
(Kredit: Twinsterphoto/Shutterstock)
St. John, Newfoundland — Seiring bertambahnya usia, banyak dari kita khawatir akan kehilangan ketajaman mental. Lupa di mana kita menaruh kunci atau kesulitan mengingat nama seseorang bisa menjadi pengalaman yang membuat frustrasi dan menjadi lebih umum seiring berjalannya waktu. Namun, bagaimana jika ada cara untuk menjaga pikiran kita tetap lincah dan ingatan kita tetap tajam hingga usia senja? Sebuah studi baru menunjukkan bahwa musik mungkin memegang kuncinya.
Para peneliti dari Memorial University of Newfoundland berupaya untuk meneliti bagaimana usia dan keakraban dengan musik memengaruhi kemampuan kita untuk mengingat melodi. Temuan mereka memberikan gambaran yang menggembirakan bagi para pencinta musik dari segala usia: dalam hal mengenali tema musik, orang dewasa yang lebih tua memiliki kemampuan yang sama baiknya dengan rekan-rekan mereka yang lebih muda.
Penemuan ini menantang beberapa asumsi lama tentang penuaan dan memori. Meskipun benar bahwa keterampilan kognitif tertentu cenderung menurun seiring bertambahnya usia, penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal PLOS SATUmenunjukkan bahwa kemampuan kita untuk mengenali dan mengingat musik mungkin lebih tangguh daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Pengaturan penelitian ini dirancang dengan cermat untuk meniru pengalaman konser di dunia nyata. Peserta mendengarkan tiga karya musik: karya klasik yang sudah dikenal (karya Mozart “Eine Kleine Nachtmusik”) dan dua karya yang baru dikomposisi. Salah satu karya baru ini ditulis dengan gaya tonal yang sudah dikenal, sementara yang lain dikomposisi menggunakan sistem atonal yang belum dikenal. Saat mereka mendengarkan, peserta diminta untuk menekan tombol setiap kali mereka mendengar tema musik tertentu yang telah diperkenalkan kepada mereka sebelum karya tersebut dimulai.
Yang membuat penelitian ini sangat menarik adalah penelitian ini dilakukan baik dalam suasana konser langsung maupun di laboratorium, sehingga memungkinkan peneliti untuk membandingkan seberapa baik kinerja orang-orang di setiap lingkungan. Anehnya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua suasana tersebut, yang menunjukkan bahwa kemampuan untuk mengenali tema musik tetap kuat bahkan dalam suasana konser langsung yang lebih mengganggu.
Temuan studi yang paling mencolok adalah tidak adanya perbedaan terkait usia dalam penampilan. Baik peserta berusia 20-an atau 80-an, mereka sama-sama mahir dalam memilih tema musik yang diminta untuk mereka identifikasi. Hal ini berlaku pada ketiga jenis musik, terlepas dari seberapa familiar atau tidak familiarnya gaya musik tersebut.


Hasil ini menunjukkan kekuatan unik musik untuk melibatkan otak kita. Meskipun kita mungkin kesulitan dengan jenis tugas memori tertentu seiring bertambahnya usia, kemampuan kita untuk mengenali dan mengingat pola musik tampaknya sebagian besar tetap utuh. Ketahanan ini berpotensi dimanfaatkan untuk pelatihan kognitif atau program rehabilitasi yang ditujukan untuk orang dewasa yang lebih tua.
Studi ini juga menyoroti peran keakraban musikal. Seperti yang mungkin Anda duga, peserta merasa paling mudah mengenali tema dalam karya Mozart yang familiar. Karya tonal yang tidak familiar berada di urutan berikutnya dalam hal kesulitan, sedangkan karya atonal terbukti paling menantang. Ini menunjukkan bahwa otak kita lebih siap untuk memproses dan mengingat musik yang mengikuti pola dan struktur yang familiar.
Menariknya, penelitian tersebut menemukan bahwa pelatihan musik formal hanya berdampak kecil pada performa. Ini adalah kabar baik bagi mereka yang belum pernah memainkan alat musik – penelitian ini menunjukkan bahwa sekadar mendengarkan dan menikmati musik sepanjang hidup mungkin cukup untuk memperoleh beberapa manfaat kognitif.
Jadi, apa artinya ini bagi kebanyakan orang? Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian, temuan ini menawarkan beberapa kemungkinan yang menarik. Terlibat dalam musik – entah dengan menghadiri konser, mendengarkannya secara aktif di rumah, atau bahkan memainkan alat musik – bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk menjaga pikiran kita tetap tajam seiring bertambahnya usia. Penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya mengekspos diri kita pada berbagai gaya musik sepanjang hidup kita, karena keakraban dengan berbagai jenis musik tampaknya membantu dalam pengenalan dan ingatan.
Seiring bertambahnya usia populasi kita, menemukan cara untuk menjaga kesehatan kognitif menjadi semakin penting. Studi ini menunjukkan bahwa musik mungkin menawarkan alat yang ampuh dalam upaya itu – yang mudah diakses, menyenangkan, dan tampaknya efektif sepanjang hidup. Jadi, lain kali Anda mengetukkan kaki mengikuti alunan lagu favorit, ingatlah: Anda mungkin melakukan lebih dari sekadar menikmati lagu yang bagus. Anda dapat memberikan latihan yang berharga bagi otak Anda.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Penelitian ini dilakukan dalam dua bagian: suasana konser langsung dan suasana laboratorium. Dalam suasana konser, para penonton pertunjukan simfoni diberi alat klik dan diminta untuk menekan tombol setiap kali mereka mendengar tema musik tertentu dalam tiga karya musik. Karya pertama adalah karya Mozart yang sudah dikenal, sementara dua lainnya adalah karya yang baru dikomposisi (satu tonal, satu atonal).
Sebelum setiap bagian, peserta mendengarkan tema yang dituju sebanyak tiga kali. Di laboratorium, peserta menonton video konser dan menekan tombol komputer alih-alih menggunakan clicker. Semua peserta juga mengisi kuesioner tentang latar belakang musik mereka dan dua tes kognitif.
Hasil Utama
Temuan utamanya adalah bahwa usia tidak secara signifikan memengaruhi kemampuan peserta untuk mengenali tema musik. Penampilan terbaik ditunjukkan untuk karya Mozart yang familiar, diikuti oleh karya tonal yang tidak familiar, dan penampilan terburuk ditunjukkan untuk karya atonal yang tidak familiar. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam penampilan antara konser langsung dan di laboratorium. Pelatihan musik hanya memiliki sedikit efek positif pada penampilan.
Keterbatasan Studi
Sampel penelitian ini sebagian besar berkulit putih dan kelas menengah ke atas, sehingga membatasi generalisasinya ke populasi lain. Latar konser langsung menghasilkan beberapa set data yang tidak lengkap. Desain penelitian, dengan jumlah tema yang tidak sama di setiap bagian dan respons awal yang potensial terhadap tema, mungkin telah memengaruhi hasil. Tingkat alarm palsu yang tinggi (salah mengidentifikasi nontema sebagai tema) menunjukkan bahwa paradigma deteksi sinyal mungkin tidak ideal untuk rangsangan musik yang kompleks.
Diskusi & Kesimpulan
Tidak adanya penurunan terkait usia dalam pengenalan tema musik menunjukkan bahwa musik mungkin merupakan alat yang berharga untuk pemeliharaan kognitif pada orang dewasa yang lebih tua. Studi ini mendukung gagasan bahwa struktur musik yang familiar (tonalitas) membantu dalam mempelajari dan mengenali musik baru.
Performa yang sebanding dalam lingkungan langsung dan laboratorium menggembirakan bagi studi ekologi dan penelitian berbasis laboratorium. Temuan tersebut menunjukkan bahwa terlibat dengan musik sepanjang hidup, bahkan tanpa pelatihan formal, dapat memberikan manfaat kognitif.
Pendanaan & Pengungkapan
Studi ini didukung oleh hibah dari Natural Sciences and Engineering Research Council of Canada. Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.