TEL AVIV — Saat jutaan pecinta musik dengan penuh semangat melihat ringkasan tahunan “Spotify Wrapped” dan “Apple Music Replay” pada bulan Desember ini, melihat artis dan lagu yang paling sering diputar pada tahun 2024 ditampilkan dalam infografis penuh warna, banyak yang mungkin bertanya-tanya: mengapa musisi tertentu ini mendominasi musik kita? daftar putar? Apa yang membuat kita begitu konsisten tertarik pada artis tertentu, sementara artis lain tidak menyukai kita? Sebuah penelitian menarik menunjukkan bahwa preferensi musik kita lebih dari sekedar menikmati melodi yang menarik atau irama yang memikat. Menurut para peneliti, kita cenderung tertarik pada musisi yang kepribadiannya mencerminkan kepribadian kita – sebuah fenomena yang mereka juluki sebagai “efek keselarasan diri dalam musik.”
Pikirkan tentang musisi favorit Anda. Mungkin Anda tertarik pada kemurungan introspektif Radiohead, energi Beyonce yang penuh semangat, atau semangat pemberontak Nirvana. Menurut penelitian ini, diterbitkan pada tahun 2020 di Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosialpreferensi ini tidak acak – kemungkinan besar dipengaruhi oleh seberapa mirip kepribadian artis tersebut dengan kepribadian Anda.
Menghubungkan ciri-ciri kepribadian dengan preferensi musik
Melalui tiga studi yang saling berhubungan yang melibatkan lebih dari 86.000 peserta, peneliti David M. Greenberg, Sandra C. Matz, dan rekan mereka mengungkap pola menarik tentang bagaimana ciri-ciri kepribadian menghubungkan pendengar dengan artis favorit mereka. Investigasi mereka menggabungkan penilaian kepribadian tradisional dengan teknik analisis data inovatif, termasuk pemeriksaan kecerdasan buatan terhadap lirik lagu dan analisis ekstensif terhadap data pengguna Facebook.
Para peneliti mencakup semua genre dan era, mulai dari Paul McCartney, Bob Dylan, Elton John, Whitney Houston, dan The Rolling Stones hingga artis-artis baru seperti Coldplay, Jay-Z, Adele, Pitbull, dan Taylor Swift.
Studi pertama melibatkan 6.279 peserta yang menyelesaikan penilaian kepribadian dan kemudian menilai sifat-sifat mereka sendiri dan sifat-sifat yang mereka rasakan pada berbagai artis musik. Misalnya, mereka mungkin mengevaluasi seberapa ekstrovertnya mereka terhadap diri mereka sendiri dibandingkan dengan seberapa ekstrovertnya mereka terhadap artis seperti Taylor Swift atau Radiohead. Hasilnya menunjukkan korelasi yang kuat antara ciri-ciri kepribadian yang dilaporkan sendiri oleh pendengar dan cara mereka memandang kepribadian musisi favorit mereka.
Untuk memverifikasi apakah hubungan yang dirasakan mencerminkan kenyataan, para peneliti menganalisis data dari 75.296 pengguna Facebook yang mengikuti artis musik berbeda dan telah menyelesaikan penilaian kepribadian. Kumpulan data besar ini mengungkapkan pola yang jelas: penggemar cenderung memiliki ciri kepribadian yang sama dengan musisi favorit mereka. Khususnya, pengikut artis seperti David Bowie dan Radiohead – musisi yang menyukai eksperimen kreatif – mendapat skor lebih tinggi dalam hal keterbukaan terhadap pengalaman, sementara penggemar artis pop konvensional biasanya menunjukkan pola kepribadian yang berbeda.
Tim peneliti kemudian menggunakan pendekatan inovatif untuk menilai kepribadian artis secara objektif: mereka menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisis lirik lagu-lagu terpopuler para musisi. Analisis komputasi ini memberikan ukuran independen terhadap persona publik artis yang masih menunjukkan korelasi signifikan dengan ciri-ciri kepribadian penggemarnya.
Studi terakhir, yang melibatkan 4.995 peserta, menunjukkan bahwa pencocokan kepribadian sebenarnya memprediksi preferensi musik. Semakin dekat keselarasan kepribadian antara pendengar dan artis, semakin besar kemungkinan seseorang menikmati musik artis tersebut. Efek ini tetap signifikan bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin, dan gaya musik yang disukai.
Akar psikologis
Pikirkan tentang apa artinya ini secara praktis. Orang introspektif yang menghargai pemikiran mendalam mungkin secara alami tertarik pada kompleksitas puitis Bob Dylan, sementara seseorang yang menyukai energi sosial mungkin merasa lebih terhubung dengan lagu pesta Black Eyed Peas. Preferensi ini bukan hanya tentang gaya musik – tapi juga tentang menemukan artis yang psikologisnya selaras dengan kita.
Dari sudut pandang evolusi, kecenderungan ini mungkin memiliki fungsi sosial yang penting. Musik telah ada di setiap budaya manusia, berpotensi membantu nenek moyang kita mengidentifikasi dan menjalin ikatan dengan individu yang berpikiran sama. Sama seperti kita cenderung menjalin persahabatan dengan orang-orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama, preferensi musik kita mungkin bertindak sebagai sinyal halus dari karakteristik psikologis kita, membantu kita menemukan suku sosial kita.
“Di dunia saat ini, di mana perpecahan sosial semakin meningkat, penelitian kami menunjukkan kepada kita bagaimana musik dapat menjadi sebuah persamaan untuk menyatukan orang-orang,” kata Dr. Greenberg, dari Bar Ilan University, dalam sebuah pernyataan.
“Temuan ini dapat diterapkan pada situasi yang melibatkan kesehatan mental. Misalnya, di saat stres dan ketidakpastian, pendengar dapat mencari musik dari artis yang memiliki kepribadian serupa dengan mereka dan merasa dipahami serta merasakan keterhubungan,” tambah Dr. H. Andrew Schwartz dari Stony Brook University.
Apa pendapat 'Spotify Wrapped' atau 'Apple Music Replay' tentang Anda?
Meskipun penelitian ini berfokus pada musik populer Barat, dampaknya tidak hanya mencakup genre atau budaya tertentu. Temuan ini menunjukkan bahwa musik tidak hanya berfungsi sebagai hiburan – musik merupakan alat yang ampuh untuk ekspresi diri dan hubungan sosial. Saat kami membagikan lagu favorit atau menghadiri konser, kami tidak hanya berbagi musik; kita memberi sinyal pada aspek kepribadian kita dan menemukan orang lain yang melihat dunia dengan cara yang sama.
Pertimbangkan bagaimana layanan streaming dapat menggunakan wawasan ini untuk meningkatkan rekomendasi musik, atau bagaimana memahami hubungan ini dapat membantu menjelaskan ikatan emosional yang kuat yang sering dirasakan penggemar dengan artis tertentu. Penelitian ini membuka jalan baru untuk memahami bagaimana musik membentuk dunia sosial dan identitas pribadi kita.
Saat Anda menelusuri statistik Spotify Wrapped atau Apple Music Replay Anda sendiri, mencatat artis mana yang mengklaim waktu mendengarkan Anda paling banyak tahun ini, pertimbangkan bahwa Anda mungkin melihat lebih dari sekadar laporan musik – Anda sedang melihat cerminan dari Anda kepribadian sendiri. Jam-jam yang dihabiskan bersama artis tertentu mungkin menunjukkan hubungan yang lebih dalam daripada sekadar hiburan. Mungkin rangkuman musik akhir tahun kami tidak hanya mengungkapkan apa yang kami dengarkan, namun membisikkan sesuatu tentang siapa diri kami sebenarnya. Lagi pula, dalam aliran musik yang tiada habisnya, kita sepertinya menemukan dan kembali ke artis yang tidak hanya memainkan lagu-lagu yang kita sukai, namun juga mencerminkan diri kita yang sebenarnya.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti merancang penyelidikan mereka seperti drama tiga babak, dengan masing-masing penelitian dibangun berdasarkan penelitian sebelumnya. Dalam Studi 1, mereka memulai dengan pertanyaan mendasar: apakah orang merasakan hubungan antara kepribadian mereka dan artis favorit mereka? Peserta menyelesaikan penilaian kepribadian singkat yang disebut Inventarisasi Kepribadian Sepuluh Item, menilai diri mereka sendiri berdasarkan Lima Besar ciri-ciri kepribadian. Mereka kemudian memilih seorang musisi dari daftar 50 artis populer dan menilai kepribadian artis tersebut dan kepribadian khas penggemar artis tersebut.
Studi kedua mengambil pendekatan yang lebih obyektif dengan mengkaji perilaku dunia nyata. Daripada mengandalkan persepsi, para peneliti menganalisis data dari pengguna Facebook yang telah menyelesaikan penilaian kepribadian dan “menyukai” halaman berbagai musisi. Hal ini memberi mereka wawasan tentang perilaku alami kipas angin di luar lingkungan laboratorium. Mereka juga mengembangkan cara inovatif untuk menilai kepribadian artis dengan menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisis lirik dari sepuluh lagu terpopuler masing-masing artis, mencari pola bahasa yang penelitian sebelumnya telah dikaitkan dengan ciri-ciri kepribadian yang berbeda.
Studi 3 menyatukan semuanya dengan menguji apakah pencocokan kepribadian benar-benar memprediksi preferensi musik. Peserta menilai seberapa besar mereka menyukai musik berbagai artis sambil juga menyelesaikan penilaian kepribadian. Para peneliti kemudian menggunakan pemodelan statistik canggih yang disebut pemodelan multilevel untuk memperhitungkan berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi selera musik, termasuk usia, jenis kelamin, dan preferensi umum terhadap fitur musik yang berbeda seperti tempo atau nada emosional.
Hasil
Temuan ini memberikan gambaran yang konsisten di ketiga penelitian. Dalam Studi 1, persepsi masyarakat menunjukkan hubungan yang kuat antara ciri-ciri kepribadian mereka dan ciri-ciri artis favorit mereka. Misalnya, orang yang lebih ekstrover cenderung menganggap artis favoritnya juga lebih ekstrover.
Analisis Facebook pada Studi 2 menegaskan bahwa persepsi ini tidak hanya ada di kepala masyarakat. Penggemar memang cenderung memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama dengan artis favoritnya, terutama sifat-sifat seperti keterbukaan terhadap pengalaman dan keramahan. Analisis komputer terhadap lirik memberikan konfirmasi independen mengenai kecocokan kepribadian ini.
Studi 3 menunjukkan bahwa pencocokan kepribadian memprediksi preferensi musik bahkan setelah mengendalikan faktor-faktor lain. Kekuatan efeknya serupa dengan pengaruh lain yang diketahui pada selera musik, seperti pencocokan gender (lebih memilih artis dengan jenis kelamin yang sama) atau mencocokkan fitur musik (lebih memilih gaya atau suara tertentu).
Keterbatasan
Seperti penelitian lainnya, penelitian ini memiliki batasan penting seputar temuannya. Penelitian ini berfokus terutama pada artis-artis arus utama Barat, jadi kami tidak dapat memastikan bahwa pola-pola ini berlaku untuk semua budaya musik atau musisi yang kurang terkenal. Penelitian ini juga tidak dapat menentukan apakah orang secara alami tertarik pada artis serupa atau secara bertahap menjadi lebih menyukai musisi favorit mereka seiring berjalannya waktu.
Data Facebook, meski luas, mungkin tidak mewakili semua pendengar musik, karena pengguna Facebook cenderung lebih muda dan lebih paham teknologi dibandingkan populasi umum. Selain itu, analisis kecerdasan buatan pada lirik hanya dapat menangkap ciri-ciri kepribadian yang diungkapkan melalui kata-kata, dan tidak ada cara lain bagi artis untuk mengekspresikan kepribadian mereka melalui musik, pertunjukan, atau perilaku publik.
Diskusi dan Kesimpulan
Penelitian ini menantang pemahaman kita tentang mengapa kita menyukai musik yang kita sukai. Daripada hanya merespons fitur musik seperti ritme atau melodi, kita tampaknya terlibat dalam suatu bentuk hubungan sosial melalui musik. Hal ini membantu menjelaskan mengapa penggemar sering merasakan hubungan pribadi yang kuat dengan artis tertentu – mereka mungkin mengenali aspek kepribadian mereka sendiri dalam kepribadian publik musisi tersebut.
Temuan ini memiliki implikasi praktis mengenai bagaimana kita dapat meningkatkan sistem rekomendasi musik, menyarankan cara-cara baru untuk memahami komunitas penggemar, dan menawarkan wawasan tentang peran musik dalam pengembangan identitas pribadi dan sosial. Mereka juga mendukung teori tentang peran evolusi musik dalam masyarakat manusia, dan menyatakan bahwa musik mungkin membantu nenek moyang kita mengidentifikasi dan menjalin ikatan dengan individu yang berpikiran sama.
Pendanaan dan Pengungkapan
Penelitian ini sebagian didanai oleh Zuckerman STEM Leadership Program, yang mendukung penelitian David M. Greenberg. Para peneliti menggunakan data dari berbagai sumber termasuk proyek Musical Universe dan proyek MyPersonality, dan mereka menyatakan tidak ada konflik kepentingan. Semua metode pengumpulan dan analisis data ditinjau dan disetujui oleh dewan peninjau etik yang sesuai.
Artikel ini merupakan pembaruan dari postingan yang pertama kali diterbitkan di StudyFinds pada 17 Juli 2020.