ATHENA, Yunani — Sebuah studi baru yang inovatif telah menghidupkan kembali perdebatan mengenai apakah ideologi politik terkait dengan struktur otak. Sementara penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kaum konservatif memiliki amigdala yang lebih besar – pusat rasa takut otak – dan kaum liberal memiliki korteks cingulate anterior (ACC) yang lebih besar – yang terlibat dalam deteksi konflik, penyelidikan terbaru ini melukiskan gambaran yang lebih bernuansa.
Studi yang diterbitkan di iSainsmeneliti pemindaian otak dari hampir 1.000 orang dewasa Belanda, menjadikannya analisis terbesar hingga saat ini mengenai dasar-dasar neurologis keyakinan politik. Dipimpin oleh peneliti Diamantis Petropoulos Petalas, Gijs Schumacher, dan Steven Scholte, tim tersebut berupaya untuk mengulang dan mengembangkan studi kontroversial tahun 2011 yang pertama kali mengusulkan perbedaan otak struktural antara kaum liberal dan konservatif.
Dengan menggunakan teknik pencitraan otak yang canggih, para peneliti menganalisis volume materi abu-abu di wilayah otak utama, termasuk amigdala dan ACC. Mereka juga mengumpulkan data ekstensif tentang pandangan politik peserta, melampaui label liberal-konservatif sederhana untuk memeriksa ideologi ekonomi dan sosial secara terpisah.
Hasilnya? Meskipun penelitian tersebut menemukan korelasi kecil antara ukuran amigdala dan konservatisme, efeknya jauh lebih lemah daripada yang dilaporkan sebelumnya. Yang penting, para peneliti tidak menemukan hubungan antara volume ACC dan keyakinan liberal, sehingga gagal mereplikasi temuan utama dari penelitian asli.
“Sungguh mengejutkan bahwa kami berhasil mereplikasi temuan amigdala,” kata penulis pertama Diamantis Petropoulos Petalas, seorang peneliti psikologi politik dan ilmu saraf dari The American College of Greece, dalam rilis media. “Sejujurnya, kami tidak berharap dapat mereplikasi temuan ini.”
Studi ini juga menemukan terobosan baru dengan meneliti wilayah otak lainnya. Menariknya, mereka menemukan petunjuk adanya hubungan antara ideologi dan girus fusiformis, area yang terlibat dalam pengenalan wajah dan objek. Namun, hasil ini tidak konsisten di semua analisis, yang menyoroti kompleksitas masalah tersebut.
Yang membedakan penelitian ini adalah pendekatannya yang komprehensif dalam mengukur keyakinan politik. Alih-alih mengandalkan skala kiri-kanan yang sederhana, para peneliti meneliti ideologi ekonomi dan sosial secara terpisah. Mereka juga membedakan antara label politik yang diidentifikasi sendiri dan posisi kebijakan yang sebenarnya.
“Kami melihat ideologi sebagai produk yang kompleks dan multidimensi; yang mencakup berbagai sikap terhadap masalah sosial dan ekonomi, serta identifikasi dengan cita-cita progresif atau konservatif; ini bukan hanya tentang kiri atau kanan,” kata Petropoulos.
“Amigdala mengendalikan persepsi dan pemahaman akan ancaman dan ketidakpastian risiko, jadi masuk akal jika individu yang lebih peka terhadap isu-isu ini memiliki kebutuhan keamanan yang lebih tinggi, yang merupakan sesuatu yang biasanya sejalan dengan ide-ide yang lebih konservatif dalam politik.”
Sampel penelitian yang besar dan beragam merupakan salah satu kekuatan utamanya. Sementara penelitian sebelumnya sering mengandalkan kelompok kecil mahasiswa, penelitian ini melibatkan hampir 1.000 orang dewasa Belanda dari berbagai latar belakang. Keragaman ini membantu memastikan temuan lebih mewakili populasi umum.
Jadi, apa arti semua ini bagi pemahaman kita tentang perbedaan politik? Para peneliti memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan yang terlalu kuat. Meskipun mungkin ada beberapa hubungan antara struktur otak dan ideologi, kemungkinan besar itu hanyalah satu bagian kecil dari teka-teki yang jauh lebih besar.
“Kami menemukan korelasi positif yang sangat bagus antara ideologi politik partai dan ukuran amigdala orang tersebut,” lanjut Petropoulos. “Itu menunjukkan gagasan bahwa kita tidak berbicara tentang representasi ideologi yang dikotomis di otak, seperti Partai Republik versus Demokrat seperti di AS, tetapi kita melihat spektrum yang lebih rinci tentang bagaimana ideologi politik dapat tercermin dalam anatomi otak.”
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk memindai otak 928 orang dewasa Belanda. Mereka berfokus pada pengukuran volume materi abu-abu di wilayah otak tertentu, termasuk amigdala dan korteks cingulate anterior. Peserta juga menyelesaikan survei tentang keyakinan politik mereka, yang mencakup isu ekonomi dan sosial. Tim kemudian menggunakan analisis statistik untuk mencari korelasi antara struktur otak dan ideologi politik.
Hasil Utama
Studi tersebut menemukan korelasi positif kecil antara volume amigdala dan keyakinan konservatif, tetapi efeknya jauh lebih lemah daripada studi sebelumnya. Mereka tidak menemukan hubungan signifikan antara volume ACC dan keyakinan liberal. Beberapa korelasi ditemukan antara ideologi dan girus fusiform, tetapi hasil ini tidak konsisten di semua analisis.
Keterbatasan Studi
Penelitian ini dilakukan di Belanda, yang memiliki sistem politik multipartai yang berbeda dari sistem dua partai di AS, tempat banyak penelitian sebelumnya dilakukan. Hal ini dapat memengaruhi cara ideologi politik diekspresikan dan diukur. Selain itu, meskipun ukuran sampelnya besar, sampel tersebut masih terbatas pada orang dewasa Belanda, sehingga berpotensi membatasi generalisasi ke populasi lain.
Diskusi & Kesimpulan
Para peneliti menekankan bahwa meskipun mungkin ada beberapa hubungan antara struktur otak dan keyakinan politik, pengaruhnya kecil dan mungkin hanya satu faktor di antara banyak faktor yang membentuk ideologi kita. Mereka menekankan pentingnya menggunakan ukuran keyakinan politik yang lebih bernuansa dalam penelitian di masa mendatang daripada skala kiri-kanan yang sederhana. Studi ini juga menyoroti perlunya sampel yang besar dan beragam dalam penelitian neuropolitik untuk memastikan temuannya kuat dan dapat digeneralisasi.
Pendanaan & Pengungkapan
Studi ini dilakukan menggunakan data dari Amsterdam Open MRI Collection. Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan. Informasi pendanaan spesifik tidak diberikan dalam laporan.