

Suplemen (© MarekPhotoDesign.com – stock.adobe.com)
ANN ARBOR, Michigan — Jutaan orang Amerika tanpa sadar membahayakan kesehatan hati mereka dengan mengonsumsi suplemen herbal yang berpotensi membahayakan. Itulah kesimpulan dari sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Michigan yang menemukan sekitar 15,6 juta orang dewasa AS secara teratur menggunakan setidaknya satu dari enam produk herbal yang dikaitkan dengan kerusakan hati. Angka ini sebanding dengan jumlah orang yang mengonsumsi obat resep umum yang diketahui memengaruhi hati.
Studi yang diterbitkan di Jaringan JAMA Terbukamenganalisis data dari survei perwakilan nasional untuk menyelidiki penggunaan enam suplemen herbal umum:
- Kunyit
- Ekstrak teh hijau
- Garcinia cambogia
- Cohosh hitam
- Beras ragi merah
- Daun sirih
Suplemen populer ini juga telah dikaitkan dengan cedera hati dalam penelitian sebelumnya.
“Suplemen herbal dan makanan (HDS) mencakup berbagai macam produk yang dikonsumsi oleh jutaan orang setiap hari untuk meningkatkan kesehatan umum mereka dan mengobati penyakit ringan,” tulis penulis utama studi Dr. Alisa Likhitsup dan timnya dalam laporan mereka.
“Kelompok terbesar produk HDS yang digunakan meliputi multivitamin, mineral, vitamin D, asam lemak omega-3, dan kalsium dengan bahan-bahan yang tertera jelas pada labelnya. Namun, diperkirakan 5% hingga 12% produk HDS merupakan produk botani kompleks yang berasal dari tumbuhan,” jelas para peneliti.
“Analisis kimia produk HDS yang dikaitkan dengan efek toksik pada hati menunjukkan seringnya terjadi perbedaan antara label produk dan bahan yang terdeteksi.”
Suplemen yang paling umum digunakan adalah kunyit, dengan perkiraan 11,4 juta pengguna. Diikuti oleh ekstrak teh hijau, dengan sekitar 3,3 juta pengguna. Angka-angka ini mungkin mengejutkan banyak orang, karena produk-produk ini sering dipasarkan sebagai penambah kesehatan dan tersedia secara luas di pasaran.


Tidak seperti obat resep, suplemen herbal tidak diatur secara ketat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA). Kurangnya pengawasan ini berarti bahwa produsen tidak perlu membuktikan bahwa produk mereka aman atau efektif sebelum memasarkannya. Selain itu, kandungan suplemen ini dapat sangat bervariasi antara merek dan bahkan antara kelompok produk yang sama.
Studi tersebut menemukan bahwa pengguna suplemen cenderung berusia lebih tua, berjenis kelamin perempuan, berkulit putih non-Hispanik, dan memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan suplemen. Mereka juga cenderung memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti radang sendi, gangguan tiroid, dan kanker.
Menariknya, sebagian besar orang yang mengonsumsi suplemen ini melakukannya tanpa rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan. Banyak pengguna melaporkan mengonsumsi produk tersebut untuk meningkatkan atau menjaga kesehatan mereka, mencegah masalah kesehatan, atau meningkatkan kekebalan tubuh. Misalnya, sebagian besar pengguna kunyit mengonsumsinya untuk kesehatan sendi atau radang sendi, sementara Garcinia cambogia terutama digunakan untuk menurunkan berat badan.
Para peneliti menekankan bahwa temuan mereka tidak berarti semua orang yang mengonsumsi suplemen ini akan mengalami masalah hati. Namun, mereka berharap penelitian mereka akan meningkatkan kesadaran tentang potensi risiko dan mendorong lebih banyak penelitian tentang keamanan produk populer ini. Karena industri suplemen herbal terus berkembang, dengan penjualan mencapai lebih dari $150 miliar pada tahun 2023, semakin penting bagi konsumen untuk mendapatkan informasi tentang apa yang mereka masukkan ke dalam tubuh mereka.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES), sebuah studi berskala besar yang secara teratur mengumpulkan informasi kesehatan dari sampel representatif populasi AS. Mereka mengamati data dari 9.685 orang dewasa yang disurvei antara tahun 2017 dan awal tahun 2020. Peserta ditanyai tentang penggunaan suplemen makanan mereka dalam 30 hari terakhir. Para peneliti kemudian mengidentifikasi pengguna enam produk botani tertentu yang diminati dan membandingkan karakteristik mereka dengan mereka yang tidak menggunakan suplemen herbal.
Hasil Utama
Studi tersebut menemukan bahwa 4,7% orang dewasa AS, atau sekitar 15,6 juta orang, menggunakan setidaknya satu dari enam produk botani yang berpotensi membahayakan. Kunyit adalah yang paling umum digunakan, diikuti oleh ekstrak teh hijau. Pengguna suplemen ini umumnya berusia lebih tua, lebih terdidik, dan lebih mungkin memiliki kondisi kesehatan tertentu seperti radang sendi. Sebagian besar pengguna mengonsumsi suplemen atas inisiatif mereka sendiri, bukan berdasarkan rekomendasi penyedia layanan kesehatan.
Keterbatasan Studi
Studi ini mengandalkan data yang dilaporkan sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh bias ingatan. Selain itu, karena ini adalah studi cross-sectional (gambaran singkat pada suatu waktu), studi ini tidak dapat menentukan apakah penggunaan suplemen benar-benar menyebabkan masalah hati. Studi ini juga tidak dapat memverifikasi kandungan pasti dari suplemen yang dikonsumsi orang-orang, karena produk herbal dapat sangat bervariasi dalam komposisinya.
Diskusi & Kesimpulan
Para peneliti menekankan bahwa meskipun suplemen ini populer, suplemen ini tidak diatur seperti obat resep. Ini berarti keamanan dan efektivitasnya tidak diuji secara menyeluruh sebelum dipasarkan. Studi ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut tentang potensi risiko produk ini dan edukasi yang lebih baik bagi penyedia layanan kesehatan dan masyarakat tentang penggunaan suplemen herbal.
Para penulis menyarankan agar penyedia layanan kesehatan secara rutin menanyakan kepada pasien tentang penggunaan suplemen dan agar konsumen lebih berhati-hati dalam mengonsumsi produk ini tanpa saran medis. Mereka juga menyerukan regulasi yang lebih ketat terhadap industri suplemen herbal untuk memastikan keamanan produk.