

(Kredit: Trevor Bexon/Shutterstock)
SURGA BARU, Sambungan — Di era di mana kepuasan instan menjadi sebuah gaya hidup, menunggu hasil pemilu bisa terasa seperti selamanya. Namun, dengan polarisasi politik yang tampaknya mencapai titik puncaknya, sebuah studi baru menemukan bahwa penundaan pemilu bukan sekedar ketidaknyamanan – hal ini mengancam kepercayaan kita terhadap demokrasi.
Sebuah studi baru yang mengkhawatirkan diterbitkan di Perhubungan PNAS mengungkapkan bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menghitung suara dan mengumumkan pemenang, semakin sedikit kepercayaan pemilih terhadap hasil pemilu. Para peneliti dari Yale, USC, dan UC San Diego mencatat bahwa pemilu AS pada tahun 2020 dan 2022 ditandai dengan penundaan yang tidak biasa dalam penghitungan suara dan deklarasi hasil.
Secara khusus, diperlukan waktu empat hari untuk menentukan kemenangan presiden Joe Biden pada tahun 2020 dan bahkan lebih lama lagi untuk menentukan kendali Kongres pada tahun 2022. Penundaan ini memicu perdebatan sengit dan, dalam beberapa kasus, memicu teori konspirasi dan protes mengenai integritas pemilu.
Jadi, apakah penundaan saja – bahkan tanpa adanya klaim penipuan atau penyimpangan – dapat menggoyahkan kepercayaan pemilih? Untuk mengetahuinya, peneliti melakukan eksperimen skala besar yang melibatkan hampir 10.000 orang Amerika dari berbagai negara bagian.
Studi tersebut berfokus pada pemilihan gubernur Arizona tahun 2022, di mana penundaan penghitungan suara menjadi topik hangat. Peserta secara acak dibagi menjadi beberapa kelompok. Beberapa diberitahu tentang penundaan enam hari dalam mengumumkan perlombaan, sementara yang lain tidak diberi informasi ini. Selain itu, beberapa peserta menonton video singkat yang menjelaskan mengapa penghitungan suara yang akurat terkadang memerlukan waktu, sementara yang lain tidak melihat video tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa sekadar memberi informasi kepada pemilih tentang penundaan hasil pemilu dapat menyebabkan penurunan kepercayaan yang signifikan. Di antara mereka yang tidak diberitahu tentang penundaan tersebut, 66,7% mengatakan mereka memiliki “sebagian” atau “banyak” kepercayaan terhadap pemilu Arizona. Namun, ketika para pemilih diberitahu tentang penantian enam hari untuk mendapatkan hasil, kepercayaan anjlok hingga 60,2% – penurunan 6,5 poin persentase.


Ada hikmahnya dalam temuan penelitian ini. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa video informasi sederhana dapat secara signifikan mengatasi erosi kepercayaan terhadap pemerintah.
Video informasi berdurasi 40 detik, yang diproduksi oleh Menteri Luar Negeri Arizona, bertindak sebagai penawar yang ampuh. Peserta yang menonton video tersebut sebelum mengetahui tentang penundaan penghitungan suara hanya mengalami penurunan kepercayaan sebesar 2,6 poin persentase dibandingkan dengan mereka yang tidak melihat video tersebut atau mengetahui tentang penundaan malam pemilu. Dengan kata lain, video tersebut menghapus sekitar 60% ketidakpercayaan pemilih terhadap sistem pemilu mereka.
Dampaknya bahkan lebih terasa di kalangan pemilih Partai Republik. Penurunan kepercayaan mereka hampir tiga kali lebih besar dibandingkan Partai Demokrat ketika mereka mengetahui adanya penundaan yang tidak biasa dalam penghitungan surat suara. Namun, mereka juga memberikan tanggapan yang lebih positif terhadap video informasi tersebut, dengan Partai Republik yang menontonnya melaporkan peningkatan kepercayaan sebesar 7,5% terhadap pemilu mereka.
Temuan-temuan ini mempunyai implikasi yang signifikan bagi para pejabat pemilu dan pembuat kebijakan. Mereka berpendapat bahwa penundaan penghitungan suara yang tidak terduga dapat menghancurkan kepercayaan pemilih meskipun tidak ada hal buruk yang terjadi setelah pemungutan suara ditutup. Namun, komunikasi proaktif tentang alasan pemilih tidak melihat hasil pemilu pada malam pemilu dapat mengurangi dampak ini secara signifikan.
Studi ini menggarisbawahi pentingnya transparansi dan pendidikan dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap proses pemilu. Saat kita sedang menuju pemilu 2024, komunikasi yang jelas mengenai proses-proses ini menjadi sangat penting.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan “desain eksperimental 2×2”, yang berarti peserta secara acak ditugaskan ke salah satu dari empat kelompok: mereka yang melihat video dan mengetahui tentang penundaan tersebut, mereka yang hanya melihat video tersebut, mereka yang hanya mengetahui tentang penundaan tersebut, dan mereka yang tidak mengalami keduanya. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk mengisolasi dampak dari informasi yang tertunda dan video informasional. Peserta kemudian menjawab pertanyaan tentang kepercayaan mereka terhadap pemilu Arizona.
Hasil Utama
Temuan utamanya adalah penurunan kepercayaan sebesar 6,5 poin persentase di antara mereka yang diberitahu tentang penundaan tersebut dan peningkatan kepercayaan sebesar 2,5 poin persentase di antara mereka yang menonton video tersebut tetapi tidak diberitahu tentang penundaan tersebut. Video tersebut meniadakan sekitar 4 dari 6 poin persentase ketidakpercayaan yang disebabkan oleh informasi yang tertunda.
Keterbatasan Studi
Studi ini berfokus pada satu pemilu di Arizona, sehingga hasilnya mungkin tidak berlaku sama di semua negara bagian atau jenis pemilu. Selain itu, sampelnya, meskipun besar dan beragam, direkrut secara online dan mungkin tidak mewakili seluruh populasi AS secara sempurna.
Diskusi & Kesimpulan
Para peneliti menekankan bahwa temuan mereka memiliki dua implikasi utama. Pertama, kebijakan yang memungkinkan penghitungan suara lebih cepat tanpa mengorbankan integritas pemilu dapat membantu menjaga kepercayaan pemilih. Kedua, petugas pemilu harus memprioritaskan komunikasi yang jelas dan proaktif mengenai proses penghitungan suara, karena pesan sederhana pun dapat meningkatkan kepercayaan pemilih secara signifikan.
Pendanaan & Pengungkapan
Studi ini didanai oleh program “Belajar dari Pemilu” dari MIT Election Data and Science Lab dan UC San Diego Yankelovich Center. Para penulis menyatakan tidak ada kepentingan yang bersaing.