GOA, India — Kanker kemungkinan akan selalu menjadi pusat perhatian dalam penelitian medis, dengan para ilmuwan terus mencari cara baru untuk mencegah dan memerangi penyakit yang mematikan ini dalam segala bentuknya. Banyak konsumen beralih ke suplemen mahal dengan harapan dapat meningkatkan kesehatan mereka, tetapi apakah suplemen tersebut benar-benar sekuat yang diyakini banyak orang? Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkap kemungkinan yang menarik: makanan yang kita makan mungkin memainkan peran yang jauh lebih penting dalam pencegahan kanker.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Skrining dan Pencegahan Kankermenyelidiki hubungan kompleks antara pola makan, suplemen, dan risiko kanker. Temuan mereka menunjukkan bahwa meskipun tidak ada solusi ajaib, pilihan pola makan dan suplemen tertentu berpotensi mengurangi kemungkinan berkembangnya berbagai jenis kanker.
Salah satu hasil penelitian yang paling menarik adalah gagasan bahwa makanan sehari-hari kita dapat berfungsi sebagai semacam “perlindungan yang dapat dimakan” terhadap kanker. Penelitian ini menyoroti bagaimana komponen dalam makanan kita—mulai dari asam lemak omega-3 dalam ikan hingga polifenol dalam buah-buahan dan sayuran—dapat memengaruhi proses biologis yang menyebabkan perkembangan kanker.
Misalnya, para peneliti menemukan bahwa asam lemak omega-3, yang umumnya ditemukan pada ikan berlemak seperti salmon dan makarel, dapat mengurangi risiko kanker kolorektal hingga 24%. Lemak sehat ini tampaknya memiliki sifat antiperadangan yang dapat membantu mencegah kanker.
Namun, ini bukan hanya tentang menambahkan hal-hal baik ke dalam diet Anda—ini juga tentang apa yang harus dihindari. Studi tersebut menunjukkan bahwa konsumsi daging merah dan olahan yang berlebihan, alkohol, dan makanan yang tinggi gula dan lemak tidak sehat dapat meningkatkan risiko kanker. Ini tidak berarti Anda harus sepenuhnya menghindari makanan ini, tetapi moderasi adalah kuncinya.
Penelitian ini juga meneliti potensi suplemen makanan dalam pencegahan kanker. Meskipun buktinya beragam, beberapa suplemen menunjukkan hasil yang menjanjikan. Misalnya, vitamin D, selenium, dan antioksidan tertentu mungkin memiliki efek perlindungan terhadap jenis kanker tertentu jika dikonsumsi dalam dosis yang tepat.
Namun, penelitian tersebut memperingatkan agar tidak menganggap suplemen sebagai solusi ajaib. Dalam beberapa kasus, dosis tinggi suplemen tertentu justru dapat meningkatkan risiko kanker. Para peneliti menekankan bahwa secara umum lebih baik untuk memperoleh nutrisi dari makanan utuh daripada terlalu bergantung pada suplemen.
Salah satu aspek yang paling menarik dari penelitian ini adalah eksplorasinya tentang bagaimana pola makan dapat memengaruhi ciri-ciri kanker—kemampuan biologis yang memungkinkan pertumbuhan dan penyebaran tumor. Makanan yang kita makan berpotensi memengaruhi segalanya mulai dari pertumbuhan dan kematian sel hingga pembentukan pembuluh darah baru yang memberi makan tumor.
Para peneliti juga menyelidiki bidang menarik nutrigenomik—bagaimana gen kita berinteraksi dengan nutrisi yang kita konsumsi. Bidang studi yang baru muncul ini menunjukkan bahwa strategi nutrisi yang dipersonalisasi berdasarkan susunan genetik seseorang dapat berperan dalam pencegahan kanker di masa mendatang.
Meskipun penelitian ini menawarkan harapan, penting untuk dicatat bahwa pola makan hanyalah satu bagian dari teka-teki pencegahan kanker. Para peneliti menekankan bahwa faktor gaya hidup lainnya, seperti menjaga berat badan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari penggunaan tembakau, sama pentingnya dalam mengurangi risiko kanker.
Tinjauan komprehensif tentang pola makan dan pencegahan kanker ini menggarisbawahi kekuatan makanan sebagai alat yang potensial dalam persenjataan kita untuk melawan kanker. Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami sepenuhnya hubungan yang rumit ini, studi ini memberikan bukti kuat bahwa makan dengan penuh kesadaran dapat menjadi strategi utama dalam mengurangi risiko kanker.
Makanan yang dapat membantu mencegah kanker:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran: Studi ini menekankan pentingnya pola makan yang kaya buah-buahan dan sayuran. Makanan ini kaya akan antioksidan, vitamin, dan mineral yang dapat membantu melindungi terhadap kanker.
- Biji-bijian utuh: Makanan seperti beras merah, gandum, dan roti gandum disebutkan berpotensi bermanfaat.
- Ikan gendut: Kaya akan asam lemak omega-3, ikan seperti salmon, mackerel, dan sarden dapat membantu mengurangi risiko kanker tertentu, terutama kanker kolorektal.
- Kacang-kacangan: Kacang, lentil, dan polong-polongan lainnya disorot sebagai bagian dari diet pencegahan kanker.
- Sayuran silangan: Makanan seperti brokoli, kembang kol, dan kubis brussel mengandung senyawa yang disebut isothiosianat yang mungkin memiliki sifat melawan kanker.
- Teh hijau: Kaya akan polifenol, terutama epigallocatechin gallate (EGCG), teh hijau disebutkan karena potensi sifat anti-kankernya.
- Kunyit: Mengandung kurkumin, yang telah menunjukkan hasil menjanjikan dalam berbagai penelitian kanker.
Mengenai suplemen, penelitian ini mengambil pendekatan yang lebih hati-hati:
- Vitamin D: Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat ini dapat membantu mencegah kanker tertentu, bukti yang ada belum meyakinkan.
- Selenium: Mungkin memiliki efek perlindungan terhadap beberapa kanker, tetapi dosis tinggi dapat berbahaya.
- Folat: Studi ini mencatat hubungan yang kompleks dengan risiko kanker – asupan sedang mungkin bermanfaat, tetapi dosis tinggi berpotensi meningkatkan risiko dalam beberapa kasus.
- Vitamin C: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen ini dapat membantu mencegah kanker tertentu, tetapi suplemen dosis tinggi tidak disarankan.
- Beta karoten: Studi tersebut memperingatkan bahwa suplemen dosis tinggi sebenarnya dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru pada perokok.
Makalah ini menekankan bahwa meskipun suplemen tertentu mungkin memiliki manfaat, secara umum lebih baik untuk mendapatkan nutrisi dari makanan utuh daripada bergantung pada suplemen. Makalah ini juga memperingatkan terhadap penggunaan suplemen dosis tinggi secara sembarangan, karena terkadang dapat menimbulkan efek negatif yang tidak diharapkan.
Makanan yang harus dibatasi atau dihindari:
- Daging merah dan daging olahan: Studi mencatat hal ini dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal dan kanker lainnya.
- Alkohol: Terkait dengan peningkatan risiko beberapa jenis kanker.
- Makanan yang diproses secara berlebihan dan mengandung banyak gula tambahan: Meskipun tidak terkait langsung dengan kanker dalam semua kasus, makanan ini dapat menyebabkan obesitas, yang merupakan faktor risiko banyak kanker.
- Makanan yang mengandung banyak lemak tidak sehat: Terutama lemak trans dan lemak jenuh yang berlebihan.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti melakukan tinjauan menyeluruh terhadap literatur ilmiah yang ada tentang diet, suplemen, dan pencegahan kanker. Mereka menganalisis data dari studi epidemiologi, uji klinis, dan eksperimen laboratorium untuk menarik kesimpulan. Tim juga meneliti meta-analisis, yang menggabungkan hasil dari berbagai studi untuk memberikan perspektif yang lebih luas tentang topik tersebut.
Hasil
Studi tersebut menemukan hubungan antara pola makan tertentu dan penurunan risiko kanker. Misalnya, pola makan yang kaya buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian utuh, dan protein rendah lemak dikaitkan dengan insiden kanker yang lebih rendah. Nutrisi dan senyawa tertentu, seperti asam lemak omega-3, vitamin tertentu, dan polifenol tanaman, menunjukkan potensi sifat pencegahan kanker. Namun, para peneliti juga mencatat bahwa konsumsi daging merah dan olahan, alkohol, dan lemak tidak sehat yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker.
Keterbatasan
Para penulis mengakui beberapa keterbatasan dalam penelitian mereka. Pertama, sebagian besar bukti berasal dari penelitian observasional, yang dapat menunjukkan hubungan tetapi tidak membuktikan sebab akibat. Selain itu, kebiasaan makan bersifat kompleks dan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sulit untuk mengisolasi efek makanan atau nutrisi tertentu. Para peneliti juga mencatat bahwa dampak pola makan terhadap risiko kanker dapat bervariasi tergantung pada faktor genetik individu dan pilihan gaya hidup lainnya.
Diskusi dan Kesimpulan
Studi ini menekankan pentingnya pendekatan holistik untuk pencegahan kanker melalui pola makan. Daripada berfokus pada satu “makanan super” atau suplemen, para peneliti menganjurkan pola makan seimbang dan bervariasi yang kaya akan makanan nabati. Mereka menekankan perlunya strategi nutrisi yang dipersonalisasi dan menyoroti potensi nutrigenomik dalam menyesuaikan rekomendasi pola makan dengan profil genetik individu. Para penulis juga menyerukan uji klinis yang lebih ketat untuk menyelidiki lebih lanjut peran komponen makanan tertentu dalam pencegahan kanker.
Pendanaan dan Pengungkapan
Studi ini dilakukan oleh para peneliti dari berbagai lembaga internasional. Salah satu penulisnya, Kartik Shah, adalah karyawan Sargento Foods. Para peneliti menyatakan tidak ada konflik kepentingan lain yang terkait dengan publikasi ini. Tidak disebutkan sumber pendanaan khusus untuk studi khusus ini.