COLCHESTER, Inggris Raya — Orang tua sering kali bertanya-tanya tentang efek jangka panjang dari pilihan pengasuhan anak di masa awal. Salah satu praktik umum yang memicu perdebatan adalah berbagi tempat tidur – saat orang tua dan bayi tidur di tempat tidur yang sama. Sementara sebagian orang percaya hal itu memperkuat ikatan orang tua-anak, yang lain khawatir hal itu dapat menyebabkan masalah tidur atau masalah lainnya. Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Keterikatan & Pengembangan Manusia menyorot topik ini, dengan menyatakan bahwa berbagi tempat tidur pada usia sembilan bulan tidak memengaruhi perkembangan emosi dan perilaku anak di masa kanak-kanak selanjutnya.
Studi yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Essex dan lembaga-lembaga Inggris lainnya ini menggunakan data dari Millennium Cohort Study, sebuah proyek berskala besar yang meneliti kehidupan anak-anak yang lahir di Inggris antara tahun 2000 dan 2002. Para peneliti mengamati informasi dari 16.599 anak-anak, melacak perkembangan mereka sejak masa bayi hingga usia 11 tahun.
Tujuan utamanya adalah untuk melihat apakah tidur bersama pada usia sembilan bulan menunjukkan hubungan dengan berbagai pola gejala internalisasi dan eksternalisasi seiring bertambahnya usia anak. Gejala internalisasi mengacu pada masalah emosional seperti kecemasan dan depresi, sedangkan gejala eksternalisasi mencakup masalah perilaku seperti agresi atau hiperaktivitas.
Untuk memahami bagaimana gejala-gejala ini berkembang dari waktu ke waktu, para peneliti menggunakan metode statistik canggih yang disebut analisis pertumbuhan kelas laten proses paralel. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok anak yang berbeda yang menunjukkan pola perkembangan emosi dan perilaku yang sama dari usia tiga hingga 11 tahun.
Analisis ini mengungkapkan empat kelompok utama anak-anak:
- Stabil rendah (56,5%): Anak-anak dengan tingkat gejala internalisasi dan eksternalisasi yang rendah secara konsisten.
- Internalisasi meningkat rendah, eksternalisasi menurun sedang (27,2%): Anak-anak yang masalah emosionalnya meningkat sedikit seiring berjalannya waktu, sementara masalah perilakunya menurun.
- Penurunan sedang (7,5%): Anak-anak yang awalnya memiliki tingkat sedang dari kedua jenis gejala, yang kemudian menurun seiring berjalannya waktu.
- Internalisasi yang meningkat rendah, eksternalisasi yang stabil tinggi (8,9%): Anak-anak yang masalah emosionalnya meningkat dari titik awal yang rendah, sementara masalah perilakunya tetap tinggi secara konsisten.
Awalnya, para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang tidur bersama saat berusia sembilan bulan sedikit lebih mungkin berada dalam salah satu kelompok dengan tingkat gejala yang lebih tinggi. Namun, hubungan ini menghilang ketika mereka memperhitungkan faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi perkembangan anak. Faktor-faktor ini mencakup hal-hal seperti kesehatan mental ibu, temperamen anak, dan karakteristik keluarga seperti orang tua tunggal atau etnis.
Temuan ini menunjukkan bahwa tidur bersama tidak menyebabkan masalah emosional atau perilaku. Sebaliknya, aspek lain dari lingkungan anak dan kehidupan keluarga lebih berpengaruh dalam membentuk perkembangan mereka.
Hasil penelitian ini memberikan kepastian bagi orang tua yang memilih untuk tidur bersama. Hal ini menunjukkan bahwa praktik ini, jika dilakukan pada usia sembilan bulan, tidak memiliki efek negatif jangka panjang pada perkembangan emosional dan perilaku anak. Namun, para peneliti memperingatkan bahwa penelitian mereka tidak membahas aspek keselamatan tidur bersama dengan bayi yang lebih muda, yang tetap menjadi perhatian tersendiri.
Dr. Ayten Bilgin, penulis utama studi ini, menekankan bahwa orang tua harus diberi tahu bahwa berbagi tempat tidur selama paruh kedua tahun pertama tidak akan memengaruhi perkembangan emosi dan perilaku anak mereka di kemudian hari. Informasi ini dapat membantu orang tua membuat keputusan berdasarkan keadaan dan preferensi mereka sendiri tanpa khawatir tentang potensi konsekuensi jangka panjang.
“Meskipun ada perdebatan tentang potensi bahaya dan manfaat jangka panjang dari berbagi tempat tidur, hanya sedikit penelitian ilmiah yang dilakukan mengenai topik ini,” kata Bilgin dalam sebuah pernyataan. “Orang tua dapat yakin bahwa selama dilakukan dengan aman, berbagi tempat tidur tidak akan berdampak negatif pada perkembangan emosi dan perilaku anak. Ada banyak rasa bersalah dan malu saat berbagi tempat tidur – tetapi itu adalah pilihan orang tua.”
Temuan studi ini menantang beberapa keyakinan sebelumnya tentang manfaat atau risiko berbagi tempat tidur. Sementara beberapa pendukung berbagi tempat tidur berpendapat bahwa hal itu meningkatkan keamanan emosional dan pengaturan diri yang lebih baik pada anak-anak, studi skala besar ini tidak menemukan bukti yang mendukung klaim tersebut. Di sisi lain, studi ini juga tidak menemukan efek negatif apa pun, yang bertentangan dengan kekhawatiran bahwa berbagi tempat tidur dapat menyebabkan lebih banyak masalah perilaku.
Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini berfokus pada berbagi tempat tidur pada usia tertentu (9 bulan) dan mengamati hasilnya selama jangka waktu tertentu (usia 3 hingga 11 tahun). Para peneliti mengakui bahwa efek berbagi tempat tidur mungkin berbeda jika terjadi pada usia lain atau berlanjut dalam jangka waktu yang lebih lama.
Studi ini berfungsi sebagai pengingat bahwa pola asuh tidak disertai panduan yang cocok untuk semua orang. Kurangnya efek jangka panjang yang signifikan dari berbagi tempat tidur pada usia sembilan bulan menyoroti pentingnya orang tua memercayai naluri mereka dan memilih praktik yang paling sesuai untuk keluarga mereka. Meskipun pertimbangan keselamatan untuk bayi yang lebih muda tetap penting, penelitian ini menawarkan kepastian bagi orang tua yang memilih untuk berbagi tempat tidur dengan bayi yang lebih tua, sehingga mereka dapat memprioritaskan keharmonisan keluarga inti tanpa khawatir tentang konsekuensi di masa mendatang.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti memanfaatkan data dari Studi Kohort Milenium, sebuah studi komprehensif yang meneliti ribuan anak yang lahir di Inggris. Mereka meneliti apakah anak-anak ini tidur sekamar dengan orang tua mereka saat berusia 9 bulan dan kemudian melacak perkembangan emosi dan perilaku mereka saat berusia 3, 5, 7, dan 11 tahun.
Untuk menilai masalah emosional dan perilaku, mereka menggunakan Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan (SDQ), yang diisi oleh orang tua. Kuesioner ini menanyakan berbagai aspek perilaku anak, seperti kecemasan, agresi, dan rentang perhatian. Para peneliti kemudian menerapkan teknik statistik canggih yang disebut analisis pertumbuhan kelas laten proses paralel untuk mengelompokkan anak-anak berdasarkan lintasan gejala emosional dan perilaku mereka dari waktu ke waktu. Selain itu, mereka mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi perkembangan anak, termasuk latar belakang keluarga dan kesehatan mental ibu.
Hasil Utama
Studi ini mengidentifikasi empat kelompok utama anak-anak dengan pola perkembangan emosi dan perilaku yang berbeda. Mayoritas anak-anak (56,5%) menunjukkan tingkat masalah yang rendah secara konsisten sepanjang masa kanak-kanak. Sekitar 27% menunjukkan peningkatan masalah emosi tetapi masalah perilaku menurun. Sekelompok kecil (7,5%) mulai dengan masalah sedang yang berkurang seiring waktu, sementara kelompok kecil lainnya (8,9%) menunjukkan peningkatan masalah emosi dan masalah perilaku yang terus-menerus tinggi.
Awalnya, berbagi tempat tidur tampaknya terkait dengan keanggotaan dalam kelompok yang mengalami lebih banyak masalah. Namun, korelasi ini menghilang ketika para peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain, seperti situasi keluarga dan kesehatan mental ibu, yang menunjukkan bahwa berbagi tempat tidur sendiri bukanlah faktor penyebab masalah ini.
Keterbatasan Studi
Studi ini hanya meneliti tidur bersama pada usia 9 bulan, bukan pada periode awal atau akhir. Semua data dikumpulkan melalui laporan orang tua, yang dapat menimbulkan bias. Para peneliti tidak dapat membedakan antara keluarga yang memilih tidur bersama dan mereka yang melakukannya karena kebutuhan, seperti untuk mengatasi masalah tidur. Lebih jauh, studi ini tidak mempertimbangkan durasi tidur bersama setelah 9 bulan. Keterbatasan ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk sepenuhnya memahami hubungan yang kompleks antara tidur bersama dan perkembangan anak.
Diskusi & Kesimpulan
Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa berbagi tempat tidur pada usia 9 bulan tampaknya tidak berdampak signifikan terhadap perkembangan emosi dan perilaku anak di kemudian hari. Temuan ini menantang klaim positif dan negatif tentang efek jangka panjang dari berbagi tempat tidur. Penelitian ini menunjukkan bahwa aspek lain dari kehidupan anak, seperti keadaan keluarga dan gaya pengasuhan, memainkan peran yang lebih penting dalam membentuk perkembangan mereka daripada apakah mereka berbagi tempat tidur saat masih bayi.
Wawasan ini dapat membantu orang tua membuat keputusan yang tepat tentang pengaturan tidur tanpa terlalu mengkhawatirkan konsekuensi jangka panjang. Namun, para peneliti menekankan bahwa penelitian ini tidak membahas masalah keselamatan terkait tidur bersama bayi yang lebih muda, yang tetap menjadi masalah terpisah yang penting.
Pendanaan & Pengungkapan
Para peneliti melaporkan bahwa studi khusus ini tidak menerima pendanaan khusus. Mereka menggunakan data dari Studi Kohort Milenium, yang didanai oleh Dewan Riset Ekonomi dan Sosial dan konsorsium departemen pemerintah Inggris. Dalam pengungkapannya, para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan yang terkait dengan penelitian ini, memastikan transparansi dalam pelaporan temuan mereka.