AARHUS, Denmark — Hal yang mengejutkan dan menantang solusi iklim yang populer, para ilmuwan telah menemukan bahwa penanaman pohon di wilayah Arktik dan boreal utara justru dapat mempercepat pemanasan global dibandingkan membantu memeranginya. Dengan kata lain, para peneliti memiliki pesan sederhana: berhentilah mengacaukan lanskap Arktik, karena hal ini akan memperburuk keadaan.
Temuannya, dipublikasikan di Geosains Alammengungkapkan bahwa permukaan pepohonan yang gelap menyerap lebih banyak panas dibandingkan permukaan permukaan pohon yang tertutup salju, sehingga berpotensi mengganggu upaya mitigasi iklim yang bertujuan baik.
Meskipun inisiatif penanaman pohon telah mendapatkan momentum di seluruh dunia sebagai solusi terhadap perubahan iklim, penelitian ini menunjukkan bahwa lokasi sangatlah penting. Studi ini dilakukan pada saat yang kritis, karena berbagai wilayah, termasuk Alaska, Greenland, dan Islandia, telah mulai melaksanakan atau mempertimbangkan proyek penanaman pohon skala besar di wilayah utara mereka.
Masalahnya terletak pada fenomena yang dikenal sebagai efek albedo – kemampuan permukaan memantulkan sinar matahari kembali ke ruang angkasa. Tanah yang tertutup salju di Arktik memantulkan sekitar 75% sinar matahari yang masuk, sedangkan pepohonan hijau gelap hanya memantulkan sekitar 10%. Perbedaan ini berarti bahwa mengganti tundra terbuka dengan hutan sebenarnya memerangkap lebih banyak panas di sistem bumi, meskipun pepohonan mampu menangkap karbon dioksida dari atmosfer.
Namun permasalahannya tidak berhenti sampai disitu saja. Ketika pohon ditanam di kawasan Arktik, hal tersebut akan mengganggu tanah, yang di kawasan tersebut berfungsi sebagai salah satu bank karbon terbesar di dunia. Tanah beku permanen atau permafrost di Arktik mengandung lebih banyak karbon dibandingkan gabungan seluruh tanaman di dunia. Ketika tanah ini terganggu oleh penanaman pohon dan pertumbuhan akar, maka karbon yang tersimpan akan dilepaskan ke atmosfer, yang selanjutnya berkontribusi terhadap pemanasan global.
“Tanah di Arktik menyimpan lebih banyak karbon dibandingkan seluruh vegetasi di Bumi,” jelas penulis utama Jeppe Kristensen, asisten profesor dari Aarhus University, dalam siaran persnya. “Tanah-tanah ini rentan terhadap gangguan, seperti budidaya untuk kehutanan atau pertanian, tetapi juga penetrasi akar pohon. Sinar matahari semi-terus menerus selama musim semi dan awal musim panas, ketika salju masih turun, juga membuat keseimbangan energi di wilayah ini sangat sensitif terhadap penggelapan permukaan, karena pepohonan hijau dan coklat akan menyerap lebih banyak panas matahari dibandingkan salju putih. .”
Tim peneliti juga menemukan bahwa pepohonan di kawasan ini menghadapi tantangan kelangsungan hidup yang signifikan. Seiring dengan semakin intensifnya perubahan iklim, daerah-daerah tersebut semakin sering mengalami kebakaran hutan, kekeringan, dan wabah hama. Ketika pepohonan menyerah pada gangguan ini, karbon yang tersimpan di dalamnya akan dilepaskan kembali ke atmosfer, sehingga menghilangkan potensi manfaatnya sebagai solusi penangkapan karbon.
“Ini adalah tempat yang berisiko untuk dijadikan pohon, terutama sebagai bagian dari perkebunan homogen yang lebih rentan terhadap gangguan tersebut,” lanjut Kristensen. “Karbon yang tersimpan di pohon-pohon ini berisiko memicu gangguan dan dilepaskan kembali ke atmosfer dalam beberapa dekade.”
Temuan studi ini sangat relevan ketika perusahaan dan pemerintah semakin beralih ke penanaman pohon sebagai cara untuk mengimbangi emisi karbon mereka. Para peneliti memperingatkan bahwa “visi terowongan karbon” ini – yang hanya berfokus pada kemampuan pohon dalam menangkap karbon dan mengabaikan dampak lingkungan lainnya – dapat mengarah pada solusi iklim yang salah arah.
Daripada melakukan penanaman pohon, para peneliti menyarankan bahwa melestarikan dan memulihkan ekosistem Arktik yang ada, termasuk mempertahankan populasi herbivora besar secara berkelanjutan, mungkin merupakan strategi iklim yang lebih efektif. Pendekatan ini juga akan lebih melindungi keanekaragaman hayati dan mendukung komunitas lokal yang bergantung pada lanskap terbuka untuk aktivitas tradisional seperti berburu, menggembala, dan meramu.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Tim peneliti menganalisis berbagai aspek penanaman pohon di Arktik, termasuk dampaknya terhadap reflektifitas permukaan (albedo), penyimpanan karbon tanah, dan stabilitas ekosistem. Mereka memeriksa literatur ilmiah dan data ekosistem Arktik yang ada, menggabungkan informasi tentang kandungan karbon tanah, pola pertumbuhan pohon, pengukuran reflektifitas permukaan, dan pola gangguan iklim untuk menciptakan gambaran komprehensif tentang bagaimana penanaman pohon mempengaruhi lingkungan utara.
Hasil Utama
Studi tersebut menemukan bahwa pemanasan yang disebabkan oleh berkurangnya reflektivitas permukaan melebihi manfaat pendinginan yang diperoleh dari penangkapan karbon oleh pepohonan. Selain itu, gangguan pada tanah akibat penanaman dan pertumbuhan akar melepaskan simpanan karbon, sementara peningkatan retensi salju oleh pepohonan menyebabkan suhu tanah musim dingin menjadi lebih hangat, sehingga semakin mengganggu kestabilan lapisan es. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pohon yang ditanam menghadapi risiko tinggi akibat meningkatnya kebakaran hutan, kekeringan, dan wabah hama di wilayah tersebut.
Keterbatasan Studi
Studi ini terutama mengandalkan penelitian dan data yang sudah ada dibandingkan eksperimen lapangan baru. Meskipun hal ini memungkinkan dilakukannya analisis yang luas, hal ini berarti beberapa variasi lokal tertentu mungkin tidak dapat ditangkap sepenuhnya. Dampak jangka panjang dari penanaman pohon di wilayah ini memerlukan observasi selama puluhan tahun untuk sepenuhnya memverifikasi hasil yang diharapkan.
Diskusi & Kesimpulan
Penelitian ini menekankan bahwa solusi iklim perlu mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan, bukan hanya penangkapan karbon. Temuan ini menunjukkan bahwa melindungi ekosistem Arktik yang ada mungkin lebih efektif daripada mencoba mengubahnya melalui penanaman pohon. Studi ini juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan kondisi dan komunitas lokal ketika mengembangkan strategi iklim.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didukung oleh beberapa organisasi, termasuk NERC Arctic Office UK-Greenland Arctic Bursary, Carlsberg Foundation, dan program Penelitian dan Inovasi HORIZON Uni Eropa. Penelitian ini disusun selama lokakarya di Greenland yang diselenggarakan oleh Kangerlussuaq International Science Support. Para penulis menyatakan tidak ada persaingan kepentingan yang mungkin mempengaruhi temuan penelitian.