ORANGE, California — Arkeologi telah resmi memasuki Era Antariksa. Dalam sebuah studi inovatif, para peneliti telah melakukan penyelidikan arkeologi pertama di Stasiun Antariksa Internasional, mengungkap cara manusia hidup dan bekerja tanpa gravitasi.
Proyek yang dijuluki Sampling Quadrangle Assemblages Research Experiment (SQuARE) ini bertujuan untuk memahami bagaimana astronot menggunakan dan mengadaptasi ruang di ISS, sering kali dengan cara yang berbeda dari tujuan awal perancang stasiun. Pendekatan inovatif untuk mempelajari kehidupan di luar angkasa ini dapat memiliki implikasi yang luas untuk desain habitat luar angkasa masa depan dan misi luar angkasa jangka panjang.
Dipimpin oleh Justin Walsh dari Chapman University, tim peneliti menganalisis dua area spesifik di ISS selama periode 60 hari pada awal tahun 2022. Dengan memeriksa penempatan dan pergerakan objek di area tersebut, para arkeolog dapat menyusun gambaran tentang bagaimana astronot benar-benar menggunakan ruang tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Salah satu temuan yang paling mencolok, yang diterbitkan dalam PLOS SATUadalah bahwa area yang dirancang untuk tujuan tertentu sering kali berakhir dengan penggunaan yang sangat berbeda dalam praktiknya. Misalnya, stasiun kerja yang dimaksudkan untuk pemeliharaan peralatan menjadi area penyimpanan utama, dengan peralatan dan perlengkapan sering kali tidak tersentuh untuk waktu yang lama. Hal ini menyoroti pentingnya ruang yang fleksibel dan multiguna dalam desain habitat ruang di masa mendatang.
Studi ini juga mengungkap cara-cara cerdik yang dilakukan astronot dalam menghadapi tantangan gravitasi mikro. Karena tidak adanya gravitasi untuk menjaga objek tetap pada tempatnya, anggota kru menggunakan berbagai “pengganti gravitasi” – barang-barang seperti klip, tali bungee, dan perekat Velcro yang membantu mengamankan objek ke dinding dan permukaan. Solusi darurat ini merupakan sebagian besar barang yang diamati di area studi, yang menggarisbawahi peran penting mereka dalam kehidupan sehari-hari di ISS.
Penemuan menarik lainnya adalah bagaimana astronot mengadaptasi ruang untuk penggunaan pribadi. Di satu area dekat peralatan olahraga dan kamar mandi stasiun, peneliti mengamati perlengkapan mandi yang ditinggalkan selama hampir dua bulan. Stasiun perawatan pribadi yang diimprovisasi ini menunjukkan bahwa desain stasiun luar angkasa saat ini mungkin tidak cukup memperhitungkan kebutuhan kru untuk privasi dan perawatan pribadi.
Temuan-temuan ini memiliki implikasi penting bagi eksplorasi ruang angkasa di masa mendatang. Saat manusia mengarahkan perhatian mereka pada misi jangka panjang ke Bulan dan Mars, memahami cara merancang ruang hidup yang benar-benar memenuhi kebutuhan para penjelajah ruang angkasa menjadi sangat penting. Proyek SQuARE menunjukkan bahwa metode arkeologi dapat memberikan wawasan berharga yang melampaui apa yang dapat dipelajari dari wawancara atau metrik yang telah ditentukan sebelumnya.
Lebih jauh lagi, penelitian ini membuka bidang studi yang sama sekali baru: arkeologi antariksa. Sama seperti arkeologi terestrial yang membantu kita memahami bagaimana manusia purba hidup dan beradaptasi dengan lingkungan mereka, arkeologi antariksa dapat menjelaskan bagaimana manusia beradaptasi dengan tantangan unik habitat di luar bumi. Hal ini dapat terbukti sangat berharga saat kita terus mendorong batas-batas eksplorasi antariksa manusia.
“Eksperimen ini merupakan arkeologi pertama yang pernah dilakukan di luar planet Bumi. Dengan menerapkan metode yang sangat tradisional untuk mengambil sampel suatu situs ke konteks arkeologi yang sama sekali baru, kami menunjukkan bagaimana kru ISS menggunakan berbagai area stasiun luar angkasa dengan cara yang berbeda dari desain dan rencana misi. Arsitek dan perencana stasiun luar angkasa masa depan dapat mempelajari pelajaran berharga dari pekerjaan ini,” tulis para peneliti dalam rilis media.
Proyek SQuARE menandai tonggak penting dalam pemahaman kita tentang kehidupan di luar angkasa. Dengan menerapkan metode arkeologi di ISS, para peneliti telah menemukan wawasan baru tentang bagaimana manusia beradaptasi dan membentuk lingkungan mereka dalam gravitasi mikro. Saat kita melihat masa depan eksplorasi luar angkasa, temuan ini dapat membantu menginformasikan desain habitat luar angkasa yang lebih efektif dan layak huni, yang membuka jalan bagi keberadaan manusia dalam jangka panjang di luar Bumi.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti memilih enam lokasi di ISS dan meminta para astronot untuk memotret area-area ini setiap hari selama 60 hari. Mereka berfokus pada dua area ini untuk studi awal ini: stasiun kerja pemeliharaan dan area di dekat peralatan olahraga dan kamar mandi. Dengan menggunakan perangkat lunak khusus, mereka mengidentifikasi dan mengkategorikan setiap objek yang terlihat di setiap foto, melacak bagaimana benda-benda bergerak atau berubah seiring waktu. Hal ini memungkinkan mereka untuk membangun gambaran terperinci tentang bagaimana ruang-ruang ini digunakan sehari-hari, seperti bagaimana arkeolog terestrial mempelajari lapisan-lapisan tanah untuk memahami bagaimana situs-situs kuno digunakan dari waktu ke waktu.
Hasil Utama
Studi tersebut mengungkap bahwa stasiun kerja perawatan lebih banyak digunakan untuk penyimpanan daripada pekerjaan perawatan yang sebenarnya. Banyak peralatan yang tidak tersentuh selama periode studi. Di area dekat peralatan olahraga, peralatan kebersihan pribadi sering kali ditemukan, yang menunjukkan bahwa ruang ini sering digunakan untuk perawatan meskipun tidak dirancang untuk tujuan tersebut. Di kedua area tersebut, peralatan yang digunakan untuk mengamankan objek dalam gravitasi mikro (seperti Velcro dan tali bungee) sangat banyak, yang menyoroti pentingnya peralatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari di ISS.
Keterbatasan Studi
Studi ini hanya mengamati dua area di ISS dalam jangka waktu terbatas, jadi mungkin tidak mewakili semua aspek kehidupan di stasiun tersebut. Para peneliti juga tidak memiliki akses ke jadwal kru yang terperinci, yang dapat memberikan konteks tambahan untuk aktivitas yang diamati. Lebih jauh, keberadaan studi itu sendiri mungkin telah memengaruhi perilaku kru di area yang difoto.
Diskusi & Kesimpulan
Para peneliti menyimpulkan bahwa fleksibilitas adalah kunci dalam desain habitat luar angkasa. Area sering kali digunakan secara berbeda dari yang dimaksudkan, sehingga ruang serbaguna bisa lebih efektif. Mereka juga menyoroti perlunya fasilitas perawatan pribadi dan solusi penyimpanan yang lebih baik di habitat luar angkasa masa depan. Studi ini menunjukkan nilai metode arkeologi dalam memahami kehidupan di luar angkasa, yang berpotensi membuka bidang baru arkeologi luar angkasa.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didanai oleh Kantor Penelitian dan Program yang Disponsori Universitas Chapman. Laboratorium Nasional Stasiun Luar Angkasa Internasional menyediakan akses ke ISS dan waktu kru. Para peneliti menyatakan tidak ada konflik kepentingan. Penelitian ini dilakukan dengan kerja sama NASA dan badan antariksa internasional, dengan Axiom Space bertindak sebagai mitra pelaksana penelitian.