Virus H5N1 (flu burung) menjadi ancaman yang lebih besar bagi manusia. Para ilmuwan di British Columbia telah mengidentifikasi mutasi baru virus yang dapat mempermudah penularan pada manusia.
Penyakit ini ditemukan pada seorang pasien remaja dalam kondisi kritis di rumah sakit. Bagaimana remaja tersebut bisa terinfeksi masih belum jelas. Dokter tidak mengetahui apakah mutasi terjadi pada infeksi yang diderita remaja tersebut. Namun, para ilmuwan berspekulasi bahwa kemungkinan besar mutasi terjadi pada pasien selama mereka sakit. Jika itu yang terjadi, mutasi virus akan hilang ketika remaja tersebut pulih.
Namun ahli virologi flu mengatakan bahwa mutasi tersebut merupakan pengingat bahwa H5N1 berbahaya bagi manusia, dan berpotensi memicu pandemi jika virus tersebut mengembangkan kemampuan yang lebih besar untuk menulari manusia.
Dalam pernyataannya baru-baru ini, Scott Hensley, Profesor Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Pennsylvania Perelman, mengatakan tidak ada indikasi penularan dari manusia ke manusia, namun kemungkinan itu masih dikhawatirkan. Hensley menambahkan bahwa rangkaian genetik baru menunjukkan adanya modifikasi pada kemampuan virus untuk menyerang sel dan situasi tersebut memerlukan peningkatan pengawasan terhadap virus.
H5N1 berikatan dengan reseptor pada konjungtiva manusia, selaput tipis yang menutupi bagian putih mata dan melapisi bagian dalam kelopak mata. Ini menghasilkan lendir dan air mata untuk menjaga kelembapan mata. Agar virus dapat menyebar dengan mudah pada manusia, virus tersebut harus mengembangkan kemampuan untuk menempel pada jenis reseptor berbeda di saluran napas manusia – reseptor yang melekat pada influenza A. Dua mutasi yang terlihat pada kasus remaja ini adalah jenis mutasi yang menjadikan peralihan penting untuk perlekatan reseptor yang efektif di saluran napas manusia.
Kasus di British Columbia menjadi perhatian besar bukan hanya karena sumber penularannya tidak diketahui tetapi juga karena remaja tersebut mengalami sakit kritis. Virus yang beredar di Amerika Utara saat ini hanya menyebabkan penyakit ringan.
Terdapat 53 kasus terkonfirmasi penyakit ini pada manusia di Amerika Serikat pada tahun ini. Semua kecuali satu orang adalah pekerja peternakan sapi perah atau orang yang memusnahkan unggas yang terinfeksi. Para pasien menderita penyakit ringan, sebagian besar konjungtivitis (mata merah), dengan gejala pernafasan ringan. Untungnya, tidak ada yang memerlukan rawat inap.
Petugas Kesehatan Provinsi British Columbia, Bonnie Henry, mencatat bahwa remaja tersebut dirawat di rumah sakit pada 8 November. Kini, beberapa minggu setelah terpapar, orang-orang yang melakukan kontak dengan remaja tersebut tidak jatuh sakit.
Versi virus yang menginfeksi remaja tersebut tidak sama dengan versi yang beredar pada sapi perah di Amerika Serikat. Pasien muda itu tertular virus yang ditemukan pada burung liar. Penyakit ini telah menyebabkan wabah unggas di British Columbia dan negara bagian Washington. Lebih dari selusin kasus telah ditemukan dalam sebulan terakhir.