BALTIMORE — Di tengah dunia yang masih menjadi musuh yang tangguh, secercah harapan telah muncul bagi mereka yang berjuang melawan kanker paru non-sel kecil. Sebuah analisis terkini oleh para peneliti di Johns Hopkins Kimmel Cancer Center telah mengungkap potensi pergeseran paradigma dalam strategi pengobatan yang dapat secara signifikan meningkatkan peluang pasien untuk bertahan hidup.
Studi ini, yang akan dipresentasikan pada Konferensi Dunia Asosiasi Internasional untuk Studi Kanker Paru 2024 di San Diego, menunjukkan bahwa pasien dapat memperoleh manfaat besar dari menerima perawatan imunoterapi sebelum dan sesudah operasi, bukan hanya sebelumnya.
“Terjadi migrasi besar dalam pengobatan kanker paru-paru dan melanoma dalam beberapa tahun terakhir dari melakukan operasi di awal dan memberikan imunoterapi pascaoperasi, menjadi memberikan imunoterapi sebelum operasi. Namun analisis kami pada masing-masing pasien dalam dua uji coba ini menunjukkan bahwa kemungkinan ada manfaat lebih lanjut dari menerima perawatan imunoterapi tambahan setelah operasi,” jelas Dr. Patrick Forde, seorang profesor onkologi tambahan di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins, dalam rilis media.
Pengungkapan ini muncul pada saat komunitas medis semakin berfokus pada pemanfaatan kekuatan sistem imun tubuh untuk melawan kanker. Imunoterapi, perawatan yang membantu sistem imun mengenali dan menyerang sel kanker, telah menunjukkan hasil yang menjanjikan pada berbagai jenis kanker, termasuk kanker paru-paru.
Para peneliti membandingkan dua kelompok pasien: satu kelompok yang menerima imunoterapi hanya sebelum operasi, dan kelompok lain yang menerima imunoterapi sebelum dan sesudah operasi. Pasien yang menerima setidaknya satu dosis obat imunoterapi nivolumab setelah operasi menunjukkan pengurangan sebesar 40% dalam risiko kanker mereka kambuh atau kematian.
Apa artinya ini bagi pasien?
Bayangkan sistem kekebalan tubuh Anda sebagai pasukan yang sangat terlatih. Imunoterapi sebelum operasi seperti mengirim pasukan khusus untuk melemahkan pertahanan musuh. Menambahkan imunoterapi setelah operasi seperti mengerahkan bala bantuan untuk membersihkan sisa perlawanan dan mencegah musuh berkumpul kembali.
Menariknya, manfaat dari pendekatan imunoterapi yang diperluas ini terlihat di berbagai kelompok pasien. Baik pasien yang memiliki kanker stadium awal atau lanjut, mereka menunjukkan perbaikan yang sama. Yang lebih menarik lagi adalah pengamatan bahwa pasien yang tumornya memiliki kadar protein yang lebih rendah yang disebut PD-L1 – yang biasanya membantu sel kanker menghindari sistem imun – tampak mendapat manfaat lebih banyak dari pengobatan yang diperpanjang.
Temuan ini menantang anggapan umum bahwa pasien dengan kadar PD-L1 yang lebih rendah mungkin tidak merespons imunoterapi dengan baik. Temuan ini menunjukkan bahwa bahkan pasien yang sebelumnya dianggap sebagai kandidat yang kurang ideal untuk imunoterapi berpotensi memperoleh manfaat dari pendekatan ini.
Selain itu, rejimen imunoterapi yang diperpanjang terbukti bermanfaat bahkan bagi pasien yang tidak memperoleh respons lengkap terhadap perawatan awal sebelum operasi. Hal ini memberi harapan bagi lebih banyak pasien, termasuk mereka yang mungkin tidak memperoleh hasil optimal dari perawatan pra-operasi saja.
Bagi pasien yang menghadapi prospek operasi kanker paru-paru yang menakutkan, penelitian ini menawarkan secercah harapan – kemungkinan bahwa sistem kekebalan tubuh mereka sendiri, dengan sedikit bantuan tambahan, dapat menjadi kunci menuju masa depan yang bebas kanker.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti melakukan analisis komparatif terhadap dua uji klinis: CheckMate 816 dan CheckMate 77T. Dalam uji klinis pertama, 147 pasien menerima tiga siklus imunoterapi (nivolumab) ditambah kemoterapi sebelum operasi. Dalam uji klinis kedua, 139 pasien menerima hingga empat siklus kombinasi yang sama sebelum operasi, diikuti hingga 13 siklus nivolumab setelah operasi. Hasil kesehatan pasien ini dipantau hingga empat tahun setelah operasi.
Hasil Utama
Analisis tersebut mengungkap adanya penurunan risiko kekambuhan kanker atau kematian sebesar 40% di antara pasien yang menerima sedikitnya satu dosis nivolumab setelah operasi, dibandingkan dengan mereka yang hanya menerima perawatan sebelum operasi. Manfaat ini diamati pada berbagai stadium kanker dan khususnya terlihat jelas pada pasien dengan tingkat ekspresi PD-L1 yang lebih rendah pada tumor mereka.
Diskusi & Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa memperluas perawatan imunoterapi sebelum dan sesudah operasi dapat meningkatkan hasil secara signifikan bagi pasien dengan kanker paru non-sel kecil yang dapat dioperasi. Pendekatan ini tampaknya bermanfaat bahkan bagi pasien yang tidak mencapai respons lengkap terhadap perawatan pra-bedah, sehingga berpotensi memperluas kelompok pasien yang dapat memperoleh manfaat dari imunoterapi. Temuan ini menantang beberapa asumsi yang ada tentang efektivitas imunoterapi berdasarkan kadar PD-L1, sehingga membuka jalan baru untuk strategi perawatan.
Pendanaan & Pengungkapan
Uji klinis yang dirujuk dalam penelitian ini (CheckMate 816 dan CheckMate 77T) disponsori oleh Bristol-Myers Squibb, produsen nivolumab. Uji klinis tersebut dilakukan di Johns Hopkins dan lokasi klinis lainnya.