LOS ANGELES — Bayangkan dilewatkan untuk promosi atau tidak diikutsertakan dalam pernikahan seorang teman. Saat-saat penolakan sosial ini mungkin terasa menyakitkan, namun para peneliti dari University of Southern California mengungkapkan bahwa momen-momen tersebut sebenarnya merupakan pengalaman pembelajaran penting yang membentuk cara kita berhubungan dengan orang lain.
Sebuah studi baru yang diterbitkan di Prosiding Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional telah mengungkap bagaimana otak kita memproses penerimaan dan penolakan sosial, memberikan wawasan menarik tentang dunia hubungan antarmanusia yang kompleks.
“Meskipun banyak penelitian telah meneliti dampak emosional dari penolakan sosial – bagaimana hal itu menyebabkan kesusahan, memotivasi orang untuk berhubungan kembali dan mempengaruhi perasaan orang – kita hanya tahu sedikit tentang bagaimana penolakan sosial berfungsi sebagai alat pembelajaran,” kata pemimpin peneliti Leor Hackel di sebuah universitas. melepaskan.
Studi ini berfokus pada mahasiswa – kelompok demografis yang mengalami transisi sosial yang signifikan. Para peneliti merancang eksperimen cerdik yang tampak seperti permainan ekonomi berbasis kepercayaan, namun sebenarnya merupakan eksplorasi canggih tentang bagaimana kita belajar dari interaksi sosial.
Peserta membuat profil pribadi dan kemudian terlibat dalam serangkaian putaran interaktif di mana mereka yakin bahwa mereka sedang dievaluasi kelayakannya oleh calon mitra. Kenyataannya, respons yang diberikan dihasilkan oleh komputer, sehingga peneliti dapat mengontrol umpan balik sosial secara hati-hati.
“Jika Anda terpilih tetapi berada di peringkat kedelapan, itu seperti terpilih terakhir dalam sebuah tim — Anda masih bisa bermain, namun jelas Anda bukan pilihan utama,” jelas Begüm Babür, penulis pertama studi tersebut.
Dengan menggunakan kombinasi eksperimen perilaku, pencitraan otak, dan model komputasi, para peneliti menemukan dua fungsi utama otak: belajar dari hasil positif dan melacak seberapa besar orang lain menghargai kita.
Pemindaian otak mengungkapkan sesuatu yang luar biasa. Daerah otak yang berbeda akan aktif tergantung pada jenis umpan balik sosial yang diterima. Area yang terkait dengan penolakan sosial muncul ketika peserta menyesuaikan keyakinan mereka tentang nilai sosial mereka, sementara area yang terkait dengan penghargaan menjadi aktif pada saat-saat penerimaan.
Secara kritis, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua interaksi sosial diciptakan sama. Terkadang, hasil yang mengecewakan bukan berarti seseorang tidak memedulikan Anda. Seorang teman mungkin tidak mengundang Anda ke pernikahannya karena keterbatasan anggaran, atau rekan kerja mungkin tidak berkolaborasi kali ini, namun hal itu tidak mengurangi nilai Anda secara keseluruhan. Para peneliti berharap penelitian mereka dapat memberikan wawasan tentang tantangan kesehatan mental.
“Bagi sebagian orang, kesulitan mungkin muncul karena tidak menyadari betapa orang lain menghargai mereka, seperti pada gangguan kecemasan sosial,” kata Hackel. “Orang lain mungkin kesulitan merasa termotivasi oleh imbalan sosial, seperti yang terlihat pada depresi, sehingga membuat mereka lebih sulit terhubung dengan orang lain.”
Dengan memahami mekanisme saraf yang rumit ini, kita dapat lebih memahami bagaimana manusia membangun dan memelihara hubungan, mengubah pandangan kita tentang penolakan sosial dari pengalaman yang sepenuhnya negatif menjadi peluang pembelajaran yang berbeda.
Saat nanti Anda merasa tersisih atau diabaikan, ingatlah: otak Anda mencatat, membantu Anda menavigasi lanskap sosial yang kompleks dengan kebijaksanaan dan ketahanan yang semakin meningkat.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Studi ini menyelidiki bagaimana orang memproses penolakan dan penerimaan sosial menggunakan pendekatan neuroimaging komputasi. Peserta memainkan permainan sosial yang menyerupai permainan kepercayaan, di mana mereka berinteraksi dengan simulasi “Pengambil Keputusan”. Umpan balik yang mereka terima mengungkapkan nilai relasional mereka (seberapa besar orang lain menghargai mereka) dan apakah mereka berhasil mencocokkan dengan Pengambil Keputusan (hasil yang bermanfaat). Dengan memvariasikan nilai dan penghargaan relasional secara ortogonal, peneliti memastikan independensi antara sinyal umpan balik ini.
Aktivitas otak diukur menggunakan fMRI, dengan fokus pada wilayah yang terkait dengan penolakan sosial dan pemrosesan penghargaan. Model kognitif Bayesian digunakan untuk mengukur bagaimana peserta memperbarui keyakinan mereka berdasarkan dua jenis umpan balik dan menggunakan keyakinan ini untuk membuat pilihan selanjutnya.
Hasil Utama
Studi ini menemukan bahwa orang-orang belajar tentang nilai relasional dan hasil penerimaan mereka ketika berinteraksi dengan orang lain. Daerah otak yang biasanya dikaitkan dengan penolakan sosial (seperti anterior cingulate cortex) menjadi lebih aktif ketika peserta memperbarui keyakinan mereka tentang nilai relasional. Daerah otak yang berhubungan dengan penghargaan, seperti ventral striatum, aktif ketika peserta memproses hasil positif. Menariknya, peserta cenderung tertarik pada Pengambil Keputusan, yang sangat menghargai mereka atau memberikan hasil positif, menunjukkan keseimbangan antara pembelajaran berbasis sosial dan berbasis penghargaan.
Keterbatasan Studi
Penelitian ini menggunakan pengaturan eksperimental terkontrol dengan simulasi interaksi, yang mungkin tidak sepenuhnya menangkap kompleksitas interaksi sosial di kehidupan nyata. Tanggapan peserta mungkin berbeda dalam situasi alamiah dimana hubungan melibatkan konteks dan sejarah yang lebih kaya. Selain itu, ketergantungan pada data fMRI membatasi kemampuan untuk menangkap aspek aktivitas saraf yang lebih dinamis, seperti perubahan emosi secara real-time. Ukuran sampel yang relatif kecil dan homogenitas peserta (individu usia kuliah dan tidak kidal) juga membatasi kemampuan generalisasi temuan.
Diskusi & Kesimpulan
Penelitian ini menyoroti dua proses berbeda yang digunakan orang untuk menavigasi hubungan sosial: belajar dari nilai relasional (seberapa besar mereka dihargai) dan belajar dari imbalan (hasil yang sukses). Temuan ini menunjukkan bahwa otak mengintegrasikan sinyal-sinyal ini untuk membuat keputusan tentang dengan siapa kita berinteraksi.
Meskipun penolakan bisa terasa menyakitkan, penolakan juga memberikan informasi berharga tentang lingkungan sosial. Pemrosesan ganda yang diamati di otak mencerminkan bagaimana manusia beradaptasi terhadap umpan balik sosial untuk membina hubungan yang sehat. Temuan ini dapat memberikan masukan bagi intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi sosial, terutama bagi individu yang berjuang dengan kecemasan sosial atau masalah hubungan.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini dilakukan dengan dukungan dari University of Southern California dan University of Chicago. Para penulis mengungkapkan tidak ada kepentingan yang bersaing. Karya tersebut diterbitkan di bawah lisensi akses terbuka, memastikan aksesibilitas luas. Semua peserta memberikan persetujuan, dan penelitian ini disetujui oleh Kantor Perlindungan Subjek Penelitian Universitas Southern California.