GAINESVILLE, Florida — Bayangkan melewatkan makan malam Thanksgiving bersama keluarga Anda atau melewatkan kesempatan untuk menulis ucapan terima kasih yang tulus, karena percaya bahwa momen-momen ini tidak sepadan dengan waktu Anda. Pikirkan lagi. Seorang peneliti dari Universitas Florida menemukan bahwa orang-orang secara konsisten meremehkan dampak emosional yang mendalam dari pengalaman hidup yang tampaknya biasa-biasa saja.
Erin Westgate, asisten profesor psikologi yang memimpin penelitian, telah mengungkap kecenderungan manusia yang aneh: kita sangat buruk dalam memprediksi betapa bermaknanya pengalaman kita nantinya.
“Kami tidak memahami suatu peristiwa sampai peristiwa itu benar-benar terjadi,” jelas Westgate dalam rilis universitasnya. “Kami tidak memproses peristiwa sampai diperlukan, ketika peristiwa itu benar-benar terjadi dan bukan sebelumnya.”
Penelitian ini dimulai dengan sebuah pertanyaan sederhana namun provokatif selama masa kuliah Westgate: Apakah orang-orang secara akurat mengantisipasi signifikansi emosional dari kejadian di masa depan? Studi awalnya dengan mahasiswa sarjana Universitas Virginia memberikan jawaban yang mengejutkan. Siswa secara konsisten salah menilai betapa bermaknanya liburan Thanksgiving mereka, dan meremehkan kedalaman emosional dari pengalaman tersebut.
Penasaran dengan temuan awal ini, Westgate memperluas penelitiannya selama pandemi, mereplikasi penelitian tersebut pada kelompok mahasiswa Universitas Florida yang lebih besar. Hasilnya konsisten: orang secara sistematis gagal mengenali makna potensial dari pengalaman yang akan datang.
Ini bukan hanya tentang pertemuan liburan. Studi selama tiga tahun yang didanai National Science Foundation ini akan mengeksplorasi bagaimana titik buta psikologis ini memengaruhi keputusan-keputusan besar dalam hidup – mulai dari pilihan karier dan pekerjaan sukarela hingga pencapaian pribadi seperti memulai sebuah keluarga. Mungkin yang paling menarik, penelitian ini akan mengkaji bagaimana orang dapat menghindari pengalaman yang berpotensi transformatif yang melibatkan ketidaknyamanan, kehilangan peluang untuk pertumbuhan dan ketahanan pribadi.
“Kami ingin menjalani kehidupan yang bermakna, kami ingin melakukan hal-hal yang bermakna,” kata Westgate. “Jika kita tidak menyadari bahwa sebuah pengalaman akan bermakna, kita akan cenderung tidak melakukannya dan kehilangan sumber-sumber makna potensial dalam kehidupan kita.”
Tujuan akhir dari penelitian ini bukan hanya untuk memahami fenomena ini, namun untuk mengembangkan strategi untuk membantu masyarakat lebih mengenali dan menerima pengalaman yang berpotensi bermakna.
“Terkadang kami masuk ke sebuah proyek, dan kami tahu apa yang akan kami temukan,” kata Westgate. “Ini adalah salah satu proyek yang mengejutkan kami.”
Jadi, jika Anda berpikir untuk melewatkan Thanksgiving atau kumpul-kumpul liburan tahunan keluarga Anda tahun ini, berhentilah sejenak dan pertimbangkan kembali. Momen yang tampaknya tidak penting itu mungkin saja menjadi sumber makna tak terduga yang selama ini Anda abaikan.