Bayangkan Anda sedang duduk di ruang dokter, telapak tangan berkeringat, jantung berdebar kencang. Anda tidak hanya merasa cemas dengan kesehatan Anda—Anda juga khawatir dengan apa yang mungkin dipikirkan dokter tentang Anda. Haruskah Anda menyebutkan pengobatan rumahan yang telah Anda coba? Bagaimana dengan artikel yang Anda baca daring tentang kemungkinan penyembuhan? Penelitian baru menunjukkan bahwa keraguan Anda mungkin beralasan, dan hal itu dapat merusak perawatan kesehatan Anda.
Studi mengejutkan dari Stevens Institute of Technology mengungkap realitas yang meresahkan di dunia perawatan kesehatan: baik pasien maupun dokter menyimpan persepsi negatif terhadap orang-orang yang memiliki keyakinan salah tentang kesehatan, meskipun keyakinan tersebut sepenuhnya dapat dimengerti oleh orang awam.
“Orang-orang khawatir dokter mereka akan memandang rendah mereka—dan ternyata itu kekhawatiran yang sepenuhnya rasional,” kata peneliti utama Dr. Samantha Kleinberg, dalam sebuah pernyataan. “Studi kami menunjukkan bahwa dokter benar-benar menghakimi pasien dengan keras jika mereka berbagi informasi atau keyakinan yang tidak mereka setujui.”
Temuan ini menyentuh inti hubungan dokter-pasien, menantang gagasan bahwa komunikasi terbuka selalu bermanfaat. Studi tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Pengambilan Keputusan Medismengungkap sebuah paradoks dalam perawatan kesehatan: sementara dokter membutuhkan pasien untuk terbuka tentang keyakinan dan perilaku mereka untuk memberikan perawatan terbaik, tindakan berbagi dapat menyebabkan penilaian negatif yang dapat memengaruhi kualitas perawatan tersebut.
Dokter Akan Melihat Anda Sekarang
Tim peneliti, yang meliputi Dr. Onur Asan dari Stevens Institute of Technology dan Dr. Jessecae K. Marsh dari Lehigh University, mensurvei lebih dari 350 pasien dan 200 dokter. Mereka menyajikan kepada peserta skenario pasien yang berbagi berbagai keyakinan kesehatan, mulai dari informasi akurat hingga kesalahpahaman umum dan bahkan teori konspirasi.
Hasilnya mengejutkan. Baik orang awam maupun profesional kesehatan memandang pasien secara lebih negatif jika keyakinan yang mereka ungkapkan semakin tidak masuk akal. Yang lebih mengejutkan lagi, pola ini berlaku terlepas dari apakah pesertanya adalah masyarakat umum, individu dengan diabetes (kondisi fokus penelitian), atau dokter yang berpraktik.
“Sejauh mana profesional kesehatan memiliki persepsi negatif terhadap pasien yang menyebarkan informasi yang salah mengejutkan kami, dan menunjukkan bahwa dokter mungkin memerlukan dukungan dan sumber daya tambahan untuk merawat pasien tersebut secara efektif,” kata Dr. Asan.
Temuan ini khususnya mengkhawatirkan mengingat survei menunjukkan mayoritas orang memiliki setidaknya beberapa keyakinan yang salah terkait kesehatan. Kesalahpahaman umum, seperti menganggap vitamin C dapat menyembuhkan flu atau bahwa mengonsumsi gula secara langsung menyebabkan diabetes, tersebar luas. Namun, penelitian menunjukkan bahwa berbagi keyakinan ini—bahkan ketika keyakinan tersebut masuk akal untuk dianut oleh orang awam—dapat menyebabkan penilaian negatif dari penyedia layanan kesehatan.
Kebebasan berekspresi
Implikasi dari penelitian ini sangat luas. Jika pasien takut dihakimi karena keyakinan mereka, mereka mungkin menyembunyikan informasi penting dari dokter mereka. Keengganan untuk berbagi ini dapat menyebabkan kesalahan diagnosis, perawatan yang tidak efektif, atau hilangnya kesempatan untuk mendapatkan edukasi dan koreksi informasi yang salah.
“Kita mengandalkan dokter untuk mendidik kita dan membantu kita mengatasi kesalahpahaman medis ini—tetapi itu hanya mungkin jika kita mampu mengekspresikan ide-ide kita dengan bebas, tanpa takut dihakimi ketika kita melakukan kesalahan,” kata Dr. Kleinberg.
Penelitian ini juga menyoroti dilema yang menantang bagi pasien. Karena banyak pasien sering tidak dapat membedakan antara informasi kesehatan yang benar dan salah, mereka mungkin lebih berhati-hati dan menahan keyakinan yang akurat sekalipun untuk menghindari potensi penilaian. Penyensoran diri ini dapat semakin memperlebar kesenjangan komunikasi antara pasien dan penyedia layanan kesehatan mereka.
“Dokter Perlu Mengatasi Kecenderungan Menghakimi Pasien”
Jadi, apa solusinya? Para peneliti menyarankan bahwa perubahan signifikan dalam budaya medis mungkin diperlukan. Dokter perlu menyadari bias mereka sendiri dan bekerja secara aktif untuk menciptakan lingkungan di mana pasien merasa aman untuk berbagi pikiran dan keyakinan mereka, tidak peduli seberapa salahnya mereka.
“Jika kita ingin memiliki komunikasi yang jelas antara pasien dan tenaga kesehatan, kita perlu mengubah cara dokter berpikir tentang pasien yang mendapat informasi yang salah,” kata Dr. Kleinberg. “Dokter perlu mengatasi kecenderungan mereka untuk menghakimi pasien, dan secara aktif mendorong pasien untuk berbagi pemikiran mereka—bahkan yang tidak benar—dengan lebih bebas daripada yang mereka lakukan saat ini.”
Studi ini berfungsi sebagai peringatan bagi komunitas medis. Di era misinformasi kesehatan yang meluas, sangatlah penting bagi pasien untuk merasa nyaman mendiskusikan keyakinan mereka dengan profesional perawatan kesehatan. Hanya melalui dialog yang terbuka dan tanpa menghakimi, kita dapat menjembatani kesenjangan antara keahlian medis dan pemahaman publik, yang pada akhirnya mengarah pada hasil kesehatan yang lebih baik untuk semua orang.
Sebagai pasien, kita harus menemukan keberanian untuk berbagi keyakinan kita, bahkan saat kita tidak yakin. Dan sebagai masyarakat, kita harus menuntut sistem perawatan kesehatan di mana kejujuran benar-benar menjadi kebijakan terbaik—tidak hanya dalam teori, tetapi juga dalam praktik.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti melakukan tiga studi daring dengan kelompok peserta yang berbeda: sampel umum, orang dengan dan tanpa diabetes, dan dokter perawatan primer. Peserta membaca skenario singkat yang menggambarkan pasien yang berbagi berbagai keyakinan kesehatan dengan dokter mereka. Keyakinan ini berkisar dari pernyataan yang akurat hingga kesalahpahaman umum dan teori konspirasi, dan merupakan hal yang penting atau tidak penting dalam mengelola diabetes. Peserta kemudian menilai bagaimana menurut mereka dokter akan memandang pasien, seberapa baik pasien dapat mengelola penyakit mereka, dan kepercayaan pasien terhadap dokter. Para peneliti menggunakan analisis statistik untuk membandingkan penilaian di berbagai jenis keyakinan dan kelompok peserta.
Hasil
Di ketiga studi tersebut, peserta menilai pasien lebih negatif ketika mereka berbagi keyakinan kesehatan yang salah, dengan efeknya menjadi lebih kuat saat keyakinan tersebut menjadi lebih tidak masuk akal. Pola ini berlaku untuk masyarakat umum, penderita diabetes, dan dokter. Berbagi informasi yang salah yang penting untuk mengelola diabetes menghasilkan penilaian yang lebih negatif dibandingkan dengan informasi kesehatan yang tidak relevan. Efek ini konsisten di berbagai ukuran persepsi pasien, kemampuan manajemen penyakit, dan kepercayaan pada dokter.
Keterbatasan
Studi ini menggunakan skenario hipotetis singkat yang mungkin tidak sepenuhnya menggambarkan kompleksitas interaksi dokter-pasien yang sebenarnya. Penelitian ini berfokus pada diabetes tipe 2, sehingga hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke semua kondisi kesehatan. Selain itu, studi ini mengukur persepsi dan keyakinan, bukan perilaku aktual dalam lingkungan perawatan kesehatan. Sampel juga dibatasi pada peserta di AS, yang berpotensi membatasi penerapan temuan secara global.
Diskusi dan Kesimpulan
Studi ini mengungkap hambatan signifikan terhadap komunikasi dokter-pasien yang efektif: rasa takut dihakimi karena berbagi keyakinan kesehatan yang salah. Ketakutan ini tampaknya beralasan, karena bahkan dokter melaporkan kesan yang lebih negatif terhadap pasien yang berbagi informasi yang salah. Temuan tersebut menunjukkan perlunya intervensi untuk membantu dokter menciptakan lingkungan yang lebih terbuka dan tidak menghakimi, tempat pasien merasa nyaman berbagi keyakinan kesehatan mereka yang sebenarnya. Ini dapat melibatkan pelatihan dokter untuk mengantisipasi dan mengatasi kesalahpahaman umum, dan mendidik mereka tentang ketakutan pasien terhadap penilaian. Meningkatkan aspek komunikasi dokter-pasien ini dapat meningkatkan pengambilan keputusan bersama dan berpotensi menghasilkan hasil kesehatan yang lebih baik.
Pendanaan dan Pengungkapan
Penelitian ini didanai sebagian oleh hibah dari National Science Foundation. Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan yang terkait dengan penelitian, kepengarangan, atau publikasi penelitian ini.