Ringkasan Makalah
Metodologi
Penelitian ini menggunakan survei online untuk mengumpulkan data tentang penggunaan media sosial dan gejala dismorfia otot (MD) di antara 95 pria muda Australia. Peserta, berusia 18 hingga 34 tahun, direkrut melalui brosur universitas, pusat kebugaran, dan iklan media sosial yang menargetkan mereka yang tertarik pada kebugaran. Yang dikecualikan dari penelitian ini adalah individu dengan diagnosis sebelumnya terkait dismorfia tubuh atau gangguan makan, sehingga memastikan sampel populasi umum tanpa masalah klinis sebelumnya.
Peserta menyelesaikan survei di Qualtrics, yang mencakup pertanyaan tentang frekuensi menonton konten selebriti, mode, dan kebugaran di situs jejaring sosial (SNS), seberapa penting mereka menerima suka dan komentar, dan tingkat gejala MD mereka. Langkah-langkah tersebut diadaptasi secara hati-hati untuk konteks spesifik SNS, sehingga memungkinkan untuk menyelidiki hubungan antara aktivitas media sosial tertentu dan indikator MD.
Hasil Utama
Temuan menunjukkan bahwa pentingnya menerima suka dan komentar merupakan prediktor signifikan gejala MD, bahkan setelah memperhitungkan demografi seperti usia, BMI, dan frekuensi olahraga. Aktivitas lain—seperti menonton konten selebriti, fesyen, dan kebugaran—berkorelasi positif dengan gejala MD tetapi tidak secara independen memprediksi MD ketika mengendalikan faktor demografi. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa persetujuan sosial di SNS (melalui suka dan komentar) mungkin memainkan peran penting dalam perkembangan gejala MD.
Keterbatasan Studi
Desain penelitian cross-sectional membatasi kemampuannya untuk menentukan sebab akibat; itu hanya dapat menyarankan asosiasi. Selain itu, penggunaan data yang dilaporkan sendiri dapat menimbulkan bias, karena persepsi dan pengalaman peserta terhadap konten media sosial bisa berbeda-beda. Meskipun rekrutmen dilakukan dari anggota gym umum, iklan tersebut mungkin telah menarik subkelompok pria tertentu yang secara khusus berfokus pada kebugaran, sehingga berpotensi memberikan hasil yang buruk. Terakhir, karena MD tidak didiagnosis secara klinis pada peserta, temuan terbatas pada gejala yang dilaporkan sendiri dan bukan pada kasus MD yang dikonfirmasi.
Diskusi & Kesimpulan
Studi ini menyoroti bahwa pria yang sangat menghargai masukan sosial (suka dan komentar) mungkin mengalami gejala dismorfia otot yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa komponen interaktif media sosial, yang menawarkan validasi atau penolakan langsung, bisa lebih berpengaruh dibandingkan hanya melihat konten pasif saja. Wawasan ini sangat penting untuk mengembangkan intervensi kesehatan mental, terutama yang menargetkan literasi media sosial dan persepsi diri pada pria muda. Mendidik remaja putra tentang cara mengelola umpan balik sosial dan memahami standar tidak realistis yang sering digambarkan secara online dapat menjadi strategi yang efektif dalam mengurangi gejala MD.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini dilakukan tanpa pendanaan eksternal. Penulis mengungkapkan tidak ada kepentingan finansial atau konflik kepentingan terkait dengan penelitian ini.