

(© famveldman – stock.adobe.com)
71% 'pekerjaan otak' rumah tangga dilakukan oleh para ibu, bahkan ketika para ayah berpikir bahwa mereka berbagi tanggung jawab yang sama
MANDI, Inggris Raya — Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa ibu sepertinya memiliki ensiklopedia mental tentang jadwal, preferensi, dan kebutuhan setiap orang, sementara ayah mungkin kesulitan mengingat nama dokter anak? Ini bukan hanya terjadi pada keluarga Anda — ini adalah fenomena yang terdokumentasi. Penelitian baru yang meneliti beragam sampel orang tua di Amerika telah memetakan kesenjangan “beban mental” ini, menunjukkan bagaimana kerja kognitif dalam keluarga mengikuti pola gender yang secara mengejutkan dapat diprediksi.
Studi yang dipublikasikan di Jurnal Pernikahan dan Keluarga mengkuantifikasi apa yang telah lama diduga oleh banyak ibu: mereka menanggung beban yang sangat besar dari apa yang oleh para peneliti disebut sebagai “pekerjaan rumah tangga kognitif” atau “beban mental” dalam menjalankan sebuah keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Bath dan University of Melbourne ini menyimpulkan bahwa ibu menangani 71% dari seluruh beban mental rumah tangga, sementara ayah hanya menangani 45%.
“Pekerjaan seperti ini seringkali tidak terlihat, namun penting,” jelas Dr. Ana Catalano Weeks, ilmuwan politik dari University of Bath, dalam sebuah pernyataan. “Hal ini dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan bahkan berdampak pada karier perempuan. Dalam banyak kasus, kebencian bisa timbul dan menimbulkan ketegangan di antara pasangan.”
Para peneliti memeriksa data dari 3.000 orang tua Amerika, memastikan sampel mereka mewakili beragam keluarga Amerika termasuk usia, ras/etnis, tingkat pendidikan, dan struktur keluarga yang berbeda. Yang penting, penelitian ini melibatkan orang tua LGBTQ+ dan orang tua tunggal, sehingga temuannya relevan dengan spektrum luas keluarga modern. Daripada hanya berfokus pada rumah tangga tradisional dengan dua orang tua yang heteroseksual, pendekatan inklusif ini memberikan wawasan tentang bagaimana fungsi kerja kognitif di berbagai konfigurasi keluarga.

Studi ini mengidentifikasi dua kategori pekerjaan kognitif yang berbeda: tugas “Sehari-hari” yang berfokus pada kesejahteraan keluarga dekat dan tugas “Episodik” yang berkaitan dengan pemeliharaan dan keuangan. Pembagian tugas-tugas ini menunjukkan pola gender yang mencolok yang mencerminkan peran tradisional.
Ibu memikul 79% tugas kognitif “Sehari-hari” – lebih dari dua kali lipat tugas kognitif ayah (37%). Ini termasuk pelacakan mental yang konstan terhadap jadwal anak-anak, perencanaan makan, dan pemantauan persediaan rumah tangga. Sementara itu, ayah melakukan lebih banyak pekerjaan mental “episodik” (65%) meskipun ibu masih menangani sebagian besar tugas tersebut (53%).
Tumpang tindih dalam tugas Episodik ini menunjukkan fenomena menarik: kedua orang tua sering kali menduplikasi jenis pekerjaan mental tertentu. Misalnya, baik ibu (61%) maupun ayah (57%) melaporkan bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab melacak pengeluaran rumah tangga, yang secara tradisional dianggap sebagai “domain ayah”. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ayah mungkin lebih terlibat dalam bidang tertentu, ibu juga sering kali tetap mengawasi tugas-tugas tersebut, sehingga berpotensi menyebabkan pekerjaan mental yang berlebihan.
Dampak dari beban mental yang tidak seimbang ini tidak hanya mencakup kehidupan keluarga, tetapi juga karier. Menurut data Gallup yang dikutip sehubungan dengan penelitian ini, ibu yang bekerja dua kali lebih mungkin mempertimbangkan pengurangan jam kerja atau meninggalkan pekerjaan karena tanggung jawab sebagai orang tua dibandingkan ayah. Hal ini menunjukkan bahwa beban mental yang tidak proporsional di rumah mungkin mempengaruhi keputusan karir yang penting bagi perempuan.

Salah satu temuan studi yang paling mengungkap adalah mengenai orang tua tunggal. Baik ibu tunggal maupun ayah tunggal cenderung menangani semua jenis pekerjaan kognitif secara setara, dan ayah tunggal melakukan lebih banyak pekerjaan mental dibandingkan dengan ayah yang memiliki pasangan. Temuan ini menantang asumsi tentang kemampuan berbasis gender dalam pengelolaan rumah tangga, yang menunjukkan bahwa bila diperlukan, orang tua dari jenis kelamin apa pun dapat secara efektif mengelola semua aspek pekerjaan kognitif rumah tangga.
Penelitian ini juga menunjukkan adanya kesenjangan persepsi di antara orang tua. Ketika diminta memperkirakan porsi keseluruhan pekerjaan kognitif rumah tangga, kedua orang tua cenderung melebih-lebihkan kontribusi mereka dibandingkan saat mereka melaporkan tugas demi tugas. Namun, para ayah menunjukkan kecenderungan yang lebih besar untuk melebih-lebihkan bagian mereka dan lebih cenderung memandang pekerjaan mental rumah tangga sebagai hal yang sama – sebuah sudut pandang yang biasanya tidak disetujui oleh para ibu.
“Ke depannya, tantangan bagi pemerintah dan pengusaha yang peduli untuk menarik talenta-talenta terbaik adalah bagaimana membuat kebijakan yang mendukung baik ibu maupun ayah yang berbagi pekerjaan tidak berbayar di rumah. Salah satu kebijakan yang terlintas dalam pikiran adalah cuti orang tua yang dibayar dengan baik dan netral gender – yang mana baik di Inggris dan Amerika Serikat (AS) jauh tertinggal dibandingkan negara-negara Eropa lainnya,” kata Dr. Catalano Weeks, sambil menunjuk pada solusi kebijakan yang dapat membantu mengatasi hal ini. ketidakseimbangan.
Saat keluarga menjalani musim liburan dengan beban mental yang meningkat, para peneliti mendorong adanya diskusi terbuka tentang pembagian tanggung jawab ini secara lebih adil. Lagi pula, hadiah terbaik yang mungkin diterima sebagian ibu tahun ini bukanlah hadiah yang dibungkus di bawah pohon: melainkan kelegaan karena berbagi beban mental yang membebani pikiran mereka sepanjang tahun.

Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti mensurvei 3.000 orang tua di Amerika yang memiliki anak di bawah 18 tahun, untuk memastikan sampel tersebut mewakili populasi orang tua di Amerika dalam hal usia, ras/etnis, jenis kelamin, dan pendidikan. Mereka memberi peserta 21 tugas kognitif berbeda dalam tujuh kategori: pembersihan, penjadwalan, pengasuhan anak, pemeliharaan, keuangan, hubungan sosial, dan makanan. Orang tua menunjukkan siapa yang biasanya menangani setiap tugas: sebagian besar adalah diri mereka sendiri, sebagian besar pasangannya, yang berbagi tugas secara setara, atau orang lain. Para peneliti kemudian menggunakan analisis statistik untuk mengidentifikasi pola bagaimana tugas-tugas ini dikelompokkan dan bagaimana tugas tersebut didistribusikan di antara orang tua.
Pendekatan inklusif penelitian ini – yang mengkaji beragam struktur keluarga termasuk LGBTQ+ dan rumah tangga dengan orang tua tunggal – memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang bagaimana fungsi kerja kognitif di berbagai konfigurasi keluarga. Luasnya cakupan ini menjadikan temuan ini sangat berharga untuk mengembangkan kebijakan dan sistem pendukung yang dapat bermanfaat bagi semua jenis keluarga.
Hasil Utama
Analisis tersebut mengungkapkan dua jenis kerja kognitif yang berbeda. Tugas sehari-hari (seperti melacak belanjaan dan merencanakan kegiatan) sebagian besar ditangani oleh ibu, sedangkan tugas Episodik (seperti mengelola keuangan dan pemeliharaan rumah) lebih sering ditangani oleh ayah. Orang tua tunggal cenderung menangani semua jenis pekerjaan kognitif secara setara. Kedua orang tua melebih-lebihkan total kontribusi mereka ketika ditanya secara umum dibandingkan ketika melaporkan tugas demi tugas, dan ayah melebih-lebihkan secara lebih signifikan.
Keterbatasan Studi
Penelitian ini mengandalkan laporan individu orang tua dibandingkan data pasangan, yang berarti peneliti tidak bisa secara langsung membandingkan perspektif pasangan. Ini menangkap satu titik waktu daripada melacak perubahan dari waktu ke waktu. Langkah-langkah tersebut berfokus pada pekerjaan rumah tangga yang bersifat kognitif tetapi tidak mencakup seluruh pekerjaan yang membebani mental atau pekerjaan emosional. Studi ini juga tidak mengeksplorasi secara mendalam bagaimana berbagai faktor demografis dapat mempengaruhi distribusi kerja kognitif.
Diskusi & Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa kerja kognitif, seperti pekerjaan fisik rumah tangga, berfungsi sebagai cara lain orang tua “melakukan gender” dalam hubungan mereka. Temuan bahwa orang tua tunggal menangani semua jenis pekerjaan kognitif menunjukkan bahwa pola-pola ini bukan bawaan tetapi muncul dari dinamika hubungan. Studi ini juga menyoroti bagaimana sifat kerja kognitif yang tidak terlihat dapat menyebabkan ketidaksesuaian persepsi antara pasangan tentang siapa melakukan apa, sehingga berpotensi berkontribusi pada ketegangan hubungan.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didukung oleh Carrie Chapman Catt Prize, Iowa State University, Bath's Institute for Policy Research, Departemen Politik, Bahasa & Studi Internasional di University of Bath, dan hibah Dewan Riset Australia FT220100493.