FILADELFIA — Dalam sebuah studi yang menjembatani sejarah rumit Amerika dengan struktur kekuasaannya saat ini, para peneliti telah mengungkap hubungan yang mengejutkan antara leluhur pemilik budak dan kekayaan anggota Kongres AS saat ini. Pengungkapan ini tidak hanya menyoroti hubungan jangka panjang dampak ekonomi perbudakan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan mendalam tentang keberlangsungan hak istimewa dan sifat kekayaan antargenerasi di Amerika.
Studi yang diterbitkan di PKEHILANGAN SATUmeneliti semua 535 anggota Kongres ke-117, membandingkan kekayaan bersih mereka yang memiliki leluhur pemilik budak dengan mereka yang tidak. Hasilnya mencengangkan: legislator yang leluhurnya memiliki 16 budak atau lebih memiliki kekayaan bersih rata-rata hampir $4 juta lebih tinggi daripada rekan mereka yang tidak memiliki leluhur pemilik budak, bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor seperti usia, ras, dan pendidikan.
Temuan ini muncul pada saat diskusi tentang kesetaraan ras, ganti rugi, dan konsekuensi jangka panjang perbudakan menjadi topik utama wacana nasional. Temuan ini memberikan bukti konkret bahwa keuntungan ekonomi yang diperoleh melalui perbudakan terus bergema di masyarakat Amerika lebih dari 150 tahun setelah emansipasi.
Para peneliti, Neil KR Sehgal dan Ashwini R. Sehgal, memulai studi ini untuk menyelidiki pertanyaan yang telah lama membingungkan para sejarawan dan ekonom: seberapa besar pengaruh masa lalu perbudakan di Amerika terhadap lanskap sosial dan ekonomi saat ini? Meskipun studi sebelumnya telah meneliti pertanyaan ini di tingkat kabupaten atau negara bagian, studi ini merupakan studi pertama yang menarik garis langsung dari pemilik budak perorangan ke kekayaan keturunan mereka saat ini.
Untuk melakukan analisis, para peneliti memanfaatkan kumpulan data unik. Mereka menggabungkan pengungkapan keuangan yang diwajibkan bagi semua anggota Kongres dengan penyelidikan silsilah yang cermat oleh Reuters yang mengidentifikasi legislator mana yang memiliki leluhur pemilik budak dan berapa banyak individu yang diperbudak oleh leluhur tersebut.
Hasilnya menggambarkan gambaran yang jelas tentang kesenjangan kekayaan. Kekayaan bersih rata-rata dari semua 535 anggota Kongres adalah $1,28 juta. Namun, anggota legislatif yang leluhurnya memperbudak 16 orang atau lebih memiliki kekayaan bersih rata-rata sebesar $5,62 juta – lebih dari lima kali lipat dari rata-rata keseluruhan.
Temuan studi ini menantang anggapan bahwa dampak ekonomi perbudakan menghilang dengan cepat setelah emansipasi. Sebaliknya, mereka menunjukkan bahwa kekayaan yang dihasilkan melalui kerja paksa sangat tahan lama, diwariskan dari generasi ke generasi dan terwujud saat ini di gedung-gedung badan legislatif tertinggi Amerika.
Penting untuk dicatat bahwa penelitian tersebut tidak menunjukkan bahwa anggota legislatif saat ini memikul tanggung jawab pribadi atas tindakan leluhur mereka. Sebaliknya, penelitian tersebut menyoroti cara jangka panjang dan sistemik di mana kekayaan dan hak istimewa dapat diwariskan antar generasi.
Penularan ini terjadi melalui berbagai mekanisme: undang-undang warisan, akses ke lembaga pendidikan elit, masuk ke pekerjaan bergengsi, dan kemampuan untuk memengaruhi sistem politik dan ekonomi untuk mempertahankan keuntungan. Para peneliti menemukan bahwa kesenjangan kekayaan khususnya terlihat jelas di kalangan legislator kulit putih. Ketika hanya melihat anggota Kongres kulit putih, mereka yang memiliki leluhur yang memiliki 16 budak atau lebih memiliki kekayaan bersih $3,41 juta lebih tinggi daripada rekan-rekan mereka yang tidak memiliki keturunan pemilik budak.
Studi ini hadir pada momen krusial dalam sejarah Amerika, saat negara itu bergulat dengan kesenjangan kekayaan antar ras yang terus-menerus dan memperdebatkan manfaat ganti rugi atas perbudakan. Temuan ini memberikan bukti empiris bahwa warisan ekonomi perbudakan terus membentuk masyarakat Amerika secara nyata, bahkan di tingkat pemerintahan tertinggi.
Lebih jauh, penelitian ini memunculkan pertanyaan penting tentang representasi dan pembuatan kebijakan. Jika sebagian besar anggota Kongres mendapat manfaat dari kekayaan turun-temurun yang berakar pada perbudakan, bagaimana hal itu dapat memengaruhi perspektif mereka terhadap kebijakan ekonomi, inisiatif keadilan rasial, atau proposal reparasi?
Studi ini juga menyoroti pentingnya memahami dampak jangka panjang sejarah. Meskipun mudah untuk menganggap perbudakan sebagai masa lalu yang jauh, temuan ini menunjukkan bagaimana dampak ekonominya dapat berdampak besar sepanjang waktu, yang berpotensi membentuk peluang dan hasil bagi individu dan keluarga di generasi berikutnya.
Penting untuk ditegaskan bahwa penelitian ini berfokus pada korelasi, bukan kausalitas. Para peneliti tidak dapat secara pasti mengatakan bahwa keturunan pemilik budak secara langsung menyebabkan kesenjangan kekayaan yang diamati. Faktor-faktor lain, seperti perbedaan ekonomi regional atau tradisi keluarga dalam keterlibatan politik, juga dapat berperan.
Meskipun demikian, kesenjangan kekayaan yang mencolok yang terungkap dalam penelitian ini memberikan bukti kuat bahwa keuntungan ekonomi yang diperoleh melalui perbudakan sangat bertahan lama. Penelitian ini menantang kita untuk berpikir kritis tentang hakikat kekayaan antargenerasi, konsekuensi jangka panjang dari ketidakadilan historis, dan langkah-langkah apa yang dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil.
“Anggota Kongres memegang kekuasaan signifikan untuk membentuk kebijakan dan menetapkan agenda nasional. Memahami kesenjangan kekayaan dalam kelompok berpengaruh ini dapat mendorong perbincangan tentang kesetaraan ekonomi dan memotivasi legislator untuk mendukung kebijakan yang menangani ketidakadilan historis,” para peneliti menyimpulkan dalam rilis media.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti mengumpulkan data pengungkapan keuangan untuk semua 535 anggota Kongres AS ke-117 per 15 April 2021. Mereka memperkirakan kekayaan bersih setiap legislator dengan mengurangi total liabilitas dari total aset. Informasi tentang leluhur pemilik budak berasal dari serangkaian investigasi Reuters yang menggunakan dokumen historis dan verifikasi silsilah untuk mengidentifikasi anggota Kongres mana yang memiliki leluhur pemilik budak dan berapa banyak orang yang diperbudak oleh leluhur tersebut. Para peneliti kemudian menggunakan teknik statistik untuk menganalisis hubungan antara leluhur pemilik budak dan kekayaan bersih saat ini, sambil memperhitungkan faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin, ras, etnis, dan pendidikan.
Hasil Utama
Studi tersebut menemukan bahwa kekayaan bersih rata-rata semua anggota Kongres adalah $1,28 juta. Namun, legislator yang leluhurnya memperbudak 16 orang atau lebih memiliki kekayaan bersih rata-rata $5,62 juta. Setelah disesuaikan dengan faktor-faktor lain, para legislator ini memiliki kekayaan bersih $3,93 juta lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki leluhur yang memiliki budak. Hubungan ini tetap berlaku bahkan ketika analisis tersebut hanya terbatas pada legislator kulit putih. Studi tersebut juga menemukan bahwa kekayaan bersih dikaitkan dengan peningkatan usia dan ras kulit putih.
Keterbatasan Studi
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, studi ini hanya berfokus pada anggota Kongres, yang umumnya lebih kaya daripada rata-rata orang Amerika, sehingga hasilnya mungkin tidak berlaku untuk masyarakat umum. Kedua, analisis tentang asal usul pemilik budak terbatas pada perbudakan pasca-1776 di Amerika Serikat, yang berpotensi tidak mencakup kepemilikan budak sebelumnya atau internasional. Ketiga, pengungkapan keuangan memiliki beberapa keterbatasan dalam menangkap kekayaan bersih secara akurat. Keempat, ukuran sampel yang relatif kecil mengakibatkan interval kepercayaan yang lebar. Terakhir, studi ini tidak dapat membuktikan hubungan kausal antara asal usul pemilik budak dan kekayaan saat ini.
Diskusi & Kesimpulan
Studi ini memberikan bukti bahwa keuntungan ekonomi dari kepemilikan budak dapat bertahan selama beberapa generasi. Studi ini menyoroti ketahanan kekayaan dari waktu ke waktu dan berbagai mekanisme yang dapat digunakan untuk mempertahankan hak istimewa. Temuan ini konsisten dengan penelitian lain tentang transfer kekayaan antargenerasi tetapi memberikan perspektif unik dengan secara langsung menghubungkan garis keturunan pemilik budak dengan kekayaan saat ini. Studi ini menimbulkan pertanyaan penting tentang dampak jangka panjang dari ketidakadilan historis dan sifat ketimpangan ekonomi di Amerika. Namun, para peneliti memperingatkan agar tidak mengekstrapolasi hasil ini ke semua orang Amerika dan menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana garis keturunan pemilik budak memengaruhi kekayaan pada populasi umum.
Pendanaan & Pengungkapan
Para penulis tidak menerima pendanaan khusus untuk karya ini dan menyatakan tidak ada benturan kepentingan.