YERUSALEM — Meskipun sebagian besar dari kita mengetahui bahwa roda ditemukan sekitar 3500 SM untuk transportasi, sebuah penemuan inovatif di Israel menunjukkan bahwa kita perlu memutarbalikkan pemahaman kita tentang teknologi rotasi selama beberapa ribu tahun. Para peneliti telah menemukan lebih dari 100 cakram batu berlubang dari sebuah desa berusia 12.000 tahun yang mungkin mewakili eksperimen pertama umat manusia dengan benda-benda seperti roda – bukan untuk menggerakkan kereta atau kereta, tetapi untuk memintal benang.
Situs arkeologi Nahal Ein-Gev II, yang terletak di dekat Laut Galilea di Israel, telah menghasilkan koleksi luar biasa berupa 113 kerikil kapur, masing-masing dibor dengan hati-hati di tengahnya. Meskipun batu berlubang seperti itu biasa terjadi di situs kuno, koleksi ini istimewa karena usia, kuantitas, dan kehati-hatian dalam membuat lubang. Ini bukan hanya batu acak berlubang – mereka tampaknya merupakan alat yang dipilih dan dimodifikasi dengan cermat untuk memenuhi tujuan tertentu.
Anggap saja mereka sebagai fidget spinner prasejarah tetapi dengan penerapan praktis. Para peneliti percaya batu-batu berlubang ini berfungsi sebagai pusaran spindel – cakram berbobot yang, ketika dipasang pada tongkat kayu, membantu mengubah serat tumbuhan atau hewan menjadi benang melalui pemintalan. Ini mirip dengan cara kerja roda pemintal modern, hanya saja lebih primitif dan portabel.
Tim peneliti, yang dipimpin oleh Talia Yashuv dan Leore Grosman dari Universitas Ibrani Yerusalem, menggunakan teknologi pemindaian 3D mutakhir untuk menganalisis artefak kuno ini dengan detail yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka menemukan bahwa meskipun tampilannya tampak sederhana, alat-alat ini menunjukkan kecanggihan luar biasa dalam desain dan kreasinya.
Batu-batu tersebut tidak dipilih secara acak – sebagian besar terbuat dari batu kapur lunak, berbobot antara 1-34 gram (sebagian besar memiliki berat antara 2-15 gram), dan memiliki lubang yang dibor tepat di bagian tengahnya. Posisi sentral ini sangat penting agar proses pemintalan dapat bekerja secara efektif, seperti halnya fidget spinner modern yang membutuhkan keseimbangan sempurna agar dapat berputar dengan lancar.
Yang paling menarik adalah bagaimana lubang-lubang ini tercipta. Pada 95% batu, lubang dibor dari kedua sisi hingga bertemu di tengah – teknik yang lebih rumit namun lebih efektif dibandingkan pengeboran langsung. Pengeboran dua arah ini menciptakan lubang berbentuk jam pasir yang khas, yang kemudian dibuktikan oleh arkeologi eksperimental, sebenarnya membantu mengamankan poros kayu pada tempatnya.
Untuk menguji teori mereka tentang benda-benda tersebut sebagai lingkaran gelendong, para peneliti membuat replika dan meminta bantuan ahli kerajinan tradisional, Yonit Kristal. Dengan menggunakan peralatan yang direkonstruksi ini, mereka berhasil memintal wol dan rami menjadi benang, meskipun rami terbukti lebih efektif. Percobaan menunjukkan bahwa meskipun alat kuno ini tidak seefisien roda pemintal modern, alat ini mewakili kemajuan teknologi yang signifikan dibandingkan teknik pemintalan tangan.
Studi yang dipublikasikan di PLOS ONE ini menantang pemahaman kita tentang kapan manusia pertama kali mulai bereksperimen dengan teknologi rotasi. Meskipun sistem roda dan poros umumnya dikaitkan dengan transportasi pada Zaman Perunggu (sekitar 5.000 tahun yang lalu), lingkaran spindel ini menunjukkan bahwa manusia telah memanipulasi gerakan rotasi untuk tujuan praktis ribuan tahun sebelumnya.
Implikasinya lebih dari sekedar produksi tekstil. Alat-alat sederhana ini mewakili apa yang para peneliti sebut sebagai “rekombinasi” – proses dimana teknologi yang ada digabungkan dengan cara-cara baru untuk menciptakan inovasi. Prinsip mekanis putaran spindel – piringan berbobot yang berputar mengelilingi poros tengah – pada dasarnya adalah prinsip yang sama yang nantinya akan diterapkan pada roda tembikar, kincir air, dan pada akhirnya, kendaraan beroda.
Dalam evolusi teknologi yang menarik, pusaran spindel kuno ini dapat dilihat sebagai nenek moyang bukan hanya roda pemintal modern tetapi juga semua teknologi rotasi yang kita gunakan saat ini. Dari awal mula pemintalan benang, pemahaman umat manusia tentang gerak rotasi pada akhirnya akan merevolusi transportasi, manufaktur, dan banyak aspek peradaban lainnya. Siapa yang menyangka bahwa jalan menuju penemuan roda dimulai bukan dengan gerobak melainkan dengan batu sederhana dan keinginan untuk mendapatkan benang yang lebih baik?
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan pendekatan multi-segi untuk mempelajari artefak ini. Mereka pertama kali menggunakan pemindai struktur cahaya untuk membuat model 3D resolusi tinggi dari setiap batu. Mereka mengembangkan perangkat lunak khusus untuk menganalisis bentuk lengkap batu dan struktur internal lubang. Tim mengukur berbagai parameter, termasuk berat, pusat massa, dan dimensi lubang. Mereka juga melakukan eksperimen praktis menggunakan replika untuk menguji fungsi benda-benda tersebut sebagai pusaran spindel.
Hasil Utama
Studi tersebut menemukan bahwa batu-batu tersebut dipilih dengan cermat berdasarkan karakteristik spesifiknya: sebagian besar merupakan batu kapur lunak, relatif ringan (rata-rata 9 gram), dan memiliki lubang yang dibor tepat di bagian tengahnya. Lubang-lubang tersebut sebagian besar dibuat menggunakan teknik pengeboran dua arah, sehingga menghasilkan bentuk jam pasir yang khas dengan lebar minimum standar 3-4 milimeter. Pengujian eksperimental membuktikan benda-benda ini dapat berfungsi secara efektif sebagai pusaran spindel untuk membuat benang.
Keterbatasan Studi
Studi ini mengakui bahwa meskipun analisis penggunaan-keausan dapat memberikan bukti tambahan tentang bagaimana benda-benda tersebut digunakan, analisis tersebut berada di luar cakupan penelitian ini. Pengujian eksperimental juga terbatas cakupannya, dengan fokus utama pada verifikasi fungsionalitas dasar dibandingkan mengeksplorasi semua variabel yang mungkin ada dalam teknik pemintalan prasejarah.
Diskusi & Kesimpulan
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa teknologi rotasi muncul jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya, meskipun dalam konteks yang berbeda dengan transportasi. Studi ini menekankan bagaimana inovasi teknologi sering terjadi melalui penggabungan kembali pengetahuan yang ada dengan cara-cara baru. Temuan ini menantang narasi tradisional ketika manusia pertama kali mulai bereksperimen dengan gerakan rotasi dan menyarankan evolusi teknologi berbasis roda yang lebih kompleks.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didukung oleh hibah Israel Science Foundation #2034/19 dan #703/23, Irene Levy Sala CARE Archaeological Foundation, dan Bina and Moshe Stekelis Foundation untuk penelitian prasejarah di Israel. Penyandang dana tidak mempunyai peran dalam desain penelitian, pengumpulan dan analisis data, keputusan untuk menerbitkan, atau persiapan naskah.