

Foto oleh Charlotte May dari Pexels
BARCELONA, Spanyol — Dalam penemuan yang mengkhawatirkan bagi pecinta teh di mana pun, para ilmuwan telah menemukan bahwa secangkir teh sederhana mungkin mengandung bahan tambahan yang tidak diinginkan: miliaran partikel plastik mikroskopis. Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa kantong teh biasa dapat melepaskan sejumlah besar mikro dan nanoplastik (MNPL) ke dalam minuman Anda selama proses perendaman.
Penelitian tersebut dilakukan oleh tim ilmuwan dari Spanyol, Mesir, dan Jerman, dan dipublikasikan di Kemosfermeneliti tiga jenis kantong teh komersial: yang terbuat dari nilon-6, polipropilen, dan selulosa. Apa yang mereka temukan sungguh mengejutkan. Satu kantong teh bisa dilepaskan ke mana saja 8 juta hingga 1,2 miliar partikel nanoplastik ke dalam cangkir Anda, dengan kantong polipropilen sebagai pelanggar terburuk.
Partikel plastik ini sangat kecil – sebagian besar berukuran lebih kecil dari lebar rambut manusia – dan dapat dengan mudah diserap oleh sel-sel dalam sistem pencernaan kita. Para peneliti menemukan bahwa berbagai jenis sel usus berinteraksi dengan partikel-partikel ini dengan cara yang berbeda-beda, dengan beberapa sel mengambil lebih banyak partikel dibandingkan sel lainnya. Yang menjadi perhatian khusus adalah temuan bahwa nanoplastik ini dapat berinteraksi dengan inti sel, tempat penyimpanan materi genetik kita.
“Kami telah berhasil secara inovatif mengkarakterisasi polutan ini dengan serangkaian teknik mutakhir, yang merupakan alat yang sangat penting untuk memajukan penelitian mengenai kemungkinan dampaknya terhadap kesehatan manusia,” kata peneliti Universitat Autònoma de Barcelona, Alba Garcia dalam rilis medianya.
Temuan penelitian ini menambah kekhawatiran tentang paparan mikroplastik sehari-hari melalui makanan dan minuman. Meskipun teh celup plastik kini semakin populer karena daya tahan dan kenyamanannya, penelitian ini menunjukkan bahwa kita mungkin harus membayar harga kesehatan yang tidak terduga untuk kenyamanan modern ini.
Saat memeriksa kantong teh di bawah mikroskop yang kuat, para peneliti menemukan berbagai ketidakteraturan permukaan, termasuk sisik, bola, dan partikel tidak beraturan. Ketidaksempurnaan ini, yang dapat muncul selama proses pembuatan, dapat menyebabkan pelepasan partikel plastik selama perendaman.


Studi ini menimbulkan kekhawatiran khusus tentang bagaimana partikel-partikel ini berinteraksi dengan sistem pencernaan kita. Para peneliti menguji tiga jenis sel usus manusia yang berbeda, termasuk sel yang menghasilkan lendir pelindung yang mirip dengan lapisan usus kita. Menariknya, sel-sel yang menghasilkan lebih banyak lendir cenderung mengakumulasi lebih banyak partikel plastik, menunjukkan bahwa pertahanan alami tubuh kita mungkin sebenarnya menjebak bahan-bahan yang tidak diinginkan ini.
Meskipun dampak kesehatan dari konsumsi partikel-partikel ini masih belum jelas, penelitian ini menyoroti sumber penting paparan plastik yang mungkin tidak disadari oleh banyak orang. Karena teh adalah salah satu minuman paling populer di dunia, paparan kumulatif terhadap partikel-partikel ini bisa menjadi signifikan bagi peminum teh biasa.
“Seiring dengan meningkatnya penggunaan plastik dalam kemasan makanan, penting untuk mengatasi kontaminasi MNPL untuk memastikan keamanan pangan dan melindungi kesehatan masyarakat,” para peneliti menyimpulkan.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti mensimulasikan kondisi penyiapan teh pada umumnya menggunakan 300 kantong teh dalam air panas (95°C) untuk setiap jenis kantong yang diuji. Mereka mengumpulkan dan menganalisis partikel yang dilepaskan menggunakan berbagai teknik mikroskop dan spektroskopi yang canggih. Mereka kemudian memaparkan sel-sel usus manusia pada partikel-partikel ini selama 24 jam untuk mengamati bagaimana sel-sel tersebut berinteraksi dengannya. Partikel-partikel tersebut diwarnai dengan pewarna fluoresen untuk melacak pergerakan dan lokasinya di dalam sel.
Hasil Utama
Studi tersebut menemukan bahwa kantong teh polipropilen melepaskan partikel terbanyak (1,2 miliar per mililiter), diikuti oleh selulosa (135 juta per mililiter) dan nilon-6 (8,18 juta per mililiter). Ukuran partikel bervariasi tetapi sebagian besar berada pada kisaran skala nano (100-300 nanometer). Berbagai jenis sel usus menunjukkan tingkat serapan partikel yang berbeda-beda, dengan sel penghasil lendir umumnya mengumpulkan lebih banyak partikel.
Keterbatasan Studi
Para peneliti mengakui bahwa kondisi laboratorium mereka mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan persiapan teh di dunia nyata. Selain itu, mereka hanya dapat menganalisis partikel yang membentuk pelet yang terlihat selama sentrifugasi, yang berarti beberapa partikel yang lebih kecil mungkin terlewatkan. Studi ini juga berfokus pada kantong teh kosong dalam dua kasus, yang mungkin tidak secara sempurna mewakili penggunaan konsumen pada umumnya dengan adanya daun teh.
Diskusi & Kesimpulan
Studi ini menekankan perlunya pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana bahan kemasan makanan dapat berkontribusi terhadap paparan plastik sehari-hari. Meskipun implikasi kesehatan dari temuan ini memerlukan penelitian lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan bahwa bahan alternatif teh celup atau teh daun lepas tradisional mungkin lebih baik untuk mengurangi paparan plastik. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan bagaimana berbagai jenis sel dalam tubuh kita dapat berinteraksi dengan partikel-partikel ini secara berbeda.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini menerima pendanaan dari berbagai sumber, termasuk Program Penelitian dan Inovasi Horizon 2020 Uni Eropa, Kementerian Sains dan Inovasi Spanyol, dan Generalitat de Catalunya. Beberapa peneliti mengadakan fellowship dari berbagai institusi, dan satu orang peneliti mendapatkan penghargaan ICREA ACADEMIA. Para penulis menyatakan tidak ada persaingan kepentingan finansial atau hubungan pribadi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.