

(Kredit: AlexandrMusuc/Shutterstock)
Gangguan asupan makanan penghindar/restriktif (ARFID) adalah kelainan makan baru yang membatasi asupan makanan. Ini bukan karena seseorang ingin menurunkan berat badan atau mengubah citra tubuhnya. Sebaliknya, hal ini disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan terhadap makanan atau ketakutan terhadap konsekuensi makan, seperti tersedak makanan.
ARFID dapat menyebabkan seseorang kehilangan minat makan atau menghindari makanan yang memiliki warna, rasa, tekstur, atau bau yang tidak diinginkan. Penyedia layanan kesehatan mungkin menyebut ARFID sebagai “gangguan makan selektif” karena individu hanya memilih beberapa makanan yang ingin mereka makan.
Mereka mungkin menciptakan ritual perilaku seputar makan, seperti mengonsumsi makanan dalam urutan tertentu. Hal ini juga dapat mempengaruhi asupan nutrisi dan kesehatan mereka secara umum. Tanpa pengobatan, ARFID dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.
ARFID berbeda dengan pilih-pilih makan. Anak-anak mungkin menghindari beberapa makanan karena mereka tidak menyukai tampilan, bau, rasa, atau teksturnya. Dengan picky eater, anak tidak menyukai beberapa makanan, namun tidak mempengaruhi tumbuh kembangnya. Selain itu, anak-anak sering kali tidak mengalaminya. Namun pada ARFID, kelainan ini dapat berdampak buruk pada nafsu makan dan bahkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyakit ini harus diobati; seorang anak tidak tumbuh darinya.
Karena ARFID adalah diagnosis baru di Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Jiwa Edisi Kelima (DSM-5), tidak banyak data yang tersedia untuk memperkirakan seberapa sering penyakit ini terjadi, frekuensi relatif gejala, atau ciri-ciri penyakit lainnya.
Penyebab atau penyebab ARFID masih belum diketahui. Penelitian menunjukkan bahwa kecemasan, ketakutan, atau trauma mungkin menjadi sumbernya. Penelitian juga menunjukkan bahwa hal ini mungkin dipengaruhi oleh pengaruh sosial, lingkungan, dan budaya. Perubahan genetik mungkin mempunyai peran.
Siapa pun bisa berisiko
ARFID dapat menyerang siapa saja dari segala usia, meskipun paling sering terjadi pada masa kanak-kanak. Seseorang mungkin lebih berisiko jika mereka memiliki pengalaman traumatis, terutama yang berhubungan dengan makanan, seperti pemaksaan makan atau kerawanan pangan. Memiliki kondisi neurologis atau perkembangan seperti ADHD atau depresi juga dapat meningkatkan risikonya. Faktor risiko lainnya termasuk keengganan terhadap tekstur makanan tertentu, ketakutan bahwa makanan akan merugikan Anda, dan riwayat gangguan makan dalam keluarga.
Apa saja tanda dan gejala ARFID?
Sakit perut, termasuk kram, sakit perut, atau sembelit, sering terjadi. Pasien dengan ARFID juga mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Gejala umum lainnya mungkin termasuk lesu, lemah, suhu tubuh rendah, pingsan, dan pusing. Siklus menstruasi bisa menjadi tidak teratur atau terhenti, dan mungkin muncul rambut halus di tubuh (lanugo).
Selain itu, ARFID dapat menyebabkan perubahan perilaku, seperti kehilangan nafsu makan atau merasa kenyang sebelum makan, dan ketakutan terhadap apa yang mungkin terjadi saat makan, seperti tersedak atau muntah. Penderita ARFID dapat mengalami kesulitan dalam memperhatikan sehingga membatasi jumlah makanan yang dimakannya, atau hanya mengonsumsi makanan dengan tekstur tertentu.
Gangguan makan ini bahkan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bersosialisasi. Seseorang mungkin menghindari acara di mana ada makanan dan menghindari orang yang dicintainya. Ini juga bisa menjadi gangguan dari tanggung jawab pekerjaan dan sekolah.
ARFID dapat menyebabkan komplikasi yang fatal
Komplikasi ARFID dapat mengancam jiwa. Dampaknya termasuk malnutrisi, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, tekanan darah rendah, dan bahkan serangan jantung. Osteoporosis dan anemia juga merupakan komplikasi potensial. Untuk pasien yang lebih muda, pertumbuhan fisik mungkin terhambat, dan pubertas mungkin tertunda.
Bagaimana cara Anda menangani ARFID?
Komponen utama pengobatan meliputi penambahan berat badan, menjaga berat badan yang sehat, dan mencegah komplikasi yang mengancam kesehatan. Hal ini membutuhkan pengelolaan keengganan sensorik dan ketakutan terhadap makanan.
Salah satu jenis pengobatan yang digunakan untuk ARFID adalah teori perilaku kognitif (CBT), yang membedakan pikiran dan perilaku bermasalah, berfungsi untuk mengurangi rasa takut dan kecemasan terhadap makanan, dan mengajarkan relaksasi untuk tantangan sensorik.
Obat-obatan terkadang digunakan, termasuk antidepresan atau antipsikotik. Kadang-kadang, selang makanan sementara diperlukan.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal memiliki gejala atau tanda ARFID, mulailah dengan menemui atau merekomendasikan penyedia layanan kesehatan primer. Mereka mungkin merekomendasikan penyedia layanan kesehatan mental, ahli gastroenterologi, ahli patologi bahasa wicara, atau spesialis lainnya.