Taman Universitas, Pennsylvania — Mungkin “lelucon ayah” lebih kuat (dan penting) daripada yang kita sadari selama ini. Sebuah studi baru yang menarik bagi para orang tua menyimpulkan bahwa humor bisa jadi merupakan unsur yang hilang dalam resep untuk mengasuh anak secara efektif.
Bayangkan ini: Ini adalah pagi hari kerja yang biasa. Anda mencoba menyiapkan anak-anak Anda untuk pergi ke sekolah, tetapi anak Anda yang berusia lima tahun bersikeras mengenakan kostum putri ke taman kanak-kanak, sementara anak Anda yang berusia tujuh tahun tiba-tiba memutuskan bahwa ia alergi terhadap sarapan. Saat waktu terus berjalan dan tekanan darah Anda meningkat, Anda memiliki dua pilihan: kehilangan ketenangan atau menganggap hal itu lucu. Menurut penelitian yang inovatif ini, memilih yang terakhir mungkin tidak hanya menyelamatkan kewarasan Anda tetapi juga dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan lebih positif dengan anak-anak Anda.
Studi ini, yang diterbitkan dalam jurnal PLOS SATUmengungkap bahwa 71,8% peserta setuju bahwa humor dapat menjadi alat pengasuhan yang efektif. Namun, humor bukan hanya tentang melontarkan lelucon atau membuat wajah konyol. Penelitian menunjukkan bahwa humor orang tua dapat menjadi bahan rahasia dalam menumbuhkan fleksibilitas kognitif, menghilangkan stres, dan mendorong pemecahan masalah dan ketahanan yang kreatif pada orang tua dan anak.
“Humor dapat mengajarkan orang fleksibilitas kognitif, meredakan stres, dan meningkatkan pemecahan masalah dan ketahanan secara kreatif,” kata Dr. Benjamin Levi, profesor pediatri dan humaniora di Penn State College of Medicine dan penulis senior studi tersebut, dalam rilis media. “Ayah saya menggunakan humor dan itu sangat efektif. Saya menggunakan humor dalam praktik klinis saya dan dengan anak-anak saya sendiri. Pertanyaannya adalah, bagaimana seseorang menggunakan humor secara konstruktif?”
Pertanyaan ini mendorong Levi dan timnya untuk memulai studi percontohan guna mengeksplorasi pandangan masyarakat terhadap humor sebagai alat pengasuhan anak. Mereka mensurvei 312 individu berusia antara 18 dan 45 tahun, menanyakan tentang pengalaman mereka dibesarkan dengan humor dan pendapat mereka tentang penggunaan humor dalam pengasuhan anak mereka sendiri.
Lebih dari separuh peserta mengatakan bahwa mereka dibesarkan oleh orang tua yang menggunakan humor, dan mayoritas mengatakan bahwa mereka menggunakan atau berencana untuk menggunakan humor pada anak-anak mereka sendiri. Namun, mungkin temuan yang paling mencolok adalah korelasi antara penggunaan humor oleh orang tua dan kualitas hubungan mereka dengan anak-anak mereka.
Dari mereka yang melaporkan bahwa orang tua mereka menggunakan humor, 50,5% mengatakan mereka memiliki hubungan yang baik dengan orang tua mereka, dan 44,2% merasa orang tua mereka melakukan pekerjaan yang baik dalam membesarkan mereka. Sebaliknya, di antara mereka yang orang tuanya tidak menggunakan humor, hanya 2,9% melaporkan hubungan yang baik dengan orang tua mereka, dan hanya 3,6% yang menganggap orang tua mereka melakukan pekerjaan yang baik.
Angka-angka ini menggambarkan gambaran yang meyakinkan tentang potensi dampak humor pada dinamika keluarga. Namun, seperti apakah sebenarnya “humor dalam pengasuhan anak”? Ini bukan tentang menjadi komedian tunggal atau terus-menerus melontarkan lelucon. Sebaliknya, ini tentang menggunakan kecerdasan dan keceriaan untuk mengarungi perairan yang sering kali bergejolak dalam membesarkan anak.
“Ada persamaan menarik antara bisnis dan pengasuhan anak, yang keduanya bersifat hierarkis,” kata Lucy Emery, penulis pertama studi tersebut dan residen pediatri di Rumah Sakit Anak Boston. “Dalam bisnis, humor terbukti membantu mengurangi hierarki, menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk kolaborasi dan kreativitas, serta meredakan ketegangan. Meskipun hubungan orangtua-anak lebih penuh kasih sayang daripada hubungan bisnis, situasi yang menegangkan sering terjadi saat mengasuh anak. Humor dapat membantu meredakan ketegangan dan hierarki itu serta membantu kedua belah pihak merasa lebih baik dalam menghadapi situasi yang menegangkan.”
Bayangkan mengubah pertengkaran soal waktu tidur menjadi permainan konyol atau mengubah pertikaian soal sayur saat makan malam menjadi tantangan yang menyenangkan. Momen-momen ringan ini tidak hanya meredakan ketegangan langsung tetapi juga dapat membangun asosiasi positif dan keterampilan memecahkan masalah yang langgeng.
Namun, para peneliti dengan cepat menunjukkan bahwa tidak semua humor diciptakan sama. Penelitian ini merupakan langkah awal dalam memahami cara menggunakan humor secara konstruktif dalam mengasuh anak dan mengidentifikasi situasi di mana humor mungkin berisiko atau tidak pantas. Bagaimanapun, sarkasme atau ejekan yang disamarkan sebagai humor berpotensi lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat.
Saat orang tua menghadapi tantangan rumit dalam membesarkan anak di abad ke-21, penelitian ini menawarkan perspektif yang menyegarkan. Penelitian ini menunjukkan bahwa terkadang, cara terbaik untuk menangani tugas berat mengasuh anak adalah dengan sedikit bersikap santai. Dengan merangkul humor, orang tua tidak hanya membuat pekerjaan mereka yang menantang menjadi lebih menyenangkan, tetapi juga membina hubungan yang lebih kuat dan lebih positif dengan anak-anak mereka yang akan bertahan hingga dewasa.
Jadi, lain kali Anda menghadapi tantangan dalam mengasuh anak, pertimbangkan untuk menggunakan cara yang menyenangkan alih-alih rasa frustrasi. Mungkin itu adalah cara yang paling efektif dalam gudang senjata Anda dalam mengasuh anak. Lagi pula, dalam kata-kata Mary Poppins, “Dalam setiap pekerjaan yang harus dilakukan, ada unsur kesenangan.” Dan kini, sains tampaknya setuju.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti mengembangkan survei berisi 10 item untuk mengukur pengalaman orang-orang yang dibesarkan dengan humor dan pandangan mereka tentang humor sebagai alat pengasuhan anak. Mereka menggunakan Mechanical Turk milik Amazon untuk mendistribusikan survei tersebut kepada 312 peserta AS berusia antara 18-45 tahun. Respons diukur pada skala 7 poin dan kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kategori: Tidak Setuju, Tidak Menentu, dan Setuju. Survei tersebut juga mencakup pertanyaan demografis dan dua item terbuka.
Hasil Utama
- 55,2% melaporkan bahwa mereka dibesarkan oleh orang tua yang menggunakan humor
- 71,8% setuju bahwa humor dapat menjadi alat pengasuhan yang efektif
- 63,3% percaya humor dalam pengasuhan anak memiliki potensi manfaat lebih besar daripada bahayanya
- 61,8% menggunakan atau berencana menggunakan humor dalam mengasuh anak-anak mereka sendiri
- 69,7% akan menghargai kursus tentang penggunaan humor dalam pengasuhan anak
- Korelasi signifikan ditemukan antara penggunaan humor oleh orang tua dan kualitas hubungan responden dengan orang tua mereka serta seberapa baik menurut mereka orang tua mereka membesarkan mereka.
Keterbatasan Studi
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Ini adalah studi percontohan kecil dengan sampel praktis yang sebagian besar berkulit putih dan laki-laki, yang mungkin tidak mewakili populasi umum. Penggunaan MTurk untuk merekrut peserta dapat menimbulkan bias. Selain itu, studi ini tidak mendefinisikan “humor” atau “humor dalam mengasuh anak”, sehingga peserta mungkin menafsirkan istilah-istilah ini secara berbeda. Beberapa pertanyaan dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan ganda, yang berpotensi memengaruhi respons.
Diskusi & Kesimpulan
Studi percontohan ini memberikan bukti awal bahwa orang dewasa usia subur memandang humor secara positif sebagai alat pengasuhan anak. Temuan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan humor dalam pengasuhan anak dapat dikaitkan dengan hasil yang bermanfaat, termasuk hubungan orang tua-anak yang lebih baik.
Para peneliti mengusulkan bahwa humor bisa jadi merupakan strategi yang diabaikan untuk membantu orang tua mengembangkan dan memodelkan fleksibilitas kognitif dan emosional. Mereka menyarankan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi bagaimana berbagai jenis humor berfungsi dalam konteks pengasuhan anak, bagaimana anak-anak mengalami humor orang tua, dan bagaimana memanfaatkan humor dengan tepat untuk meningkatkan pengalaman anak-anak dan orang tua.
Pendanaan & Pengungkapan
Departemen humaniora di Penn State College of Medicine membantu mendukung pekerjaan ini. Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.