
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan perangkat khusus yang dapat dipakai untuk mengukur aliran udara melalui setiap lubang hidung secara terpisah. Peserta memakai perangkat ini selama 24 jam sambil melakukan aktivitas normal sehari-hari dan mencatat waktu tidur dan bangun mereka. Perangkat ini mengukur pernapasan 6 kali per detik, sehingga memungkinkannya menangkap variasi halus dalam pola pernapasan yang diabaikan oleh sebagian besar perangkat medis. Pengukuran presisi tinggi ini sangat penting, karena para peneliti menemukan bahwa ketika mereka menerapkan penyaringan perangkat medis pada data mereka, perbedaan antara kelompok-kelompok tersebut hilang sepenuhnya.
Hasil Utama
Studi ini menemukan empat perbedaan utama dalam pola pernapasan: 1) Orang dengan penciuman normal mengambil sekitar 24 napas lebih banyak dengan puncak per menit selama periode terjaga, 2) Orang tanpa penciuman memiliki lebih banyak jeda saat menghirup saat terjaga, 3) Mereka menunjukkan volume pernapasan yang lebih bervariasi. saat tidur, dan 4) Mereka memiliki puncak aliran udara yang lebih rendah saat menghembuskan napas saat bangun. Perbedaan ini cukup konsisten untuk memungkinkan klasifikasi akurat mengenai siapa yang menderita anosmia hanya dari pola pernapasannya.
Keterbatasan Studi
Penelitian ini memiliki beberapa kendala yang perlu diperhatikan. Alat tersebut tidak bisa mengukur pernapasan melalui mulut, hanya melalui hidung. Para peneliti juga mencatat bahwa mereka lebih suka mengukur pernapasan lebih sering tetapi dibatasi oleh pertimbangan masa pakai baterai. Selain itu, mereka tidak secara resmi memverifikasi bau normal pada kelompok kontrol, dan hanya mengandalkan pelaporan mandiri. Penelitian ini juga hanya berfokus pada orang-orang yang lahir tanpa penciuman, bukan mereka yang kehilangan penciuman di kemudian hari.
Diskusi & Kesimpulan
Studi tersebut menunjukkan bahwa pola pernapasan mungkin lebih penting bagi kesehatan daripada yang diketahui sebelumnya. Setiap napas memicu aliran aktivitas saraf di seluruh otak, yang berarti bahwa orang dengan penciuman normal mengalami ratusan gelombang saraf lebih banyak per jam. Perbedaan pola pernapasan ini mungkin membantu menjelaskan mengapa hilangnya penciuman dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan dan berkurangnya harapan hidup.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengukuran pola pernapasan yang canggih mungkin menawarkan cara baru untuk mendiagnosis gangguan penciuman tanpa memerlukan tes penciuman. Temuan ini menimbulkan pertanyaan penting tentang apakah orang yang kehilangan indera penciuman di kemudian hari mungkin juga mengalami perubahan pola pernapasan dan apakah perubahan ini dapat berkontribusi pada kesehatan.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini menerima dana dari Sagol Weizmann—MIT Bridge Program, The Minerva Foundation, dan ERA PerMed JTC2019 di bawah proyek PerBrain. Hibah ini telah memfasilitasi eksplorasi mendalam mengenai anosmia dan dampaknya yang lebih luas terhadap kesehatan, sebagaimana diuraikan dalam penelitian ini.
Selain itu, beberapa penulis penelitian memiliki kepentingan finansial terkait dengan teknologi yang digunakan dalam penelitian mereka. Perangkat pengukuran aliran udara hidung yang menjadi inti penelitian ini adalah subjek permohonan paten oleh The Weizmann Institute of Science, yang menunjukkan potensi untuk pengembangan komersial. Selain itu, beberapa penulis penelitian memiliki kepentingan finansial di perusahaan startup yang mengembangkan teknologi pengukuran aliran udara hidung ini. Namun penting untuk dicatat bahwa perusahaan startup tersebut tidak terlibat dalam penelitian ini, sehingga memastikan bahwa temuan tersebut disajikan tanpa bias komersial.