SAN DIEGO— Jika Anda seorang peminum rutin, pilihan minuman beralkohol Anda bisa berdampak lebih besar pada kesehatan Anda secara keseluruhan daripada yang Anda sadari. Sebuah studi baru menemukan bahwa orang yang hanya minum bir cenderung memiliki pola makan yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan peminum anggur dan minuman keras.
Penelitian ini menganalisis data dari lebih dari 1.900 peminum saat ini di Amerika Serikat. Dengan melihat konsumsi masing-masing peserta terhadap berbagai jenis minuman beralkohol dan skor mereka pada Indeks Makan Sehat (HEI), penelitian ini mengungkap beberapa tren yang mengkhawatirkan.
“Peminum bir cenderung memiliki pendapatan lebih rendah, tingkat merokok lebih tinggi, dan aktivitas fisik yang kurang dibandingkan dengan konsumen alkohol lainnya,” jelas penulis studi Peng-Sheng Ting, MD, ahli gastroenterologi di Universitas Tulane, dalam jurnal tersebut. Nutrisi. “Dalam model multivariabel yang disesuaikan sepenuhnya, peminum bir saja memiliki skor HEI 3,12 poin lebih rendah dibandingkan peminum anggur saja.”
HEI adalah ukuran standar kualitas pangan, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan pola makan yang lebih sehat secara keseluruhan. Tim Ting menemukan bahwa peminum bir saja mendapat skor sangat rendah di beberapa bidang utama, termasuk konsumsi biji-bijian olahan, sayuran, buah-buahan, dan lemak sehat.
“Penggunaan alkohol secara berlebihan adalah penyebab utama sirosis di AS, dan penyakit hati steatotik terkait disfungsi metabolik (MASLD) meningkat pesat,” kata Madeline Novack, kepala residen program residensi penyakit dalam di Tulane School of Medicine dan penulis utama studi tersebut. , dalam rilis media. “Kedua jenis penyakit hati ini sering terjadi bersamaan, dan perubahan gaya hidup adalah kunci untuk mengelola dan mencegah kondisi ini, dimulai dengan memahami hubungan antara penggunaan alkohol dan gizi buruk.”
Menariknya, penelitian ini menemukan bahwa peminum minuman keras dan koktail, serta mereka yang mengonsumsi berbagai jenis alkohol, memiliki skor HEI yang serupa dengan peminum anggur saja. Hal ini menunjukkan bahwa jenis alkohol yang dikonsumsi, bukan hanya jumlahnya, mungkin berperan dalam kebiasaan makan secara keseluruhan.
Para peneliti berspekulasi bahwa norma budaya dan konteks sosial seputar meminum minuman yang berbeda mempengaruhi makanan yang cenderung disandingkan dengan orang tersebut. Misalnya, anggur sering kali dinikmati dengan makanan lengkap, sedangkan bir lebih sering dikaitkan dengan makanan ringan atau makanan pub.
Apa pun alasannya, implikasinya jelas: Pilihan minuman beralkohol dapat membahayakan kesehatan Anda dengan cara yang tidak Anda duga. Bagi mereka yang berjuang dengan penyakit hati atau kondisi lain yang dipengaruhi oleh pola makan, penelitian baru ini memberikan peringatan penting.
“Pendidikan pasien dan kampanye kesehatan masyarakat yang ditargetkan mungkin efektif dalam mengatasi dampak gabungan dari konsumsi alkohol dan kualitas pola makan yang buruk terhadap risiko penyakit kronis,” tulis penulis penelitian dalam laporan mereka.
Sederhananya, memperhatikan pola minum Anda dan berupaya memadukan alkohol dengan makanan sehat bisa sangat bermanfaat. Jadi, lain kali Anda ingin minum minuman dingin, pertimbangkan untuk menukarnya dengan segelas anggur atau minuman campuran. Tubuh Anda (dan lingkar pinggang Anda) mungkin berterima kasih dalam jangka panjang.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES), sebuah survei besar yang mewakili secara nasional yang mengumpulkan informasi kesehatan dan pola makan komprehensif dari orang dewasa AS. Mereka mengamati 1.917 peminum alkohol berusia 20 tahun ke atas, mengklasifikasikan mereka menjadi empat kelompok berdasarkan laporan preferensi minuman beralkohol mereka: hanya bir, hanya anggur, hanya minuman keras/koktail, dan berbagai jenis.
Untuk menilai kualitas makanan, tim menggunakan Indeks Makan Sehat (HEI), sebuah sistem penilaian yang mengevaluasi faktor-faktor seperti asupan buah, sayuran, dan biji-bijian. Mereka kemudian menjalankan analisis statistik untuk membandingkan skor HEI di berbagai kelompok peminum, menyesuaikan dengan berbagai faktor demografi, gaya hidup, dan kesehatan yang dapat memengaruhi konsumsi alkohol dan pola makan.
Hasil Utama
Studi tersebut menemukan beberapa perbedaan mencolok antara peminum bir dan mereka yang lebih menyukai jenis alkohol lain. Konsumen yang hanya mengonsumsi bir cenderung memiliki pendapatan lebih rendah, tingkat merokok lebih tinggi, dan aktivitas fisik lebih sedikit dibandingkan dengan konsumen anggur, minuman keras, dan peminum multi-jenis.
Dalam hal kualitas makanan, kelompok yang hanya mengonsumsi bir memiliki skor HEI rata-rata terendah, yaitu hanya 49,3, dibandingkan 51,9 untuk sampel keseluruhan. Mereka mendapat nilai buruk khususnya pada komponen-komponen seperti biji-bijian olahan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lemak sehat. Sebaliknya, peminum anggur saja memiliki HEI tertinggi yaitu 55,1, dengan skor terbaik untuk tambahan gula, sayuran, dan buah-buahan.
Bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor seperti status sosial ekonomi, kondisi kesehatan, dan asupan alkohol secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa peminum bir masih memiliki kualitas makanan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan konsumen yang hanya mengonsumsi wine. Sebaliknya, peminum minuman keras/koktail dan multi-jenis menunjukkan skor HEI setara dengan peminum anggur.
Keterbatasan Studi
Sebagai studi cross-sectional, penelitian ini tidak dapat menentukan kausalitas – tidak jelas apakah minum bir menyebabkan pola makan yang lebih buruk atau apakah pola diet tertentu cenderung menarik peminum bir. Data tersebut juga dikumpulkan sebelum pandemi COVID-19, sehingga tidak diketahui bagaimana perubahan kebiasaan minum dan makan dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, survei NHANES tidak menangkap konteks budaya atau sosial seputar minuman beralkohol dan makanan, yang menurut penulis mungkin berperan. Populasi penelitian, meskipun representatif secara nasional, mungkin kurang mewakili demografi tertentu, seperti individu yang tidak memiliki tempat tinggal.
Diskusi & Kesimpulan
Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa pilihan minuman beralkohol dapat memiliki implikasi penting bagi kesehatan Anda secara keseluruhan, lebih dari sekadar efek langsung dari konsumsi alkohol. Para peneliti percaya norma-norma sosial dan budaya seputar berbagai jenis minuman dapat mempengaruhi kebiasaan makan dengan cara yang kompleks.
Misalnya, wine sering kali dinikmati dengan makanan lengkap, sedangkan bir lebih sering dipadukan dengan camilan dan makanan pub yang kurang sehat. Hal ini dapat membantu menjelaskan perbedaan tajam dalam kualitas makanan antara peminum anggur dan bir yang diamati dalam data.
Yang penting, temuan ini menunjukkan bahwa mengatasi masalah kesehatan terkait alkohol seperti penyakit hati mungkin memerlukan pendekatan yang lebih holistik yang mempertimbangkan keterkaitan antara pola minum dan kualitas makanan. Kampanye pendidikan dan kesehatan masyarakat yang ditargetkan dapat bermanfaat dalam membantu peminum membuat pilihan yang lebih sehat.
Pada akhirnya, penelitian ini menyoroti perlunya pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan kompleks antara alkohol dan pola makan – yang tidak hanya mencakup kuantitas minuman, namun juga mempertimbangkan kualitasnya.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didukung oleh pendanaan dari National Institutes of Health, termasuk National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism, National Institute on Minority Health and Health Disparities, dan National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Para penulis melaporkan tidak ada konflik kepentingan.