

(© Dragana Gordic – stock.adobe.com)
SEOUL, Korea Selatan — Ilmuwan Korea telah mengembangkan pengobatan tetes mata yang revolusioner untuk degenerasi makula terkait usia kering (AMD), yang berpotensi menghilangkan kebutuhan akan suntikan mata secara teratur yang saat ini dialami oleh jutaan pasien lanjut usia.
Tim peneliti di Institut Sains dan Teknologi Korea (KIST) menciptakan pengobatan berbasis peptida yang cocok dengan efektivitas pengobatan suntik yang ada sekaligus menawarkan alternatif yang tidak menimbulkan rasa sakit. Temuan mereka mengatasi kondisi yang mempengaruhi sebagian besar pasien AMD – 90% memiliki bentuk penyakit “kering”, yang dapat berkembang menjadi kehilangan penglihatan yang parah.
Tim tersebut, dipimpin oleh Dr. Moon-Hyeong Seo, menyaring lebih dari 190.000 kandidat peptida untuk menemukan molekul yang dapat menargetkan protein inflamasi spesifik yang disebut reseptor mirip Toll (TLR). Protein ini memainkan peran penting dalam pengembangan AMD. Bayangkan TLR sebagai penjaga keamanan seluler yang terkadang bereaksi berlebihan, menyebabkan peradangan yang merusak retina – jaringan sensitif cahaya di bagian belakang mata.
Dalam uji coba pada tikus, obat tetes mata terbukti sangat efektif. Hewan dengan AMD kering yang diinduksi menunjukkan perlindungan yang signifikan terhadap sel retina mereka ketika diobati dengan tetes peptida, dengan hasil yang sebanding dengan tikus sehat. Hal ini menunjukkan bahwa obat tersebut berhasil mencapai retina – sebuah tantangan yang terkenal dalam perawatan obat tetes mata.
“Pusat Pengembangan Obat Produk Alami KIST, didirikan pada bulan September untuk fokus pada penelitian yang digerakkan oleh misi, bertujuan untuk mengembangkan obat global yang menargetkan penyakit terkait penuaan, termasuk kanker dan kondisi mata,” kata Dr. Seo dalam rilis media.


Tim yang mempublikasikan temuannya di jurnal Sains Tingkat Lanjutberencana untuk melakukan uji klinis global melalui kemitraan dengan perusahaan farmasi.
Bagi pasien, perkembangan ini berarti kebebasan dari suntikan jarum suntik secara teratur ke mata – yang saat ini merupakan satu-satunya pilihan pengobatan yang disetujui FDA. Selain mengurangi ketidaknyamanan dan potensi komplikasi, obat tetes mata kemungkinan besar akan meningkatkan kepatuhan pengobatan dan memangkas biaya medis.
Meskipun uji coba pada manusia masih diperlukan untuk memastikan efektivitas pengobatan, penelitian ini menandai langkah signifikan menuju perawatan AMD yang lebih ramah pasien. Metode skrining inovatif yang dilakukan tim juga dapat mengarah pada penemuan penyakit inflamasi lainnya.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti mengembangkan metode canggih untuk mengeksplorasi bagaimana protein tertentu dalam sistem kekebalan tubuh kita, yang dikenal sebagai Toll-like receptor (TLRs), dapat dikontrol. TLR memainkan peran penting dalam mengelola mekanisme pertahanan tubuh kita, namun jika terlalu aktif, TLR dapat menyebabkan peradangan dan penyakit. Tim tersebut menciptakan perpustakaan besar segmen protein kecil, yang berasal dari bagian sistem kekebalan yang berinteraksi dengan TLR, untuk mengidentifikasi mana yang secara efektif dapat menghambat reseptor ini. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk secara sistematis menguji sejumlah penghambat potensial untuk menemukan penghambat yang paling baik dalam meredam respons imun yang tidak diinginkan.
Hasil Utama
Studi ini mengidentifikasi beberapa segmen protein yang berhasil mengganggu fungsi TLR dan membatasi respon inflamasi. Hal ini ditunjukkan melalui uji laboratorium pada sel dan dikonfirmasi lebih lanjut pada model hewan, termasuk tikus, yang menunjukkan penurunan gejala pada kondisi seperti sepsis dan degenerasi makula terkait usia (AMD). Khususnya, segmen protein ini dapat memblokir beberapa jenis TLR, sehingga menunjukkan bahwa mereka dapat menjadi alat serbaguna dalam mengobati berbagai kondisi peradangan.
Keterbatasan Studi
Penyaringan ini terbatas pada domain TIR tertentu, berpotensi mengabaikan interaksi relevan lainnya. Meskipun peptida menunjukkan kemanjuran pada model tikus, kinerjanya dalam kondisi klinis manusia masih harus diuji. Efek jangka panjang dan keamanan peptida ini belum sepenuhnya dipahami dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Diskusi & Kesimpulan
Penelitian ini membuka jalur baru untuk mengembangkan pengobatan penyakit yang berasal dari peradangan kronis, seperti AMD. Dengan menargetkan tahap awal peradangan pada tingkat molekuler, kita dapat merancang terapi yang efektif dan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan pengobatan saat ini. Kemampuan segmen protein ini untuk bekerja di berbagai jenis TLR juga menyoroti potensinya sebagai agen antiinflamasi berspektrum luas, yang dapat merevolusi cara kita menangani penyakit yang terkait dengan aktivitas sistem kekebalan yang berlebihan.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian tersebut dilakukan oleh para ilmuwan dari Institut Sains dan Teknologi Korea, Universitas Yonsei, dan institusi lainnya. Studi ini diterbitkan di bawah lisensi akses terbuka, yang memungkinkan distribusi dan reproduksi karya secara gratis. Para penulis menyatakan tidak ada dukungan finansial khusus untuk penelitian ini, dan tidak ada konflik kepentingan yang dicatat.