

(Kredit: LightField Studios/Shutterstock)
CHRISTCHURCH, Selandia Baru — Ketika penggunaan ganja terus meningkat, sebuah penelitian baru memperingatkan dampaknya terhadap anak-anak yang masih dalam kandungan. Peneliti internasional telah menemukan hubungan antara wanita hamil yang mengekspos bayinya yang belum lahir dan perubahan metilasi DNA – sebuah proses yang dapat mempengaruhi aktivitas gen – pada gen yang penting untuk perkembangan otak. Perubahan ini berlanjut hingga masa kanak-kanak, remaja, dan bahkan dewasa.
Penelitian yang dipublikasikan di Psikiatri Molekulermenganalisis data dari dua penelitian jangka panjang: satu di Inggris yang mengamati anak-anak sejak lahir hingga usia 17 tahun, dan satu lagi di Selandia Baru yang melacak individu hingga usia akhir 20-an. Dengan memeriksa sampel DNA pada berbagai usia, para peneliti menemukan pola perubahan aktivitas gen yang konsisten pada mereka yang terpapar ganja sebelum lahir.
“Kami tahu penggunaan ganja selama kehamilan dikaitkan dengan perkembangan otak dan fungsi kognitif pada masa kanak-kanak dan remaja,” kata Dr. Amy Osborne, dosen senior di University of Canterbury, dalam siaran persnya. “Namun, penelitian sebelumnya belum dapat membuktikan bahwa paparan ganja secara spesifik menyebabkan efek buruk pada perkembangan saraf seperti yang telah diamati.”
“Untuk pertama kalinya di dunia, kami mengidentifikasi sejumlah besar perubahan molekuler pada gen yang terlibat dalam perkembangan saraf dan penyakit perkembangan saraf, sepanjang perjalanan hidup. Ini adalah temuan kunci karena menunjukkan adanya hubungan molekuler antara paparan ganja pada masa prenatal dan dampaknya pada gen yang terlibat dalam perkembangan saraf.”

Beberapa gen yang terkena dampak memainkan peran penting dalam perkembangan dan fungsi otak. Misalnya, satu gen disebut TUBBB2B terlibat dalam pembentukan korteks otak, sementara yang lain disebut LZTS2 telah dikaitkan dengan depresi. Para peneliti juga menemukan perubahan gen yang terkait dengan pembelajaran, memori, dan berbagai gangguan perkembangan saraf.
Yang penting, penelitian ini menemukan bahwa perubahan genetik ini diperkaya pada jalur yang berkaitan dengan perkembangan otak, transmisi saraf, dan struktur saraf. Artinya, perubahan tersebut tidak terjadi secara acak, melainkan terkonsentrasi pada area yang penting dalam pembentukan dan fungsi otak.
“Ganja kini menjadi obat yang paling umum digunakan, kecuali alkohol dan tembakau, di kalangan wanita hamil di Amerika Serikat dan frekuensinya meningkat sejak pandemi COVID-19,” catat Dr. Osborne.
Temuan ini menambah kekhawatiran mengenai penggunaan ganja selama kehamilan. Dengan semakin banyaknya negara bagian yang melegalkan ganja dan persepsi masyarakat mengenai risiko ganja semakin menurun, memahami potensi dampak ganja terhadap perkembangan janin menjadi semakin penting.
Namun, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini tidak membuktikan bahwa paparan ganja sebelum melahirkan secara langsung menyebabkan masalah perkembangan saraf. Sebaliknya, penelitian ini memberikan bukti mekanisme biologis yang mungkin menjelaskan hubungan antara paparan ganja dan masalah perkembangan yang diamati dalam penelitian lain.
“Kami berharap penelitian kami akan menginspirasi penyelidikan lebih lanjut dengan kelompok yang lebih besar dan akan segera ada saran yang lebih jelas bagi perempuan hamil tentang dampak penggunaan ganja. Jika tidak, potensi risiko terhadap anak-anak akan tetap ada, dan kemungkinan besar akan semakin besar,” Dr. Osborne menyimpulkan.
Penelitian ini juga menyoroti kompleksitas mempelajari paparan prenatal terhadap segala jenis bahan kimia. Banyak pengguna ganja juga menggunakan tembakau, sehingga sulit untuk memisahkan efek masing-masing zat selama kehamilan. Para peneliti berusaha memperhitungkan hal ini dengan mengendalikan paparan tembakau dalam analisis mereka.
Meskipun temuan penelitian ini menarik, penulis menekankan perlunya penelitian yang lebih besar untuk mengkonfirmasi dan memperluas hasil ini. Mereka berharap penelitian mereka akan memicu lebih banyak penelitian tentang bagaimana paparan ganja sebelum melahirkan mempengaruhi perkembangan otak dan berpotensi mempengaruhi hasil kognitif dan perilaku jangka panjang.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan teknik yang disebut studi asosiasi epigenome-wide (EWAS) untuk melihat pola metilasi DNA. Metilasi DNA adalah proses yang dapat menghidupkan atau mematikan gen tanpa mengubah urutan DNA itu sendiri. Mereka memeriksa sampel DNA dari darah pada berbagai usia: saat lahir (dari darah tali pusat), pada usia 7 tahun, pada usia 15-17 tahun, dan pada usia sekitar 27 tahun. Mereka membandingkan pola metilasi pada individu yang terpapar ganja sebelum lahir dengan mereka yang tidak terpapar, dengan mengendalikan faktor-faktor seperti paparan tembakau dan jenis kelamin.
Hasil Utama
Studi tersebut menemukan ratusan lokasi dalam genom di mana metilasi DNA berbeda pada individu yang terpapar ganja sebelum lahir. Perbedaan ini terlihat pada semua titik usia yang diperiksa. Banyak gen yang terkena dampak diketahui terlibat dalam perkembangan otak atau dikaitkan dengan gangguan perkembangan saraf. Para peneliti juga menemukan bahwa gen yang terkena dampak dikelompokkan dalam jalur biologis yang berkaitan dengan perkembangan dan fungsi otak.
Keterbatasan Studi
Penelitian ini memiliki ukuran sampel yang relatif kecil, terutama pada individu yang terpapar ganja sebelum melahirkan. Hal ini membatasi kekuatan kesimpulan yang dapat diambil. Selain itu, sulit untuk sepenuhnya memisahkan dampak ganja dari faktor lain seperti penggunaan tembakau atau status sosial ekonomi. Penelitian ini juga mengandalkan laporan diri tentang penggunaan ganja selama kehamilan, yang mungkin tidak selalu akurat.
Diskusi & Kesimpulan
Studi ini memberikan bukti mekanisme biologis yang dapat menjelaskan bagaimana paparan ganja pada masa prenatal dapat mempengaruhi perkembangan otak. Hal ini menunjukkan bahwa efek ini dapat bertahan sepanjang hidup, tidak hanya pada masa bayi. Namun, penulis menekankan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengkonfirmasi temuan ini dan untuk memahami bagaimana perubahan genetik ini dapat diterjemahkan ke dalam hasil perkembangan. Penelitian ini tidak membuktikan bahwa paparan ganja pada masa prenatal menyebabkan masalah perkembangan, namun memberikan alasan kuat untuk penyelidikan lebih lanjut.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didanai melalui Hibah Proyek Besar dari Canterbury Medical Research Foundation. Penulis studi Jack Satsangi adalah direktur UK Inflammatory Bowel Disease Registry. Peneliti lain menyatakan tidak ada kepentingan finansial biomedis atau potensi konflik kepentingan.