GEELONG, Australia — Merasa sedih? Menambahkan jogging setiap hari dan makan dengan baik bisa menjadi resep terbaik untuk pikiran Anda. Para peneliti telah menemukan bahwa diet sehat dan olahraga teratur mungkin sama efektifnya dengan psikoterapi tradisional dalam mengobati depresi. Temuan ini dapat membantu mereka yang berjuang dengan gagasan mencari bantuan kesehatan mental atau mungkin tidak mampu membayar sesi terapi rutin.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Deakin di Australia ini membandingkan efektivitas dua pendekatan berbeda untuk mengobati depresi: terapi gaya hidup yang berfokus pada nutrisi dan aktivitas fisik, dan terapi perilaku kognitif (CBT) tradisional, sejenis terapi bicara. Yang mengejutkan, mereka menemukan bahwa kedua metode tersebut sama-sama efektif dalam mengurangi gejala depresi selama periode 8 minggu.
Penelitian ini hadir di saat yang krusial. Sejak dimulainya pandemi COVID-19, angka depresi telah meroket di seluruh dunia, dengan perkiraan 50 juta kasus baru di seluruh dunia. Layanan kesehatan mental tradisional telah sangat terbatas, sehingga banyak orang tidak memiliki akses ke perawatan yang mereka butuhkan. Kemungkinan adanya pilihan pengobatan baru yang efektif dapat menjadi pengubah permainan dalam mengatasi krisis yang terus berkembang ini.
Penelitian ini melibatkan 182 orang dewasa yang mengalami gejala depresi. Separuh dari peserta dimasukkan ke dalam kelompok terapi gaya hidup, di mana mereka menerima panduan untuk memperbaiki pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik. Separuh lainnya berpartisipasi dalam sesi CBT tradisional. Kedua kelompok menghadiri enam sesi berdurasi 90 menit selama delapan minggu, yang dilakukan melalui konferensi video daring.
Yang membuat penelitian ini sangat menarik adalah fokusnya pada faktor gaya hidup sebagai pengobatan utama untuk depresi, bukan sekadar pendekatan pelengkap. Meskipun hubungan antara kesehatan fisik dan kesejahteraan mental telah lama diketahui, ini merupakan salah satu penelitian pertama yang secara langsung membandingkan intervensi gaya hidup dengan pengobatan psikologis yang sudah ada.
Sesi terapi gaya hidup dipimpin oleh ahli diet dan ahli fisiologi olahraga, yang membantu peserta menetapkan tujuan pribadi untuk perubahan gaya hidup yang positif. Tujuan ini dapat mencakup memasukkan lebih banyak buah dan sayuran ke dalam pola makan mereka, mengurangi asupan makanan olahan, atau menetapkan rutinitas olahraga yang teratur. Yang terpenting, fokusnya bukan pada penurunan berat badan, tetapi pada peningkatan kesehatan secara keseluruhan.
Di sisi lain, sesi CBT, yang dipimpin oleh para psikolog, difokuskan pada upaya membantu peserta mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang terkait dengan depresi. Ini adalah perawatan yang sudah mapan dan telah terbukti efektif bagi banyak orang yang mengalami depresi.
Setelah delapan minggu, kedua kelompok menunjukkan perbaikan signifikan dalam gejala depresi mereka. Rata-rata, peserta di kedua kelompok mengalami penurunan skor pada skala depresi umum sekitar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa bagi banyak orang, membuat perubahan positif pada pola makan dan kebiasaan olahraga bisa sama bermanfaatnya dengan terapi bicara tradisional dalam mengelola depresi.
Temuan ini dapat memiliki implikasi yang luas untuk perawatan kesehatan mental. Pertama, intervensi gaya hidup mungkin lebih mudah diakses dan terjangkau bagi banyak orang. Meskipun mencari dan membayar terapis dapat menjadi tantangan, terutama di daerah pedesaan atau daerah yang kurang terlayani, banyak orang dapat mengubah pola makan dan kebiasaan olahraga mereka dengan bimbingan profesional yang minimal.
Selain itu, pendekatan ini mungkin sangat menarik bagi mereka yang ragu dengan terapi atau pengobatan tradisional. Sebagian orang mungkin merasa lebih mudah untuk memulai dengan perubahan gaya hidup daripada terlibat dalam diskusi emosional atau mengonsumsi antidepresan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa ini tidak berarti perubahan gaya hidup harus menggantikan semua bentuk pengobatan lainnya. Depresi adalah kondisi yang kompleks, dan apa yang paling berhasil dapat sangat bervariasi dari orang ke orang. Bagi sebagian orang, kombinasi pendekatan – termasuk pengobatan, terapi, dan perubahan gaya hidup – mungkin paling efektif.
Studi ini juga menyoroti potensi pendekatan yang lebih holistik terhadap perawatan kesehatan mental. Dengan menangani kesehatan fisik bersamaan dengan kesehatan mental, kita mungkin dapat meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan dengan lebih efektif. Hal ini sejalan dengan semakin banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa kesehatan mental dan fisik saling terkait erat.
Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi temuan ini dan mengeksplorasi implikasi jangka panjangnya, studi ini membuka kemungkinan baru yang menarik di bidang perawatan kesehatan mental. Studi ini menunjukkan bahwa terkadang, jalan menuju kesehatan mental yang lebih baik dapat dimulai dari piring dan sepatu lari kita, bukan dari sofa terapis.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Penelitian ini menggunakan rancangan acak terkontrol dengan 182 peserta yang memiliki gejala depresi. Peserta secara acak dimasukkan ke dalam kelompok terapi gaya hidup atau terapi perilaku kognitif. Kedua kelompok menerima enam sesi selama 90 menit selama 8 minggu, yang disampaikan melalui konferensi video daring. Kelompok terapi gaya hidup dipimpin oleh ahli diet dan ahli fisiologi olahraga, sedangkan kelompok CBT dipimpin oleh psikolog. Gejala depresi diukur menggunakan kuesioner standar di awal dan akhir periode 8 minggu.
Hasil
Kedua kelompok menunjukkan perbaikan signifikan dalam gejala depresi selama periode 8 minggu. Kelompok terapi gaya hidup mengalami penurunan skor depresi rata-rata sebesar 42%, sedangkan kelompok CBT mengalami penurunan sebesar 37%. Perbedaan ini tidak signifikan secara statistik, yang menunjukkan bahwa terapi gaya hidup sama efektifnya dengan CBT dalam mengurangi gejala depresi. Selain itu, penelitian menemukan bahwa peserta terapi gaya hidup meningkatkan kualitas diet mereka dan mengurangi asupan makanan ringan (junk food).
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Sampelnya sebagian besar adalah wanita setengah baya yang berpendidikan, yang mungkin membatasi generalisasi hasil ke populasi lain. Penelitian ini juga memiliki tingkat putus sekolah yang tinggi, dengan sekitar 30% peserta tidak menyelesaikan 8 minggu penuh. Selain itu, penelitian ini hanya mengukur hasil selama 8 minggu, jadi tidak jelas apakah manfaatnya akan bertahan dalam jangka panjang. Para peneliti juga mencatat bahwa kurangnya kelompok kontrol yang tidak menerima perawatan membuat sulit untuk mengesampingkan kemungkinan bahwa perbaikan disebabkan oleh faktor-faktor selain intervensi.
Diskusi dan Kesimpulan
Studi ini memberikan bukti kuat bahwa intervensi gaya hidup yang berfokus pada diet dan olahraga dapat sama efektifnya dengan psikoterapi tradisional untuk mengobati depresi, setidaknya dalam jangka pendek. Hal ini dapat memiliki implikasi signifikan terhadap perawatan kesehatan mental, yang berpotensi menawarkan pilihan perawatan yang lebih mudah diakses dan terjangkau bagi banyak orang. Namun, para peneliti menekankan bahwa pendekatan ini mungkin tidak cocok untuk semua orang, dan bahwa kombinasi perawatan mungkin paling efektif untuk beberapa individu. Mereka menyerukan penelitian yang lebih besar dan lebih beragam untuk mengonfirmasi temuan ini dan mengeksplorasi efektivitas jangka panjangnya.
Pendanaan dan Pengungkapan
Studi ini didanai oleh Australian Medical Research Future Fund. Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan yang terkait langsung dengan studi ini.