

(© spaskov – stock.adobe.com)
Pendeknya
- Sebuah penelitian terhadap lebih dari 6.600 penderita diabetes di Amerika menemukan bahwa memiliki lingkar pinggang yang lebih besar dikaitkan dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik – hingga 107 cm (42 inci) untuk wanita dan 89 cm (35 inci) untuk pria.
- Hubungan antara ukuran pinggang dan angka kematian mengikuti pola yang berbeda berdasarkan gender: kurva berbentuk U untuk wanita (risiko lebih tinggi pada pengukuran rendah dan tinggi) dan kurva berbentuk J untuk pria (risiko meningkat lebih tajam pada pengukuran tinggi)
- Temuan ini menantang pedoman medis tradisional tentang lingkar pinggang pada pasien diabetes dan menunjukkan bahwa pengukuran optimal mungkin perlu disesuaikan berdasarkan faktor-faktor seperti gender, bukan mengikuti target universal.
JIANGSU, Tiongkok — Kebanyakan ahli kesehatan mungkin akan terkejut dengan anggapan bahwa lingkar pinggang yang lebih besar mungkin bermanfaat bagi beberapa pasien diabetes. Namun hal itulah yang ditemukan para peneliti ketika mereka menganalisis tingkat kelangsungan hidup di antara lebih dari 6.600 orang dewasa Amerika yang mengidap diabetes, dan menemukan bahwa hubungan antara ukuran pinggang dan kematian mengikuti pola tak terduga yang sangat bervariasi antara pria dan wanita.
Para profesional medis telah lama memberitakan bahaya kelebihan lemak perut, terutama bagi penderita diabetes. Namun, mengikuti pola berbentuk U dan J yang berbeda untuk wanita dan pria, menunjukkan bahwa terlalu sedikit dan terlalu banyak lemak perut bisa menimbulkan masalah.
Para peneliti dari Rumah Sakit Rakyat Jiangsu Utara di Tiongkok menganalisis data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES), sebuah studi kesehatan besar-besaran terhadap orang Amerika yang dilakukan antara tahun 2003 dan 2018. Mereka melacak hasil kelangsungan hidup 3.151 wanita dan 3.473 pria penderita diabetes, dan mengikuti mereka. rata-rata selama enam hingga tujuh tahun.
Temuan ini menantang anggapan konvensional: wanita penderita diabetes sebenarnya menunjukkan risiko kematian paling rendah ketika lingkar pinggang mereka mencapai 107 sentimeter (sekitar 42 inci), jauh di atas batas normal yang dianggap sehat. Bagi pria, ukuran idealnya adalah 89 sentimeter (sekitar 35 inci), mendekati rekomendasi tradisional namun tetap mengejutkan dalam implikasinya.
Hubungan tersebut diwujudkan secara berbeda antara kedua jenis kelamin. Bagi perempuan, hubungan antara ukuran pinggang dan angka kematian membentuk kurva berbentuk U – yang berarti angka kematian lebih tinggi pada mereka yang mempunyai lingkar pinggang lebih kecil dan lebih besar dari titik optimal. Laki-laki menunjukkan pola berbentuk J, dengan risiko kematian meningkat lebih tajam karena ukuran pinggang meningkat melampaui titik optimal.
Fenomena yang dijuluki “paradoks obesitas” ini bukanlah hal baru dalam penelitian medis. Pola serupa telah diamati pada indeks massa tubuh (BMI) di berbagai populasi. Namun, penelitian ini adalah salah satu penelitian pertama yang menunjukkan hal tersebut secara spesifik terkait lingkar pinggang pada penderita diabetes.
Temuan ini konsisten pada berbagai penyebab kematian. Baik jika dilihat dari angka kematian secara keseluruhan atau kematian secara khusus akibat penyakit kardiovaskular, polanya tetap stabil. Untuk setiap peningkatan satu sentimeter ukuran pinggang di bawah titik optimal, risiko kematian pada perempuan mengalami penurunan sebesar 3%, sedangkan pada laki-laki mengalami penurunan risiko kematian sebesar 6%. Di atas ambang batas tersebut, setiap sentimeter tambahan meningkatkan risiko kematian sebesar 4% pada wanita dan 3% pada pria.
Apa yang membuat temuan ini sangat menarik adalah kegigihannya bahkan setelah para peneliti memperhitungkan sejumlah faktor lain yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup, termasuk usia, pendidikan, etnis, status merokok, kebiasaan minum, aktivitas fisik, dan berbagai kondisi kesehatan.
Meskipun temuan ini mungkin tampak berlawanan dengan intuisi, temuan ini sejalan dengan semakin banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa parameter kesehatan yang optimal mungkin lebih bervariasi antar individu daripada yang diperkirakan sebelumnya. Bagi pasien diabetes dan penyedia layanan kesehatan, penelitian ini memberikan bukti kuat bahwa terkait lingkar pinggang, hubungannya dengan kelangsungan hidup lebih kompleks daripada sekadar “lebih sedikit lebih baik”.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan data dari NHANES, yang menerapkan strategi pengambilan sampel yang kompleks untuk memastikan temuannya mewakili populasi AS. Mereka termasuk orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yang menderita diabetes, sebagaimana dikonfirmasi melalui tes darah atau diagnosis yang dilaporkan sendiri. Lingkar pinggang diukur menggunakan metode standar, dan peserta dipantau hingga Desember 2019 atau meninggal. Tim tersebut menggunakan model statistik canggih untuk menganalisis hubungan antara ukuran pinggang dan angka kematian, dengan menyesuaikan berbagai faktor perancu yang potensial.
Hasil
Studi ini menemukan pola yang berbeda pada pria dan wanita. Perempuan menunjukkan risiko kematian paling rendah pada lingkar pinggang 107 cm, dengan risiko meningkat baik di atas maupun di bawah titik tersebut. Risiko terendah pada pria terjadi pada tinggi badan 89 cm, dan risiko meningkat lebih tajam di atas titik tersebut. Pola-pola ini tetap konsisten baik ketika melihat semua penyebab kematian atau kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Keterbatasan
Para peneliti mengakui beberapa keterbatasan. Sifat penelitian yang observasional berarti mereka tidak dapat membuktikan hubungan sebab-akibat. Pengukuran pinggang hanya dilakukan pada awal penelitian, tidak memperhitungkan perubahan seiring berjalannya waktu. Populasi penelitian ini khususnya adalah orang Amerika, sehingga temuannya mungkin tidak berlaku untuk populasi lain.
Diskusi dan Kesimpulan
Penelitian menunjukkan bahwa lingkar pinggang optimal mungkin lebih tinggi dari yang direkomendasikan saat ini, terutama bagi wanita penderita diabetes. Namun, penulis memperingatkan agar tidak mempromosikan target ukuran pinggang tertentu, dan justru menekankan perlunya pendekatan individual dalam manajemen kesehatan. Temuan ini juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan perbedaan gender dalam rekomendasi kesehatan.
Pendanaan dan Pengungkapan
Penelitian ini didanai oleh hibah dari Program Penelitian dan Pengembangan Kunci Nasional dan yayasan startup MD dari Rumah Sakit Rakyat Jiangsu Utara. Seorang penulis bertugas di dewan editorial jurnal, namun tidak ada konflik kepentingan lain yang dilaporkan.
Informasi Publikasi
Penelitian ini dipublikasikan di Penelitian Eksplorasi dan Hipotesis dalam Kedokteran2024, DOI: 10.14218/ERHM.2024.00400. Studi ini merupakan kolaborasi antara peneliti dari berbagai institusi di Yangzhou, Jiangsu, Tiongkok.