau jejaring sosial ini dapat menghapus profil korban, sehingga mengurangi peluang penipu untuk menyelesaikan penipuannya.
Ketidakmungkinan bertemu langsung
Ada banyak alasan untuk menghindari pertemuan tatap muka, termasuk perjalanan, komitmen pekerjaan, dan masalah keluarga. Saat ini, berkat kemajuan teknologi, beberapa penipu menggunakan alat kecerdasan buatan untuk membuat gambar palsu atau meniru suara, sehingga manipulasi mereka menjadi lebih canggih. Hal inilah yang dialami Anne.
Membangun kepercayaan
Penipu berusaha merayu korbannya melalui pertukaran yang sering dan bijaksana. Ia menggunakan pesan atau puisi romantis, panggilan telepon biasa, dan bahkan mengirimkan hadiah kecil. “Bom cinta” ini menciptakan keterikatan emosional yang kuat dan membuat korban lebih rentan terhadap permintaan lebih lanjut.
Meminta uang
Entah itu dugaan masalah keuangan atau kesehatan, pasti akan tiba saatnya, ketika kepercayaan sudah terbangun, penipu meminta transfer uang. Permintaan pertama, umumnya sederhana agar tidak menimbulkan kecurigaan, berangsur-angsur meningkat.
Ancaman dan manipulasi
Jika korban mulai menunjukkan keraguan dan menolak menanggapi permintaan transfer uang, penipu terkadang akan melakukan ancaman, bahkan sampai berbicara tentang mengakhiri hubungan. Dalam kasus ini, penipu menggunakan nada yang kasar, bahkan menyinggung, berupaya mengguncang emosi korban dan memaksanya untuk menyerah.


Faktor psikologis yang mendasari
Penipuan cinta termasuk dalam keluarga penipuan pemasaran massal, yaitu kategori penipuan yang mencakup segala tindakan penipuan yang dirancang untuk mengambil uang dari korban melalui cara yang menipu atau menyesatkan.
Korban penipuan jenis ini seringkali adalah orang-orang yang mencari makna, yang rentan secara emosional.
Mereka umumnya memiliki kepribadian yang lebih impulsif tetapi juga baik hati. Mereka lebih percaya pada otoritas, dan lebih cenderung mematuhi tuntutan yang dirasakan dari figur otoritas (baik nyata maupun fiktif). Para korban mempunyai kebutuhan yang kuat untuk menjaga konsistensi dengan komitmen mereka sebelumnya. Hal ini mungkin membuat mereka tetap berinteraksi dengan penipu meskipun mereka ragu.
Meskipun diolok-olok dan disalahpahami, penipuan percintaan didasarkan pada mekanisme psikologis kompleks yang mengeksploitasi kepercayaan, emosi, dan kerentanan korban. Dengan memahami dinamika ini, kita bisa meningkatkan kesadaran dan melindungi masyarakat dengan lebih baik dari penipuan canggih ini, yang sudah banyak terjadi di dunia kita yang serba terhubung ini.