KOTA SEJONG, Korea Selatan — Para peneliti di Korea Selatan tengah menjajaki pendekatan futuristik untuk mengelola berat badan yang berfokus pada pikiran, bukan perut. Secara khusus, tim tersebut menggunakan stimulasi listrik pada otak untuk menekan nafsu makan. Studi inovatif ini, yang dipimpin oleh Dr. Ki-young Shin dari Institut Penelitian Elektroteknologi Korea (KERI), menawarkan gambaran menarik tentang masa depan di mana mengendalikan keinginan makan bisa semudah mengenakan ikat kepala berteknologi tinggi.
Bayangkan bisa mengurangi keinginan untuk ngemil atau makan berlebihan tanpa harus bergantung pada pil atau operasi invasif. Itulah janjinya stimulasi kebisingan acak transkranial (tRNS), teknik yang menjadi inti penelitian ini. Dengan mengalirkan arus listrik lembut ke area tertentu di otak melalui kulit kepala, para ilmuwan di KERI percaya bahwa arus listrik tersebut dapat memengaruhi sirkuit saraf yang bertanggung jawab untuk mengendalikan nafsu makan.
Penelitian yang dilakukan bekerja sama dengan Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul ini difokuskan pada bagian otak yang disebut korteks prefrontal dorsolateral. Wilayah ini, yang terletak di dekat bagian depan kepala, memainkan peran penting dalam fungsi eksekutif seperti pengambilan keputusan dan pengendalian impuls. Dengan menstimulasi area ini, para peneliti berharap dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengatur perilaku makan.
Bagaimana cara kerja menyetrum otak untuk menahan rasa lapar?
Mekanisme pastinya masih dipelajari, tetapi para ilmuwan berteori bahwa stimulasi listrik dapat meningkatkan kemampuan alami otak untuk menahan keinginan dan membuat pilihan makanan yang lebih cermat. Ini seperti memberi sedikit dorongan pada tekad Anda dari luar.
Potensi penelitian ini tidak hanya terbatas pada pengendalian rasa lapar fisik. Dalam masyarakat yang mana makan karena stres dan pesta makan emosional sudah menjadi hal yang lumrah, temuan penelitian tentang makan karena emosi sangatlah menarik. Peserta melaporkan penurunan yang signifikan dalam kecenderungan makan sebagai cara untuk mengatasi emosi seperti stres, kecemasan, atau bahkan kegembiraan.
“Meskipun teknologinya belum lengkap dan masih memerlukan penelitian dan verifikasi lebih lanjut, jika peralatan perawatan elektrostimulasi dengan efek samping yang jauh lebih sedikit daripada perawatan obesitas yang ada saat ini dikomersialkan dan dapat digunakan di rumah alih-alih di rumah sakit, ini akan memberikan metode yang mudah dan sederhana untuk mengelola penekanan nafsu makan sehari-hari,” jelas Dr. Shin dalam rilis media.
“Khususnya ketika orang sedang stres atau kesulitan, banyak orang makan karena rasa lapar emosional, dan jika teknologi perawatan kesehatan digital yang menggabungkan perawatan elektrostimulasi dan terapi olahraga diperkenalkan, hal ini akan meningkatkan efek penurunan berat badan dan membantu individu mengelola kesehatan mereka dengan lebih efektif.”
Meskipun gagasan stimulasi otak secara elektrik mungkin terdengar menakutkan, para peneliti menekankan bahwa arus yang digunakan sangat ringan – hampir tidak terasa oleh para peserta. Pendekatan non-invasif ini sangat kontras dengan perawatan obesitas yang lebih drastis seperti operasi atau pengobatan jangka panjang, yang sering kali disertai dengan efek samping yang signifikan.
Potensi untuk penggunaan di rumah sangat menarik. Bayangkan masa depan di mana mengelola berat badan tidak memerlukan kunjungan rutin ke dokter atau ketergantungan pada obat-obatan mahal. Sebaliknya, Anda dapat memulai hari dengan sesi stimulasi otak yang cepat dan tanpa rasa sakit, yang memberi Anda keunggulan dalam membuat pilihan makanan yang lebih sehat sepanjang hari.
Tentu saja, teknologi ini tidak dimaksudkan sebagai peluru ajaib untuk menurunkan berat badan. Para peneliti menekankan bahwa teknologi ini kemungkinan akan paling efektif jika dikombinasikan dengan perubahan gaya hidup sehat lainnya, seperti pola makan yang lebih baik dan olahraga teratur. Namun, bagi mereka yang berjuang melawan keinginan makan terus-menerus atau makan karena emosi, teknologi ini dapat menjadi alat yang mengubah permainan dalam gudang senjata manajemen kesehatan mereka.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Penelitian ini melibatkan 60 relawan wanita, dibagi rata menjadi dua kelompok: satu kelompok menerima perawatan tRNS yang sebenarnya dan kelompok kontrol menerima perawatan “palsu” (versi plasebo dari stimulasi). Peserta menjalani enam sesi stimulasi listrik selama dua minggu, dengan setiap sesi berlangsung selama 20 menit. Stimulasi tersebut menggunakan arus 2 mA yang sangat ringan, yang hampir tidak terasa bagi kebanyakan orang.
Hasil Utama
Kelompok yang menerima perawatan tRNS melaporkan penurunan nafsu makan, keinginan untuk makan, dan rasa lapar yang signifikan dibandingkan dengan kelompok plasebo. Khususnya, perawatan tersebut juga tampak membantu mengatasi kecenderungan makan karena emosi. Meskipun penurunan berat badan jangka panjang tidak diukur dalam studi singkat ini, para peserta secara konsisten melaporkan rasa kurang lapar.
Keterbatasan Studi
Studi ini relatif berjangka pendek (dua minggu) dan melibatkan sekelompok kecil peserta tertentu (60 wanita). Efek jangka panjang dan hasil penurunan berat badan tidak diukur. Selain itu, meskipun menjanjikan, teknologi ini masih dalam tahap pengembangan dan memerlukan penelitian dan penyempurnaan lebih lanjut sebelum dapat dipertimbangkan untuk digunakan secara luas.
Diskusi & Kesimpulan
Hasilnya menunjukkan bahwa tRNS dapat menjadi alat yang menjanjikan untuk mengelola nafsu makan, terutama bagi mereka yang berjuang melawan makan karena emosi. Sifatnya yang non-invasif dan potensi untuk digunakan di rumah menjadikannya alternatif yang menarik untuk perawatan yang lebih invasif atau berbasis obat. Namun, para peneliti menekankan bahwa teknologi ini kemungkinan akan paling efektif sebagai bagian dari pendekatan komprehensif untuk mengelola berat badan, termasuk diet dan olahraga.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini dilakukan oleh Korea Electrotechnology Research Institute (KERI), sebuah lembaga penelitian yang didanai pemerintah di bawah Dewan Riset Sains dan Teknologi Nasional Kementerian Sains dan TIK. Penelitian ini merupakan bagian dari proyek yang sedang berlangsung yang dijadwalkan untuk menyelesaikan fase pertamanya pada tahun 2024, dengan rencana untuk penelitian lanjutan dan potensi transfer teknologi ke perusahaan-perusahaan di masa mendatang.