CRAWLEY, Australia — Sebuah makalah baru yang mengejutkan menyoroti hubungan yang mengganggu antara penggunaan ganja dan meningkatnya angka berbagai jenis kanker dan kelainan bawaan, serta kerusakan DNA. Penelitian ini memberikan gambaran serius mengenai konsekuensi kesehatan yang tersembunyi dari konsumsi ganja yang meluas seiring dengan semakin banyaknya negara yang melegalkan penggunaannya untuk tujuan rekreasi.
Para peneliti dari University of Western Australia menemukan bahwa paparan ganja dikaitkan dengan peningkatan signifikan penyakit kanker, terutama kanker payudara, pankreas, hati, tiroid, dan testis. Risiko kanker testis meningkat 2,6 kali lipat di kalangan pengguna ganja. Perspektifnya, dipublikasikan di jurnal Biologi Kecanduan juga menemukan bahwa kanker pada pengguna cenderung berkembang lebih awal dan lebih agresif.
Selain kanker, para ilmuwan juga menemukan kaitan yang meresahkan dengan cacat lahir. Data epidemiologi di Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan peningkatan angka kelainan perkembangan yang parah, termasuk kehilangan anggota tubuh, masalah jantung, dan kelainan kromosom. Dengan kata lain, pengguna ganja tampaknya mewariskan mutasi DNA kepada anaknya di dalam kandungan.
“Hubungan yang telah kami jelaskan antara penggunaan ganja dan genotoksisitas mempunyai konsekuensi yang luas. Penelitian baru ini menunjukkan bagaimana kerusakan genetik akibat penggunaan ganja dapat diturunkan dari generasi ke generasi,” kata rekan penulis Dr. Stuart Reece dalam rilis media. Reece percaya bahwa hal ini “harus mengubah diskusi seputar legalisasi ganja.”
Para peneliti menghubungkan dampak kesehatan ini dengan komposisi kimia tanaman ganja, termasuk senyawa seperti THC dan CBD, yang telah terbukti menyebabkan kerusakan genetik dan mengganggu proses sel normal. Yang penting, mereka menunjukkan bahwa potensi ganja telah meroket dalam beberapa dekade terakhir, dengan tingkat THC yang umumnya mencapai 25-30% – yang merupakan potensi penyebab memburuknya hasil ganja.
Inti dari penelitian ini adalah proses yang disebut “fragmentasi mikronuklir.” Bayangkan materi genetik sel Anda sebagai perpustakaan yang terorganisir dengan cermat. Terkadang, potongan kecil dari perpustakaan ini dapat pecah dan membentuk kompartemen kecil terpisah yang disebut mikronuklei. Mikronuklei ini seperti cabang satelit perpustakaan seluler Anda yang rusak parah, dan pembentukannya sering kali menimbulkan masalah.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ketika sel mengalami stres – terutama ketika pembangkit listriknya (mitokondria) rusak – mikronuklei menjadi semakin rapuh. Ketika mereka pecah, hal itu seperti mesin penghancur kertas yang rusak di perpustakaan genetik Anda, menyebabkan kerusakan DNA yang meluas dan kekacauan di dalam sel.
Di sinilah peran ganja: Semua cannabinoid, termasuk THC dan CBD, telah terbukti mengganggu pembangkit listrik seluler dan mendorong pembentukan mikronuklei. Pelakunya tampaknya adalah bagian tertentu dari molekul cannabinoid yang disebut inti zaitunartinya ini bukan hanya tentang THC – ini tentang semua cannabinoid.
Meskipun kanker yang berhubungan dengan ganja relatif jarang terjadi, dampaknya terhadap penuaan dan cacat lahir tampak luas dan parah. Penelitian telah menunjukkan percepatan 30% penuaan sel pada pengguna berusia 30 tahun dan kelompok cacat lahir besar di daerah dengan budidaya ganja yang tinggi.
Para penulis segera menyerukan penelitian epidemiologi baru untuk menyelidiki lebih jauh dampak penggunaan ganja terhadap kesehatan modern, mengingat meningkatnya produk-produk yang manjur. Mereka yakin para pembuat kebijakan dan masyarakat tidak bisa lagi mengabaikan semakin banyaknya bukti genotoksisitas terkait ganja.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Makalah ini adalah bagian perspektif yang menyatukan temuan-temuan dari berbagai penelitian terbaru, khususnya berfokus pada penelitian baru yang dipublikasikan di Science tentang fragmentasi mikronuklir. Para penulis meninjau dan menganalisis penelitian dari berbagai bidang, termasuk biologi molekuler, epidemiologi, dan penelitian klinis, untuk membangun gambaran komprehensif tentang potensi dampak genetik ganja.
Hasil
Makalah ini mengidentifikasi tiga bidang utama yang menjadi perhatian: peningkatan risiko kanker (dengan bukti yang sangat kuat untuk kanker testis), cacat lahir (terutama mempengaruhi perkembangan kardiovaskular, neurologis, dan anggota tubuh), dan percepatan penuaan (menunjukkan penuaan sekitar 30% lebih cepat pada usia 30 tahun). pengguna ganja). Penelitian menunjukkan bahwa efek ini dapat ditularkan antar generasi melalui perubahan pada sel reproduksi.
Keterbatasan Studi
Makalah ini mengakui bahwa beberapa penelitian historis mengenai kanker ganja telah menunjukkan hasil yang bertentangan, yang mungkin disebabkan oleh paparan ganda (seperti penggunaan tembakau), perbedaan dalam desain penelitian, dan potensi ganja yang berbeda-beda. Selain itu, banyak penelitian yang mengecualikan paparan ganja tingkat tinggi, sehingga mungkin membatasi temuan mereka.
Diskusi & Kesimpulan
Temuan penelitian ini secara mendasar menantang narasi yang ada seputar relatif amannya penggunaan ganja. Para peneliti menekankan bahwa data menunjukkan ganja sebagai genotoksin yang kuat, mampu menyebabkan kerusakan genetik yang luas dan mengganggu proses sel normal.
Hal ini mempunyai dampak yang buruk tidak hanya bagi pengguna individu namun juga bagi kesehatan generasi mendatang. Penularan kelainan terkait ganja secara lintas generasi sangat mengkhawatirkan dan memerlukan perhatian segera dari para pembuat kebijakan dan pejabat kesehatan masyarakat.
Para penulis menyerukan perubahan besar dalam cara kita mendekati ganja, melampaui diskusi sederhana tentang kebebasan pribadi untuk fokus pada tanggung jawab melindungi integritas genom masyarakat. Mereka percaya bahwa semakin banyak bukti yang ada adalah “seruan tegas untuk bertindak” yang tidak dapat diabaikan.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didanai oleh hibah dari University of Western Australia dan Australian National Health and Medical Research Council. Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.