

(Kredit: Anna Nikonorova/Shutterstock)
ESPOO, Finlandia — Cinta membuat dunia berputar, tetapi pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang terjadi pada otak Anda? Sebuah studi baru yang inovatif mengungkap bagaimana berbagai jenis cinta mengaktifkan berbagai wilayah otak kita, mengungkap wawasan menarik tentang emosi yang kompleks ini.
Para peneliti dari Finlandia berupaya untuk mengeksplorasi dasar saraf dari enam jenis cinta yang berbeda: cinta romantis, cinta orangtua, cinta untuk teman, cinta untuk orang asing, cinta untuk hewan peliharaan, dan cinta untuk alam. Temuan mereka dipublikasikan di Korteks Serebral menunjukkan bahwa sementara semua bentuk cinta berbagi beberapa jalur saraf yang sama, ada perbedaan yang jelas dalam cara otak kita memproses berbagai jenis kasih sayang ini.
Penelitian tersebut menemukan bahwa cinta romantis dan cinta orangtua – yang sering dianggap sebagai bentuk cinta yang paling intens – mengaktifkan pusat penghargaan di otak dengan paling kuat. Area-area ini, termasuk striatum dan bagian-bagian batang otak, dikaitkan dengan perasaan senang dan motivasi. Hal ini menjelaskan mengapa cinta yang kita rasakan untuk pasangan romantis atau anak-anak kita bisa begitu kuat dan menguras tenaga.
“Dalam cinta orangtua, terjadi aktivasi sistem penghargaan di bagian dalam otak, di area striatum, saat membayangkan cinta. Hal ini tidak terlihat pada jenis cinta lainnya,” kata Pärttyli Rinne, filsuf dan peneliti dari Universitas Aalto yang mengoordinasikan penelitian ini, dalam rilis media.
Menariknya, cinta terhadap teman juga mengaktifkan pusat penghargaan ini, meskipun dalam tingkat yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun persahabatan mungkin tidak sekuat ikatan romantis atau orang tua, persahabatan tetap memberi kita rasa senang dan terpenuhi.


Terkait cinta kepada orang asing – yang sering digambarkan sebagai belas kasih atau altruisme – respons otak terasa sangat berbeda. Meskipun beberapa pusat penghargaan masih aktif, responsnya jauh lebih lemah. Ini mungkin menjelaskan mengapa tindakan kebaikan terhadap orang asing dapat membuat kita merasa senang, tetapi biasanya tidak menimbulkan emosi yang sama kuatnya dengan cinta kepada orang terdekat kita.
Pemilik hewan peliharaan, bergembiralah! Penelitian tersebut juga menemukan bahwa bagi mereka yang memiliki teman berbulu, cinta terhadap hewan peliharaan mengaktifkan area otak yang sama dengan cinta antarpribadi. Namun, efek ini tidak terlihat pada mereka yang tidak memiliki hewan peliharaan, yang menunjukkan bahwa ikatan yang kita bentuk dengan teman hewan kita merupakan respons yang dipelajari yang dapat sekuat hubungan antarmanusia.
“Ketika melihat rasa cinta terhadap hewan peliharaan dan aktivitas otak yang terkait dengannya, area otak yang terkait dengan sosialitas secara statistik mengungkapkan apakah orang tersebut adalah pemilik hewan peliharaan atau bukan. Dalam hal pemilik hewan peliharaan, area ini lebih aktif dibandingkan dengan mereka yang bukan pemilik hewan peliharaan,” jelas Rinne.
Barangkali yang paling mengejutkan, cinta terhadap alam mengaktifkan beberapa area otak unik yang tidak terlihat dalam bentuk cinta lainnya. Meskipun masih memicu beberapa pusat penghargaan, ia juga mengaktifkan area yang terkait dengan pemrosesan visual dan kesadaran spasial. Ini dapat menjelaskan mengapa banyak orang menemukan pelipur lara dan peremajaan dalam suasana alam.
Temuan ini memberikan dasar neurologis mengapa kita mungkin merasakan intensitas cinta yang berbeda untuk berbagai orang dan berbagai hal dalam hidup kita. Temuan ini juga memberikan wawasan tentang mengapa beberapa bentuk cinta, seperti hubungan romantis dan ikatan orangtua-anak, cenderung diprioritaskan dalam banyak budaya.
Memahami dasar-dasar saraf cinta dapat memiliki implikasi yang luas. Hal ini dapat membantu menjelaskan mengapa hubungan sosial sangat penting bagi kesejahteraan manusia dan berpotensi memberikan informasi mengenai pengobatan untuk kondisi seperti depresi atau kecemasan, di mana perasaan cinta dan hubungan sering kali terganggu.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) untuk mengukur aktivitas otak pada 55 peserta saat mereka mendengarkan cerita audio pendek yang dirancang untuk membangkitkan perasaan berbagai jenis cinta. Setelah setiap cerita, peserta diberi waktu untuk membayangkan dan membenamkan diri dalam perasaan tersebut. Aktivitas otak selama skenario yang membangkitkan cinta ini dibandingkan dengan aktivitas selama cerita netral untuk mengidentifikasi wilayah otak mana yang secara khusus dikaitkan dengan cinta.
Hasil Utama
Penelitian ini menemukan bahwa semua jenis cinta mengaktifkan beberapa area otak yang umum, termasuk area yang terkait dengan penghargaan dan kognisi sosial. Namun, ada beberapa perbedaan yang mencolok:
- Cinta romantis dan cinta orangtua menunjukkan aktivasi yang paling kuat dan tersebar luas, terutama di area yang terkait dengan penghargaan.
- Cinta terhadap sahabat menunjukkan pola aktivasi yang serupa tetapi kurang intens.
- Cinta terhadap orang asing mengaktifkan lebih sedikit area terkait penghargaan.
- Cinta terhadap hewan peliharaan menunjukkan aktivasi yang serupa dengan cinta interpersonal, tetapi hanya pada pemilik hewan peliharaan.
- Kecintaan terhadap alam mengaktifkan area unik yang terkait dengan pemrosesan visual dan spasial.
Keterbatasan Studi
Studi ini dilakukan dengan demografi tertentu (orang dewasa Finlandia yang memiliki hubungan dengan anak-anak), yang mungkin membatasi generalisasinya. Faktor budaya dapat memengaruhi bagaimana cinta dialami dan diproses di otak. Selain itu, penggunaan skenario imajiner, meskipun memungkinkan kondisi terkendali, mungkin tidak sepenuhnya menangkap kompleksitas pengalaman cinta di dunia nyata.
Diskusi & Kesimpulan
Para peneliti berpendapat bahwa berbagai jenis cinta berada dalam satu kontinum, dengan cinta romantis dan cinta orangtua sebagai prototipe. Bentuk-bentuk cinta lainnya, seperti kasih sayang terhadap orang asing atau cinta terhadap alam, memiliki beberapa kesamaan tetapi berbeda dalam intensitas dan pola saraf. Hal ini mendukung gagasan bahwa cinta dibentuk oleh faktor biologis dan budaya. Studi ini juga menyoroti pentingnya hubungan sosial bagi kesejahteraan manusia dan menyatakan bahwa kapasitas untuk berbagai jenis cinta mungkin telah berevolusi dari sistem keterikatan dasar yang dimiliki oleh mamalia lain.
Pendanaan & Pengungkapan
Studi ini didukung oleh hibah dari Kone Foundation dan Emil Aaltonen Foundation. Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.