ABERDEEN, Skotlandia — Di kedalaman lautan kita, sebuah drama keluarga yang mengejutkan sedang berlangsung. Hiu putih besar, predator ikonik yang telah memikat imajinasi kita dan menghantui mimpi buruk kita, bukanlah teror global terpadu yang pernah kita bayangkan. Sebaliknya, ini adalah kisah tiga sepupu yang telah lama hilang, masing-masing menghadapi perjuangan mereka sendiri untuk bertahan hidup.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Biologi Saat Ini telah mengungkap bahwa hiu putih besar di dunia sebenarnya terbagi menjadi tiga garis keturunan genetik berbeda yang jarang kawin silang. Penemuan ini, yang dipimpin oleh para peneliti di Universitas Aberdeen bekerja sama dengan tim internasional, menantang pemahaman kita tentang predator puncak ini dan menimbulkan pertanyaan yang mengkhawatirkan tentang masa depan mereka.
Dengan menggunakan teknik genomik mutakhir, para ilmuwan menganalisis sampel DNA dari 89 hiu putih yang ditangkap di seluruh wilayah jelajahnya, dari Mediterania hingga Australia. Temuan mereka menggambarkan gambaran spesies yang terbagi berdasarkan waktu dan pasang surut. Ketiga garis keturunan tersebut – yang ditemukan di Atlantik Utara dan Mediterania, Pasifik Utara, dan Indo-Pasifik selatan – tampaknya telah terpisah antara 100.000 hingga 200.000 tahun yang lalu, selama Zaman Es Kedua Terakhir.
“Pada akhir Zaman Es Kedua Terakhir – antara 100.000 hingga 200.000 tahun yang lalu – populasi hiu putih tampaknya terbagi menjadi tiga garis keturunan terpisah yang jarang kawin silang,” jelas Dr. Catherine Jones, peneliti utama dari Universitas Aberdeen, dalam rilis media.
Perpecahan kuno ini terus berlanjut hingga saat ini, dengan arus laut modern bertindak sebagai batas antara kelompok-kelompok tersebut. Implikasi dari penemuan ini sangat mendalam.
Hiu putih besar sudah diklasifikasikan sebagai Rentan dalam Daftar Merah Spesies Terancam IUCN, dengan populasi global yang telah menurun secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Sekarang, kita tahu bahwa setiap populasi regional bahkan lebih rentan daripada yang diperkirakan sebelumnya.
“Konservasi yang berhasil memerlukan pengakuan terhadap unit pengelolaan, tetapi hal ini tidak tersedia untuk hiu putih, yang diduga ada sebagai satu populasi global,” kata Profesor Les Noble dari Universitas Nord di Norwegia, yang juga memegang jabatan kehormatan di Universitas Aberdeen.
Studi tersebut hanya menemukan satu hiu yang tampaknya merupakan hasil persilangan antara dua garis keturunan, yang menunjukkan bahwa meskipun perkawinan silang mungkin terjadi, hal itu sangat jarang terjadi. Isolasi genetik ini berarti bahwa jika satu populasi punah, populasi tersebut tidak dapat begitu saja digantikan oleh hiu dari daerah lain.
Tim peneliti menyerukan penilaian ulang menyeluruh terhadap strategi konservasi hiu putih, dan merekomendasikan agar setiap garis keturunan dikelola sebagai unit terpisah. Hal ini dapat mencakup penyesuaian kuota penangkapan ikan, perluasan kawasan perlindungan laut, dan peningkatan pemantauan populasi lokal.
Namun, tantangan yang dihadapi hiu putih besar bukan hanya masalah jumlah. Profesor Galice Hoarau dari Universitas Nord memperingatkan tentang potensi “jebakan genetik” yang mengancam.
“Kurangnya perkawinan silang menunjukkan keturunan dari perkawinan lintas garis keturunan mungkin tidak dapat bertahan hidup. Jika ramalan terkini tentang perubahan kekuatan dan arah arus laut utama selama 50 tahun ke depan akurat, rusaknya batas geografis antara garis keturunan ini dapat menyebabkan perkawinan yang tidak produktif, yang selanjutnya membahayakan populasi hiu putih dan keanekaragaman, kesehatan, serta produktivitas ekosistem laut,” catat Prof. Hoarau.
Studi ini berfungsi sebagai pengingat yang jelas bahwa reputasi hiu putih yang menakutkan telah lama menutupi kerentanannya.
“Sudah lama dianggap bahwa hiu yang hilang dari satu daerah akan terkompensasi dengan pergerakan dan perkawinan hiu dari lokasi lain. Temuan kami menunjukkan bahwa hal ini jelas tidak mungkin terjadi dan ini, bersama dengan penangkapan ikan secara tidak langsung, menipisnya cadangan makanan mereka, polusi, dan perburuan liar, dapat menempatkan predator puncak yang ikonik ini dalam bahaya kepunahan yang nyata,” kata Dr. Jones.
Hiu putih besar telah bertahan hidup selama jutaan tahun, hidup lebih lama dari dinosaurus dan spesies lain yang tak terhitung jumlahnya. Namun kini, dihadapkan dengan tiga ancaman, yaitu isolasi genetik, aktivitas manusia, dan perubahan iklim, predator yang luar biasa ini mungkin sedang berenang menuju jalan buntu evolusi. Pertanyaannya tetap: akankah kita bertindak tepat waktu untuk melindungi bukan hanya satu spesies, tetapi tiga garis keturunan unik penjaga lautan?
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan dua pendekatan genetik utama dalam penelitian ini. Pertama, mereka melakukan “penangkapan gen target” pada semua 89 sampel hiu. Teknik ini memungkinkan para ilmuwan untuk secara selektif mengurutkan bagian-bagian genom tertentu yang mungkin menunjukkan variasi antar individu.
Mereka kemudian melakukan “pengurutan genom secara menyeluruh” yang lebih ekstensif pada subkelompok yang terdiri dari 17 hiu yang mewakili berbagai wilayah geografis. Hal ini memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang variasi genetik di seluruh genom. Dengan menggabungkan pendekatan ini, tim dapat mengidentifikasi perbedaan genetik antara hiu dari berbagai wilayah dengan akurasi yang tinggi.
Hasil Utama
Analisis genetika mengungkap tiga kelompok hiu putih yang berbeda, yang bersesuaian dengan wilayah laut yang berbeda. Kelompok-kelompok ini menunjukkan sedikit sekali percampuran genetika, yang menunjukkan bahwa mereka jarang kawin silang. Satu-satunya pengecualian adalah seekor hiu yang tampaknya merupakan hibrida antara dua garis keturunan. Analisis statistik memperkirakan bahwa garis keturunan ini menyimpang antara 100.000-200.000 tahun yang lalu. Penelitian ini juga menemukan beberapa bukti struktur genetika berskala lebih kecil dalam setiap garis keturunan utama, yang menunjukkan bahwa mungkin ada populasi yang lebih terlokalisasi.
Keterbatasan Studi
Meskipun penelitian ini memberikan bukti kuat untuk garis keturunan hiu putih yang berbeda, ada beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan. Ukuran sampel, meskipun cukup besar untuk spesies yang langka dan sulit dipelajari, masih relatif kecil. Pengambilan sampel yang lebih luas berpotensi mengungkap kompleksitas genetik tambahan. Selain itu, data genetik saja tidak dapat sepenuhnya menjelaskan mekanisme yang membuat garis keturunan ini terpisah – penelitian lebih lanjut tentang perilaku dan ekologi hiu diperlukan untuk memahami mengapa perkawinan silang sangat jarang terjadi.
Diskusi & Kesimpulan
Studi ini menantang pemahaman kita tentang struktur populasi hiu putih dan memiliki implikasi besar bagi konservasi. Adanya garis keturunan yang berbeda berarti bahwa hilangnya satu populasi akan mengakibatkan hilangnya keragaman genetik secara signifikan bagi spesies secara keseluruhan.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa hiu putih mungkin memiliki penyebaran yang lebih terbatas daripada yang diperkirakan sebelumnya, sehingga berpotensi lebih rentan terhadap ancaman lokal. Para penulis berpendapat perlunya perubahan dalam strategi konservasi, dengan memperlakukan setiap garis keturunan sebagai unit pengelolaan yang terpisah. Mereka juga menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami faktor ekologi dan perilaku yang mempertahankan pemisahan genetik ini.
Pendanaan & Pengungkapan
Proyek ini didanai oleh Nord University, Fakultas Biosains dan Akuakultur, Norwegia. Beberapa pengurutan DNA dilakukan oleh Norwegian Sequencing Centre, yang didukung oleh Dewan Riset Norwegia dan Otoritas Kesehatan Regional Norwegia Tenggara. Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan terkait penelitian ini.