

(Kredit: Ide Bagus/Shutterstock)
LONDON — Ada pepatah yang mengatakan bahwa hidup adalah “semua tentang siapa yang Anda kenal.” Nah, sebuah survei baru menemukan bahwa sebagian besar masyarakat tidak hanya setuju dengan konsep tersebut, namun mereka juga menerima manfaat nepotisme. Faktanya, sejumlah besar orang di seluruh dunia mengakui bahwa mereka baik-baik saja dengan mengembangkan koneksi pribadi mereka untuk mengalahkan orang-orang lain yang memenuhi syarat untuk suatu pekerjaan.
Secara khusus, pakar karier di StandOut CV menemukan bahwa 91,3% responden akan menerima pekerjaan impian mereka jika ditawarkan melalui koneksi pribadi, tanpa melalui proses lamaran tradisional. Begitu banyak upaya untuk meningkatkan kemampuan Anda berdasarkan prestasi!
Kekuatan Siapa yang Anda Kenal
Survei ini memberikan gambaran yang jelas tentang pengaruh nepotisme di pasar kerja modern. Para peneliti menemukan bahwa 70,2% orang yang disurvei telah menerima kontak, wawancara, atau tawaran pekerjaan langsung melalui koneksi pribadi mereka. Statistik ini menggarisbawahi peran penting jaringan dalam kemajuan karir.
Menariknya, penelitian ini juga menemukan bahwa teman, bukan keluarga, adalah sumber utama peluang tersebut. Dari mereka yang memanfaatkan jejaring sosial mereka saat mencari pekerjaan, 62,1% menghubungi teman, dibandingkan dengan 37,9% yang beralih ke anggota keluarga.
Namun, jika menyangkut perekrutan langsung, hubungan keluarga terbukti lebih kuat, dengan 26,4% responden dipekerjakan langsung oleh kerabatnya! Hanya 19,3% jajak pendapat yang menerima pekerjaan langsung dari temannya.


Dilema Etis
Meskipun sebagian besar responden akan menggunakan nepotisme untuk keuntungan mereka, survei ini juga mengungkapkan adanya teka-teki etika yang kompleks. Meskipun sebagian besar pekerja mengatakan bahwa mereka baik-baik saja “berusaha keras” untuk maju, hal ini merupakan suatu hal yang mengejutkan 90,6% setuju bahwa “menyerahkan pekerjaan” adalah bentuk nepotisme yang tidak etis.
Studi ini juga mengungkap potensi kerugian dari praktik nepotisme. Satu dari tiga orang yang direkrut melalui hubungan pribadi mengaku merasa tidak memenuhi syarat untuk peran mereka, sementara 35,9% mengatakan mereka menerima perlakuan istimewa dibandingkan rekan kerja mereka. Selain itu, 28,4% mengalami ketegangan saat berhadapan dengan rekan kerja yang mencurigai mereka dipekerjakan hanya karena mengenal seseorang.
Perspektif Industri
Persepsi tentang pentingnya nepotisme cenderung berbeda-beda tergantung di mana Anda bekerja. Para profesional hukum kemungkinan besar percaya bahwa “siapa yang Anda kenal” lebih penting daripada “apa yang Anda ketahui”, dengan 85,7% mendukung pandangan ini. Pekerjaan di bidang pendidikan dan olahraga juga mengikuti angka yang sama, masing-masing sebesar 80% dan 76,5%.
Budaya 'Nepo Baby' Akan Tetap Ada
Meskipun terdapat permasalahan etika, nepotisme nampaknya sedang meningkat. Dua pertiga (66,9%) responden meyakini praktik nepotisme semakin meningkat. Tren ini juga didukung oleh 82,5% responden yang mengaku akan menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta untuk mendapatkan peluang jaringan yang lebih baik jika mereka mampu.
Ketika perdebatan mengenai nepotisme terus berlanjut, ada satu hal yang jelas: hubungan pribadi tetap menjadi kekuatan yang kuat di pasar kerja. Dengan 87,7% orang percaya bahwa nepotisme adalah hal yang umum atau sangat umum di industri mereka, terbukti bahwa “siapa yang Anda kenal” terus memainkan peran penting bersama dengan “apa yang Anda ketahui” dalam membentuk jalur karier.
Meskipun 76,6% responden mendukung pembuatan lebih banyak peraturan dan regulasi yang mencegah nepotisme di tempat kerja, praktik tersebut tampaknya sudah tertanam kuat dalam budaya profesional di seluruh dunia. Seiring berkembangnya pasar kerja, mencapai keseimbangan antara memanfaatkan koneksi pribadi dan mempertahankan praktik perekrutan yang adil kemungkinan akan tetap menjadi tantangan bagi pemberi kerja dan pencari kerja.
Metodologi
Pada bulan Juli 2024, 1.406 orang dewasa dari Amerika Serikat, Inggris, dan Australia disurvei mengenai pendapat mereka tentang nepotisme. Data demografi, seperti usia, jenis kelamin, dan profesi, juga diperhitungkan.
Responden ditanyai serangkaian pertanyaan terkait persepsi masyarakat terhadap nepotisme, pengalaman pribadi mendapatkan peluang kerja melalui koneksi pribadi, dan pengalaman membantu teman dan keluarga mendapatkan peluang kerja.