READING, Inggris Raya — Sementara kebanyakan orang Amerika minum secangkir kopi saat sarapan, orang Inggris lebih suka secangkir teh untuk memulai hari mereka. Namun, ketika Badai Ciaran menghantam Inggris pada bulan November 2023, para ilmuwan menemukan konsekuensi baru yang mengejutkan dari cuaca ekstrem — teh yang tidak enak.
Peneliti dari University of Reading mengatakan jutaan orang terpaksa minum teh tawar di pagi hari. Jadi, apa sebenarnya hubungan siklon ekstratropis dengan rasa teh? Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cuaca menemukan bahwa tekanan rendah akibat badai benar-benar mengubah titik didih air di wilayah tersebut. Hasilnya? Campuran hambar yang mendidih 2°C lebih cepat dari seharusnya.
“Seperti banyak orang Inggris, saya butuh secangkir teh di pagi hari. Meskipun saya tahu bahwa titik didih air bervariasi tergantung pada tekanan atmosfer, saya tidak menduga badai akan menaikkan suhu air mendidih di luar kisaran yang direkomendasikan untuk menyeduh teh yang enak. Cuaca dapat memiliki pengaruh yang halus,” kata Giles Harrison, seorang profesor di University of Reading dan penulis utama penelitian tersebut, dalam siaran pers.
Metodologi
Ketika Badai Ciaran menghantam Inggris bagian selatan pada pagi hari tanggal 2 November 2023, para ahli meteorologi Reading berusaha keras untuk mengukur titik didih air. Perubahan tekanan udara, seperti yang dialami oleh pendaki gunung yang mendaki dataran tinggi, memengaruhi suhu didih. Namun, Badai Ciaran membawa peluang baru untuk mempelajari dampak tekanan udara terhadap air mendidih di wilayah yang lebih luas.
“Badai Ciaran mengalihkan perhatian ke angin dan hujan yang menghantam Inggris di luar sana. Sebagai seorang eksperimentalis, saya melihat peluang untuk melakukan beberapa pengukuran terhadap sifat-sifat air mendidih selama tekanan atmosfer rendah,” jelas Caleb Miller, seorang mahasiswa PhD di University of Reading dan salah satu penulis penelitian tersebut, dalam sebuah rilis media.
Tim mengumpulkan data cuaca dan pembacaan tekanan dari berbagai sumber, seperti Observatorium Atmosfer Universitas Reading dan stasiun cuaca pinggir jalan di Inggris Selatan. Data tersebut membantu peneliti melacak perilaku badai pada jam-jam sarapan normal. Dalam serangkaian percobaan terkontrol, tim juga memasang sensor suhu dan ketel listrik untuk membandingkan titik didih dalam kondisi tekanan udara yang berbeda.
Hasil Utama
Badai Ciaran menghasilkan tekanan rendah yang memecahkan rekor di seluruh wilayah Inggris Selatan. Ini berarti titik didih air berada di bawah 212 derajat Fahrenheit (100°C) yang dibutuhkan untuk membuat secangkir teh yang enak. Titik didih air pagi itu adalah 208,4 derajat Fahrenheit (98°C).
Alasan mengapa hal ini sangat penting adalah karena air yang mendidih di bawah kisaran suhu normal tidak mengekstraksi rasa penuh dari daun teh. Hal ini membuat banyak orang di seluruh Inggris memiliki teh yang hambar.
Diskusi & Kesimpulan
Para ahli teh menganggap suhu penyeduhan yang ideal adalah antara 208,4 dan 212° Fahrenheit. Orang-orang yang menghadapi Badai Ciaran mungkin merasakan ada yang tidak beres saat mereka bangun untuk minum teh pagi, meskipun mereka mungkin tidak dapat menjelaskan alasannya saat itu.
Studi ini memecahkan misteri ini dan mengumpulkan lebih banyak bukti tentang hubungan antara tekanan udara dan suhu didih. Saat Amerika Serikat memasuki musim badai, temuan ini dapat memiliki implikasi besar bagi mereka yang tinggal di negara bagian Gulf Coast. Saat badai besar melanda, badai tersebut dapat menyebabkan lebih dari sekadar banjir di jalan dan kerusakan properti — badai ini juga dapat merusak sarapan.