

Apakah babun mencatat bayangannya? Para ilmuwan melacak jawabannya. (PACO COMO/Shutterstock)
Pendeknya
- Babun liar memahami bahwa cermin menunjukkan peristiwa nyata tetapi tidak mengenali bayangannya sendiri di dalamnya. Hanya 1 dari 135 tes cermin yang menunjukkan respons mandiri
- Babun jantan muda kemungkinan besar akan menyelidiki tanda laser yang dapat mereka lihat langsung di tubuh mereka, dengan tanda hijau yang lebih menarik perhatian dibandingkan tanda merah.
- Studi ini memperkenalkan cara baru dan non-invasif untuk menguji kesadaran diri hewan di alam liar, memperluas penelitian yang sebelumnya terbatas pada kelompok kecil hewan penangkaran.
LONDON — Ketika 112 babon liar menemukan cermin untuk pertama kalinya di lanskap gurun Namibia, para ilmuwan mengamati dengan penuh semangat. Akankah primata pintar ini mengenali pantulan dirinya sendiri, seperti manusia dan kera besar? Peneliti internasional di Taman Alam Tsaobis di Namibia, yang terletak di tepi gurun Namib, baru-baru ini menjawab pertanyaan ini dengan mempelajari babon liar, dan temuan mereka memberi tahu kita sesuatu yang menarik tentang kesadaran diri hewan.
Saat Anda melihat sesuatu di wajah Anda di cermin, seperti noda coklat atau bulu mata yang tersesat, secara alami Anda akan mengulurkan tangan untuk menyentuhnya. Tindakan sederhana ini menunjukkan Anda mengenali bayangan Anda. Para ilmuwan menyebutnya “uji tanda”, dan telah digunakan selama 50 tahun untuk mempelajari apakah hewan dapat mengenali dirinya sendiri. Hingga saat ini, pengujian ini sebagian besar dilakukan pada hewan penangkaran dalam kelompok kecil, yang mungkin tidak memberi tahu kita bagaimana perilaku hewan sebenarnya di alam.
Studi ini, diterbitkan di Prosiding Royal Society Bmintalah para peneliti mencoba sesuatu yang benar-benar baru. Alih-alih mempelajari binatang di kebun binatang, mereka mengamati 112 babun chacma liar di Namibia antara bulan Mei dan Oktober 2021. Daripada menggunakan cat atau stiker yang mungkin membuat babun stres, mereka menemukan solusi cerdas: penunjuk laser, seperti yang digunakan guru di sekolah. ruang kelas, tetapi dipilih dengan cermat agar benar-benar aman bagi hewan.
Bagi babon yang hidup di alam liar, cermin merupakan hal yang cukup aneh. Berbeda dengan hewan di kebun binatang yang sering melihat permukaan reflektif, babun ini hidup di lingkungan gersang yang jarang memiliki permukaan berkilau. Sebelum memulai percobaan mereka, para peneliti memasang dua cermin berukuran sedang di dekat titik air yang sering dikunjungi babun, memberi mereka waktu untuk menyelidiki objek-objek baru tersebut.


Para peneliti melakukan tiga jenis tes menggunakan laser hijau dan merah. Pertama, mereka menyorotkan laser ke titik-titik yang mudah dilihat babun, seperti tangan atau kaki mereka. Selanjutnya, mereka membidik tempat-tempat yang tidak bisa dilihat babun tanpa cermin, seperti pipi atau telinga mereka. Terakhir, mereka melakukan tes tanda: akankah babun memperhatikan dan mencoba menyentuh tanda laser di wajahnya saat bercermin?
Ketika babun melihat bekas laser di tangan atau kaki mereka, sekitar dua pertiga dari mereka mengulurkan tangan untuk menyelidikinya. Tapi kapan mereka hanya bisa melihat tanda di pantulan mereka? Dari 135 tes cermin, hanya satu babon yang menunjukkan reaksi apa pun.
“Babun Chacma yang kami amati di Tsaobis Nature Park tentu saja menikmati penggunaan cermin sebagai mainan baru, namun selama penelitian kami, mereka tidak begitu memahami bahwa pantulan cermin mewakili tubuh mereka sendiri dan bahwa tanda laser pada bayangan cermin adalah, tentu saja, pada diri mereka sendiri,” kata penulis studi Dr. Alecia Carter dari University College London, dalam sebuah pernyataan.


Penelitian ini mengungkapkan pola yang menarik: babun jantan lebih ingin tahu tentang tanda tersebut dibandingkan babun betina, dan babun yang lebih muda menunjukkan minat yang lebih besar dibandingkan babun yang lebih tua. Mereka juga tampaknya lebih memilih laser hijau dibandingkan laser merah, kemungkinan karena titik-titik hijau tampak lebih terang.
Meskipun babun tidak mengenali dirinya sendiri, mereka menunjukkan kecerdasan yang mengesankan dalam hal lain. Mereka dengan cepat belajar menggunakan kaca spion sebagai alat untuk mengamati sekeliling, seperti halnya kita menggunakan kaca spion di mobil.
“Mengingat monyet cepat membiasakan diri dengan bayangan cermin mereka, hal ini juga menunjukkan bahwa mereka tidak menganggap bayangan mereka sebagai orang asing,” kata penulis koresponden Esa A. Ahmad.
Dengan mempelajari babun liar ini di habitat aslinya, para ilmuwan telah memperoleh wawasan yang belum pernah ada sebelumnya mengenai kognisi primata. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun pengenalan diri mungkin unik pada kera besar dan manusia, primata lain memiliki cara canggihnya sendiri dalam memahami lingkungannya.
Ringkasan Makalah
Perincian Metodologi
Para peneliti melakukan penelitian mereka selama beberapa bulan pada tahun 2021, menggunakan pendekatan sistematis yang mencakup paparan cermin awal yang diikuti dengan tes tanda laser terkontrol. Mereka dengan hati-hati mendokumentasikan setiap interaksi menggunakan rekaman video dan menerapkan kriteria ketat mengenai apa yang dimaksud dengan sentuhan yang diarahkan pada tanda versus perilaku perawatan diri yang biasa.
Ringkasan Hasil
Studi tersebut menunjukkan bahwa babun liar, meskipun mampu memahami cermin sebagai permukaan reflektif, tidak menunjukkan bukti pengenalan diri yang sebanding dengan kera besar atau manusia. Tingkat respons yang tinggi terhadap tanda yang terlihat (64,2%) sangat kontras dengan tanggapan yang hampir tidak ada terhadap tanda yang terlihat di cermin (0,74%), menunjukkan bahwa kurangnya pengenalan diri bukan disebabkan oleh ketidaktertarikan pada tanda itu sendiri.
Keterbatasan
Penelitian ini menghadapi beberapa tantangan, termasuk potensi keterbatasan bahwa tanda laser mungkin tampak berbeda dalam pantulan cermin dibandingkan dengan penglihatan langsung. Selain itu, sifat interaksi cermin yang bersifat sukarela berarti bahwa partisipasi dalam tes kondisi cermin bias terhadap babun jantan (83% subjek).
Diskusi dan Kesimpulan
Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman kita tentang evolusi kesadaran diri pada primata, dan menunjukkan bahwa kemampuan ini mungkin terbatas pada kera besar dan manusia tanpa pelatihan ekstensif. Studi ini juga memperkenalkan metode baru yang berharga untuk melakukan tes kognitif non-invasif pada hewan liar.
Pendanaan dan Pengungkapan
Studi ini didanai oleh Agence Nationale de la Recherche dan Sigrid Rausing Trust. Penelitian ini dilakukan dengan persetujuan dari otoritas Namibia dan Komite Etika Zoological Society of London. Para peneliti menyatakan tidak ada kepentingan yang bersaing.
Informasi Publikasi
Diterbitkan di Prosiding Royal Society B pada tahun 2025, penelitian ini merupakan upaya kolaborasi antara para peneliti dari University College London, Institut des Sciences de L'Evolution de Montpellier, Gobabeb Namib Research Institute, University of Turku, dan Zoological Society of London.